Mahasiswa UII dan UTP Malaysia Komitmen Lanjutkan Proyek Sosial
Rangkaian kolaborasi bertajuk Joint Activities & Student Collaboration Program Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universiti Teknologi Petronas (UTP) Malaysia resmi ditutup pada Jumat (1/11). Meski demikian, kedua pihak berkomitmen agar proyek sosial yang telah dijalankan dapat berkesinambungan di tahun-tahun mendatang. Di penutupan acara, kelompok mahasiswa gabungan yang terdiri dari mahasiswa UTP, UII, dan Universitas Airlangga (UNAIR) mempresentasikan prototipe atau model dasar dari sebuah program, gagasan, ataupun produk tepat guna yang berpotensi untuk ditawarkan pada pasar.
Melalui Mini Symposium yang dipimpin oleh Cholila Tamzysi, S.T., M. Eng., Moviin Damodaran–salah satu mahasiswa UTP –dan rekan sekelompoknya mempresentasikan Banatics, sebuah kantong plastik yang berasal dari olahan sampah pisang. Menurutnya, Indonesia memiliki banyak sampah yang berasal dari buah-buahan, tak terkecuali sampah pisang. Pemanfaatan sampah pisang yang diolah menjadi plastik dinilai tidak hanya menjadi alternatif di masa depan, tetapi juga mengurangi jumlah besar sampah sekaligus meningkatkan ekonomi di beberapa sektor.
Berbeda dengan kelompok Moviin, Muhammad Rahmat Syafiq Bin Zainal Abidin atau akrab dipanggil Rahmat yang mahasiswa UTP, bersama kelompoknya, menawarkan produk berupa gagasan untuk mengolah sampah sepatu menjadi sepatu layak pakai yang akan disumbangkan ke panti sosial. “Tujuan kita adalah mengurangi sampah, beramal melalui kegiatan sosial, dan berusaha menyelamatkan lingkungan,” ungkap koordinator acara kunjungan UTP ini.
Nama produknya adalah Airlangga Petromas Shoes (AirPetroS) yang direncanakan akan diperluas melalui perusahaan-perusahaan yang relevan seperti Adidas, Nike dan sebagainya.
Bersama dengan Lilis Kistriyani S.T., M.Eng. dan Dr. Muhammad Rashid bin Shamsuddin, Cholila memberikan masukan dan pertanyaan seperti tes kelayakan, dan sejauh mana kemanfaatan produk tersebut.
Potensi Kolaborasi
Terlepas dari model atau prototipe yang memiliki daya jual tinggi yang dihasilkan oleh mahasiswa gabungan, ada pula sesi kolaborasi yang diisi oleh masing-masing perwakilan komunitas seperti Central Language Improvement (CLI), UII Model United Nation (MUN), dan UII Global Student (GOLDEN) dalam rangka mewadahi proses dialog, membuka jejaring, dan menggali gagasan terkait kerja sama kegiatan mahasiswa tingkat internasional di masa mendatang.
Berangkat dari isu world class university bahwa istilah ini tidak melulu harus menyasar pada kualitas pengelolaan ataupun fasilitas kampus, tetapi juga harus berfokus pada kualitas dan karakter mahasiswa yang berorientasi pada isu-isu internasional. Tiga komunitas ini menggagas kegiatan kolaborasi internasional berupa Student Camp, Kuliah Kerja Nyata (KKN) internasional, dan ASEAN Youth Forum yang direncanakan akan diadakan di tahun 2020 mendatang.
Terakhir dilanjutkan dengan sesi testimoni dan impression terhadap kota Yogyakarta dan UII. Ting Jean Nee, Counsellor of UTP mengungkapkan bahwa secara keseluruhan, masyarakat Indonesia, terutama Yogyakarta dinilai ramah. “Dalam observasi saya, ketika kita ingin menyebrang jalan orang-orang di sini (Yogyakarta) berhenti, memberi jalan. Berbeda kalau di Malaysia,” tutur wanita yang akrab dipanggil Genie itu. (IG/ESP)