Mahasiswa KKN Adalah Wakil UII di Masyarakat

Di awal tahun, UII segera mendorong para mahasiswanya untuk terjun berinteraksi dengan masyarakat. Sebagaimana tergambar dalam acara pelepasan mahasiswa UII untuk mengikuti program Kuliah Kerja Nyata (KKN), Tahun Akademik 2017/2018, pada Jum’at (19/1), di Auditorium Prof. Abdul Kahar Muzakkir. Pada KKN UII periode ini menerjunkan 1.327 mahasiswa yang tersebar dari berbagai Program Studi. Sebanyak 892 mahasiswa, 435 mahasiswi, dengan didampingi 27 dosen pembimbing lapangan akan turut ambil bagian pada KKN kali ini.

Disampaikan Kepala Pusat KKN UII, Dr. Unggul Priyadi, M.Si. dalam laporannya, lokasi KKN UII terbagi di empat kabupaten, 11 kecamatan, dan 29 desa. Lokasi ini tersebar di wilayah Yogyakarta dan Jawa Tengah seperti Klaten, Purworejo, dan Magelang. Adapun waktu pelaksanaanya pada tanggal 23 Januari s.d 23 Februari 2018 atau akan menginap selama satu bulan di lokasi KKN.

Sebelum mengikuti program KKN ini seperti dituturkan Unggul Priyadi, para mahasiswa telah mengikuti berbagai pembekalan seperti di antaranya keagamaan dan pengembangan ide kreatif. Ia menambahkan, pada penyelenggaraan program KKN periode ini hampir di suluruh lokasi KKN akan fokus pada program yang kaitannya dengan pembuatan profil desa, membuat program unggulan berdasarkan potensi desa, dan menghidupkan kegiatan sosial keagamaan yang positif.

Sementara Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum.,Ph.D. menyampaikan KKN merupakan momen mahasiswa bertemu langsung dengan masyarakat. Selama terjun di lokasi KKN mahasiswa merupakan wakil dari UII di tengah masyarakat. Jas almamater yang dipakai oleh setiap peserta KKN adalah simbol yang menunjukkan mereka bagian dari UII.

Ditambahkan Nandang Sutrisno, oleh karenanya mahasiswa hendaknya mampu menunjukkan sikap yang terpuji dan menghormati adat serta kebiasaan masyarakat di lokasi KKN. Mewakili UII mengandung makna mahasiswa berkewajiban menjunjung sopan santun dan nilai-nilai Islam. Selain itu, para peserta juga tidak boleh melakukan aktivitas-aktivitas yang tidak sesuai dengan institusi pendidikan, seperti gerakan-gerakan politik.

Lebih lanjut Nandang Sutrisno juga menggarisbawahi pentingnya program KKN yang juga menjadi bagian proses pendidikan yang harus ditempuh. KKN menjadi wadah bertemunya ilmu yang dipelajari dengan aplikasinya di masyarakat.

Ia berharap agar program-program selama KKN dijalankan dengan baik dan sepenuh hati, serta dengan suka cita dan tidak sekedar asal jalan. Sebab KKN adalah momen yang sangat baik untuk membangun kepercayaan diri, menjadi seorang yang mampu mengendalikan diri sendiri, di samping juga untuk mendekatkan diri kepada masyarakat. (EF)