Mahasiswa UII Praktik Penentuan Awal Ramadhan
Program Studi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) dan Pusat Kajian dan Bantuan Hukum Islam (PKBHI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kegiatan Rukyatul Hilal untuk menentukan awal Ramadhan 1446 H. Kegiatan ini berlangsung di Pusat Observasi Bulan (POB) Syekh Bela Belu, Parangtritis, Bantul, Yogyakarta, dengan melibatkan mahasiswa yang telah mempelajari ilmu falak di perkuliahan pada Jumat (28/02).
Saiful Aziz, S.H., M.H., salah satu dosen yang turut serta dalam kegiatan ini, menjelaskan bahwa proses penentuan awal Ramadhan melalui rukyatul hilal memerlukan serangkaian perhitungan astronomi. “Sebelum melakukan rukyat, kita melakukan proses hisab terlebih dahulu. Dimulai dari Hisab Urfi, lalu Hisab Taqribi yang memperkirakan lintang, bujur, serta deklinasi matahari dan bulan. Setelah itu, kita menggunakan hisab kontemporer hingga interpolasi data untuk menentukan posisi hilal secara lebih rinci,” jelasnya.
Menurutnya, setelah perhitungan selesai, tim kemudian menuju lokasi pengamatan yang telah ditentukan. “Seperti yang kita lakukan hari ini di POB Syekh Bela Belu, kita menyesuaikan alat pengamatan sesuai dengan posisi hilal yang telah dihitung. Dengan bantuan teleskop yang sudah canggih, kita dapat mengarahkan alat ke titik derajat yang telah ditentukan sebelumnya.” Ujar Saiful Aziz
Namun, dalam pelaksanaan rukyatul hilal kali ini, tim pengamat mengalami kendala akibat kondisi cuaca. “Meskipun secara perhitungan hilal seharusnya dapat terlihat, faktor alam seperti awan tebal menjadi kendala utama. Matahari yang tertutup awan menghambat proses validasi posisi hilal menggunakan teleskop kami yang sudah dilengkapi dengan teknologi penentuan azimut matahari dan bulan. Sayangnya, tanpa cahaya matahari langsung, kinerja teleskop ini belum bisa maksimal,” tambah Saiful Aziz.
Kegiatan ini tidak hanya bertujuan untuk menentukan awal Ramadhan tetapi juga memberikan pengalaman praktis bagi mahasiswa dalam memahami ilmu falak secara langsung di lapangan. “Kami ingin mahasiswa bisa mengimplementasikan teori yang sudah mereka pelajari selama dua semester. Selain rukyatul hilal, mereka juga belajar mengenai perhitungan akurasi arah kiblat dan awal waktu salat,” ujarnya.
Salah satu mahasiswa peserta, Zul Fadli, mengungkapkan antusiasmenya terhadap kegiatan ini. “Ini pengalaman pertama saya mengikuti rukyatul hilal secara langsung. Sebelumnya saya hanya memahami konsepnya dari perkuliahan, tapi dengan praktik di lapangan, saya jadi lebih paham bagaimana cara kerja ilmu falak dalam penentuan awal bulan hijriyah,” katanya.
Selain memberikan manfaat akademik, kegiatan ini juga mempererat hubungan antara mahasiswa dan dosen. Dengan adanya diskusi langsung di lapangan, mahasiswa dapat menanyakan berbagai hal terkait ilmu falak yang mungkin sulit dipahami di dalam kelas. “Diskusi di lokasi observasi seperti ini sangat membantu kami untuk memahami materi dengan lebih baik,” tambah Zul Fadli.
Sebanyak 30 mahasiswa turut serta dalam kegiatan ini, meskipun jumlah pendaftar sebenarnya lebih banyak. “Karena keterbatasan kuota di lokasi observasi, kami hanya bisa membawa 30 mahasiswa. Antusiasme mereka sangat tinggi, ini menjadi pengalaman berharga bagi mereka untuk melihat langsung bagaimana proses penentuan awal bulan hijriyah dilakukan,” jelas Saiful Aziz.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, PKBHI dan Prodi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) UII berharap mahasiswa dapat memahami secara lebih mendalam konsep ilmu falak dan pentingnya metode rukyatul hilal dalam penentuan awal bulan hijriyah, khususnya dalam konteks hukum Islam. Kendati kali ini hilal tidak terlihat secara langsung, kegiatan ini tetap memberikan wawasan yang berharga bagi para peserta.
Ke depan, Prodi Hukum Keluarga (Ahwal Syakhshiyah) dan PKBHI UII berencana untuk terus menyelenggarakan kegiatan serupa guna memperdalam pemahaman mahasiswa tentang ilmu falak. “Kami berharap ke depannya lebih banyak mahasiswa yang dapat mengikuti kegiatan ini, serta teknologi observasi yang lebih canggih dapat membantu meningkatkan akurasi pengamatan hilal di masa mendatang,” pungkas Saiful Aziz. (MFPS/AHR/RS)