Mahasiswa UII Manfaatkan Kulit Buah Salak Sebagai Obat Antidiabetes
Sekelompok mahasiswa Program Studi Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) meneliti Pemanfaatan Potensi Lokal Ekstrak Kulit Buah Salak (Salacca zalacca cv. (Gaertn.) Vos ). Mahasiswa UII ini terdiri dari Arman Suryani (2014), Nindy Mutia Pratiwi (2014) dan Ega Astiana Nuzul Wahyuni (2017).
Disampaikan Arman Suryani pada Rabu (9/5), Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah yang dapat digunakan sebagai tanaman obat. Salah satunya adalah buah salak, bagian yang dapat digunakan sebagai obat tradisional adalah kulit dari buah salak (Salacca zalacca cv. (Gaertn.) Vos ) tersebut.
Masyarakat zaman dulu telah menggunakan kulit buat salak (Salacca zalacca cv. (Gaertn.) Vos) untuk diolah menjadi teh dan digunakan sebagai obat antidiabetes. “Uji fitokimia menunjukkan kulit buah salak mengandung senyawa flavonoid, tannin dan alkaloid. Kandungan flavonoid dalam kulit buah salak dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah,” ujar Arman Suryani.
Namun demikian menurut Arman Suryani penggunaan bahan alam memiliki keterbatasan, yaitu sering mengalami kegagalan pada fase klinik disebabkan karena rendahnya bioavailabilitas (Alam et al., 2012). Dibuat sediaan nanopartikel polimer polylactic-co-glycolic-acid (PLGA) untuk meningkatkan bioavailabilitas dalam upaya menghindari kegagalan pada fase klinis dalam proses adsorbsi sediaan sebagai anti diabetes dari ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca cv. (Gaertn.) Vos.).
”Sehingga dapat menambah nilai budidaya yang lebih luas dalam upaya meningkatkan daya saing bangsa dengan memanfaatkan potensi lokal,” imbuhnya.
Disampaikan Nindy Mutia Pratiwi, proses pembuatan nanopartikel ekstrak kulit buah salak (Salacca zalacca cv. (Gaertn.) Vos.) adalah dengan melakukan maserasi dengan menggunakan etanol 70% kemudian ekstrak diuapkan dengan rotary evaporator hingga menjadi ekstrak kental.
“Nanopartikel dibuat dengan menggunakan metode solvent evaporation. Formulasi mengalami beberapa pengujian seperti penentuan ukuran globul dan pengukuran zeta potensial, pengamatan morfologi nanopartikel menggunakan transmission electron microscopy (TEM), uji stabilitas, dan uji antidiabetes pada ikan zebra fish,” jelasnya.
Sementara Ega Astiana menuturkan penelitian pembuatan sediaan nanopartikel menggunakan ekstak kulit buah salak (Salacca zalacca cv. (Gaertn.) Vos ) yang didanai oleh Kemenristekdikti dalam program kreativitas mahasiwa (PKM). Penelitian diharapkan dapat memperkenalkan bahwa limbah kulit buah salak bisa dimanfaatkan sebagai terapi antidiabetes dan dapat meningkatkan daya saing potensi lokal.