Mahasiswa UII Sabet Best Speaker Kompetisi Debat Nasional

Mahasiswa UII kembali menorehkan prestasi membanggakan di tingkat nasional. Tiga mahasiswa UII wakil English Debate Society (EDS) yang terdiri dari Muhammad Arif Naufal (Teknik Industri), Resa Zulfikar (Teknik Informatika), bersama dengan Muhammad Rayhan Al-Farizi (Manajemen 2018) berhasil mendapat gelar best speaker dalam National University Debate Championship (NUDC). Kompetisi itu diselenggarakan oleh Kemenristekdikti pada Minggu (14/07) di Surabaya Universitas Airlangga. Sebelumnya mereka juga berhasil meraih Juara III lomba debat se-Pulau Jawa yang dilaksanakan di Universitas Muria Kudus (UMK) pada Maret lalu.

Disampaikan Muhammad Arif Naufal, bahwa sistem yang diterapkan dalam lomba ini adalah sistem British Parliamentary (BP). “Ini merupakan salah satu gaya debat yang dikembangkan oleh negara Inggris yang berisikan empat tim dalam satu topik perdebatan. Gaya debat ini juga diadaptasi World University Debate Championship (WUDC)”, katanya.

Berbeda dengan Resa yang mengikuti perlombaan sebagai juri debat, proses yang ditempuh Rayhan dan Arif sebagai debater untuk tembus ke tingkat nasional terbilang cukup selektif. Hanya delapan tim yang diambil dari NUDC Kopertis V untuk maju bertanding ke NUDC tingkat nasional. NUDC Kopertis V sendiri merupakan lomba debat yang diadakan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) untuk menentukan 8 besar yang maju ke tingkat nasional dari 112 tim yang bertanding.

Sementara itu, Muhammad Rayhan Al-Farizi mengaku lomba debat tingkat universitas lebih menantang karena topiknya yang lebih luas dan serius serta lawan-lawan yang dihadapi lebih kritis dan logis dalam mengemukakan pendapat.

Rayhan telah bergabung dalam EDS saat tahun pertama kuliah. Ia menyampaikan bahwa tergabung dalam komunitas membawa manfaat dalam kehidupan sehari-hari. “Membantu dalam perkuliahan seperti mempermudah mengkritisi studi kasus yang dipaparkan dosen dan membuat kita tidak mudah mempercayai isu yang simpang siur”, imbuhnya.

Di samping menjadi terlatih untuk melihat kasus dari dua sisi sehingga tidak gampang menjustifikasi, ia juga lebih mengenal orang dengan perspektif dan cara berpikir yang berbeda. “Di situlah letak serunya debat karena walaupun memiliki cara pandang yang berbeda, tetapi tetap bisa menerima pendapat satu sama lain dan beradu argumen secara logis di tempat yang sesuai”, terangnya. (IG/ESP)