Mahasiswa Magister Kimia Diminta Jadi Inisiator

Magister Kimia (S2) Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) selenggarakan kuliah umum bagi mahasiswa baru. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Sidang 2 Gedung Prof. Dr. H. Zanzawi Soejoeti, M.Sc., Kampus Terpadu UII, pada Sabtu (7/9).

Kegiatan ini bertujuan memberikan bekal awal bagi mahasiswa baru sebelum menjalankan rutinitas perkuliahan. Bekal tersebut meliputi pengetahuan tentang perkembangan teknologi era 4.0 di dalam kimia yang disampaikan oleh Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. Berikutnya bagaimana menuntut ilmu (kimia) dalam perspektif Islam oleh Drs. Basuki Abdurrahman., M.Si., serta diseminasi penelitian pengembangan industri dan teknologi oleh Prof. Dr. Is Fatimah, S.Si.,M.Si.

Meskipun baru berdiri, Dekan FMIPA UII, Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D. menegaskan bahwa Prodi Magister Kimia UII memiliki sumber daya yang sangat memadai. Di hadapan para mahasiswa, Prof. Riyanto mengemukakan bahwa sebelum para mahasiswa lulus Prodi ini telah dilabeli dengan akreditasi.

Senada diungkapkan Alwar, Prodi Magister Kimia memiliki dosen yang sangat memadai baik dari proffessor, assecore proffesore, asisten professor serta alat-alat,” tandasnya.

Dalam materinya, Allwar menjelaskan perkembangan industri yang terus bergerak. Mulai dari era industri 2.0 (produksi massal, perakitan, energi listrik, dan lainnya), industri 3.0 (otomatisasi, komputer, dan elektronik), hingga era industri 4.0 (Internet of things, networks). Menurutya, kemajuan ini telah membuat berbagai perubahan pada beberapa aspek seperti terbentuknya artificial intelligence.

“Dimana dengannya diciptakan robot yang memiliki kecerdasan hampir menyerupai kecerdasan manusia,” terangnya.

Selain itu, hadir pula istilah big data. Dengannya setiap kebutuhan dapat tersaji melalui data yang sangat lengkap. Karena teknologi, hadir pula digital economy, yaitu perkembangan digital yang senantiasa berorientasi pada profit.

Akan tetapi dengan kemajuan-kemajuan tersebut, masyarakat hanya bisa menjadi konsumen. Ironisnya hal ini tidak hanya terjadi pada masyarakat biasa tetapi juga pada kaum terdidik (Mahasiswa- read).

“Kita jangan hanya menjadi konsumen, tetapi kita harus jadi inisiator, jangan hanya jadi yang bisa menikmati, tetapi jadi yang bisa memberikan kontribusi. Itu tugas kita,” ujar Allwar dalam paparan materi.

Selanjutnya dijelaskan bahwa terdapat empat dampak utama dari era revolusi industri 4.0. Pertama dampaknya pada harapan pelanggan dan yang kedua peningkatan suatu produk. Misalnya bentuk produk yang berbeda. Ketiga pada inovasi yang bersifat kolaborasi, dijelaskan bahwa era revolusi industri 4.0 telah mengharuskan kita untuk memiliki kerjasama nasional dan internasional. Dan keempat pada bentuk organisasi.

Selain itu, juga dijelaskan 5 kompetensi yang harus dimiliki oleh generasi milenial sekarang ini. Kelima kompetensi tersebut yaitu kompetensi membangun jaringan.
“Seseorang diharuskan membangun jaringan baik nasional dan internasional, “Jelas Allwar.

Berikutnya adalah internet of things. Seseorang harus memanfaatkan internet yang mampu menjangkau segala hal. Ketiga adalah penguasaan terhadap teknologi komersil, keempat penguasaan kompetensi global dan terakhir penguasaan terhadap kompetensi masa depan yang strategis.

“Itu semua bermuara pada orang dan nilai-nilai kita perlu membentuk masa depan yang bekerja untuk kita semua dengan mengutamakan orang dan memberdayakan di sana,” jelas Allwar di akhir paparan materinya.

Prodi Magister Kimia yang baru saja berdiri ini memiliki tiga konsentrasi. Ketiga konsentrasi tersebut yaitu konsentrasi minyak siri, konsentrasi material sains dan elektro kimia dalam pengembangan energi dan lingkungan, dan konsentrasi bahan alam untuk food dan kesehatan.

Menurut Allwar didirikannya S2 Kimia UII merupakan tanggapan atas kurangnya program magister kimia di Indonesia, serta diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian di Indonesia.

Allwar juga menuturkan bahwa ada masalah komunikasi antara institusi pendidikan (perguruan tinggi) dengan institusi pemerintahan. Banyak hasil-hasil penelitian yang berakhir di perpustakaan.
Melaui program S2 ini, ia berharap akan menjalin kerjasama dengan beberapa institusi agar hasil-hasil penelitian dari mahasiswa dapat diaplikasikan langsung oleh institusi-institusi terkait.

“Ada komunikasi yang putus antara institusi perguruan tinggi dan institusi pemerintahan dalam hal penelitian. Seharusnya hasil-hasil penelitian di perguruan tinggi diambil oleh institusi pemerintahan,” ujar Allwar dalam sesi wawancara. (D/RS)