Mahasiswa UII Bantu Fasilitas Sanitasi dan Air Bersih di Pulau Bungin, NTB
Sekelompok mahasiswa dan alumni UII yang tergabung dalam startup AiKite melaksanakan program pengabdian masyarakat bertajuk “Period of Impact” di Pulau Bungin, Nusa Tenggara Barat (NTB). Kegiatan pengabdian masyarakat yang dikerjakan Nuha Anfaresi, Ainun Mardiah, Ainur Rifa Aliifa, Hidayatun Nafi’ah, dan Ajwad El-Amin itu berfokus pada upaya meningkatkan pemahaman pentingnya sanitasi dan air bersih di pulau tersebut. Selama tujuh hari, mereka secara intens berdialog dengan masyarakat dan menggali potensi lokal untuk meningkatkan kualitas sanitasi desa.
Disampaikan Nuha Anfaresi selaku ketua tim, Pulau Bungin punya potensi untuk dikunjungi wisatawan, namun sayangnya, dari segi air dan lingkungan belum memadai. Ia menilai diperlukan upaya edukasi, pengembangan, serta pengelolaan lingkungan secara bertahap dan berkala.
Salah satu tantangan yang dihadapi adalah kondisi air di Desa Bungin yang masih payau karena jarak pengambilan yang dekat dengan air laut. Sumber air bersih PDAM di daerah itu juga hanya dapat diakses 30% masyarakat. Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum memiliki toilet pribadi. “Hanya beberapa rumah saja yang ada toilet, bisa dihitung jari. Mereka buang hajat, mandi, dan buang sampah pun ke laut,” ungkap mahasiswa Teknik Lingkungan UII 2017 itu.
Menghadapi hal itu, langkah pertama yang dilakukan adalah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya air, sanitasi, dan kebersihan lingkungan. “Untuk edukasi kita ada tiga bagian, yang pertama untuk anak-anak, yang kedua untuk masyarakat, dan yang ketiga untuk bapak dan ibu yang ada di masjid”, jelasnya.
Guna memastikan edukasi berjalan baik, pihaknya selalu berkonsultasi dengan Kepala Desa Pulau Bungin sebelum menjalankan program. Pendekatan religius juga ditempuh yakni melalui kajian subuh tentang air.
Pasca kegiatan edukasi, tim pun memasang instalasi filter reverse osmosis untuk membantu masyarakat memperoleh air yang tidak terlalu payau sehingga lebih layak konsumsi. Saat ini, baru terdapat satu filter yang terpasang karena masih dalam tahap pengenalan agar masyarakat mengenal filter dari segi pemeliharaan dan pengoperasiannya.
“Jika masyarakat nantinya sudah teredukasi dengan operasional filter, maka filter nantinya dapat kami bantu untuk duplikasi, sehingga diharapkan air di masyarakat Pulau Bungin dapat terpenuhi”, imbuhnya optimis.
Namun demikian, tantangan yang cukup berat terletak pada penyediaan sarana toilet yang cukup bagi warga setempat. Pasalnya selain membutuhkan dana yang tidak sedikit, juga diperlukan koordinasi yang intens dengan pemerintah setempat.
“Ada lebih dari 1000 KK yang hidup disini dengan jumlah toilet yang sangat minim. Harapannya apabila kegiatan ini terpublikasi dengan baik akan semakin banyak dukungan bagi startup kami untuk untuk membantu masyarakat Pulau Bungin mendapatkan filter air bersih dan akses toilet yang memadai. Terimakasih kepada UII yang telah turut serta mendukung kegiatan kami,” pungkasnya.
Kegiatan tersebut turut mendapat apresiasi dari tokoh masyarakat. “Kami sangat senang teman-teman mahasiswa dapat membawa dampak positif baik bagi desa kami terutama dari segi sosial, ke adik adik yang sekolah SD maupun ke masyarakat setempat. Walaupun teman-teman UII hanya beberapa hari saja, tapi sangat berdampak bagi masyarakat kami,” tutur Kepala Desa Pulau Bungin, Jaelani, S.H.
Startup AiKite, yang diluncurkan sejak tahun 2018 oleh Nuha Anfaresi bergerak di bidang sosial khususnya dalam pengelolaan air di masyarakat. Dalam menjalankan programnya, startup ini telah mendapat kepercayaan mengelola dana dari berbagai pihak, seperti Kemenpora, inkubasi bersama IECT Germany, University of Cambridge di Inggris, dan Singapore International Foundation melalui program YSE 2020. (MD/ESP)