Mahasiswa Diajak Tidak Takut Memulai Bisnis Start-Up
Perkembangan bisnis rintisan (start-up) sebagai perusahaan rintisan ke depan semakin menjanjikan. Para investor pun melirik Start Up karena inovasi baru dalam berwirausaha dan pasarnya yang mampu memenuhi kebutuhan masyarakat. Bertempat di Ruang Micro Teaching Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII, Departemen Islamic Entrepreneur Forum Kajian Ekonomi Islam (FKEI) menyelenggarakan “Sharing Session Start Up Business” pada Kamis (13/04).
Rizqi Anfanni Fahmi S.E.I. sebagai pemateri dalam kesempatan ini menjelaskan berbisnis adalah kemampuan dalam menjual produk. Karena ketika dalam tahap penjualan produk di saat berbisnis, maka di situlah jiwa kewirausahaan akan teruji. Kegiatan sharing session ini dihadiri oleh para mahasiswa FIAI dari berbagai macam jurusan. Para peserta begitu antusias ditandai banyaknya para peserta yang aktif bertanya untuk mengetahui lebih dalam terkait bisnis rintisan.
Ia menambahkan, kebanyakan literatur tentang Start Up berupa teknologi yang kemudian muncul perbedaan definisi antara start up dan Small Business (UMKM). Dalam menjalankan bisnis rintisan, teknologi berperan penting sebagai jantung karena tanpa teknologi bisnis rintisan tidak dapat berjalan.
Sedangkan untuk Small Business, teknologi merupakan satu alat saja untuk menjadi bagian marketing maupun secara operasional perusahaan. Dalam sharing session ini Rizki Anfanni Fahmi turut memaparkan contoh salah satu Start Up yang disebut paling sukses hingga kini yaitu Grab, GO-JEK, Uber, dan E-Commerce.
Sebelumnya tidak pernah terbayangkan aplikasi yang dapat mendatangkan semua kebutuhan di depan mata. “Yang sebelumnya untuk mendapatkan kebutuhan seperti angkutan dan makanan, orang harus mencari dan mendatanginya langsung. Namun semua kebutuhan terkait angkutan dan makan terpangkas dengan berbagai fitur yang ada di start up”, imbuhnya.
Hadirnya Start Up E-Commerce juga memangkas kebutuhan orang untuk membeli barang sehingga tidak perlu repot datang langsung ke tempatnya untuk membeli barang.
Kemudian Rizki Anfanni Fahmi menjelaskan perusahaan Start Up mengejar valuation (nilai perusahaan) dan bukan keuntungan semata. “Yang dijual perusahaan Start Up bukan keuntungannya, tapi valuation. Jadi nilai perusahaan itu seberapa besar?, nilai itu tidak tentang profit tapi tentang berapa banyak customernya, bagaimana fiturnya, bagaimana prospek penggunaannya ke depan. Itu valuetionnya, dan itu nilainya lebih tinggi daripada sekedar profit” ungkapnya.
Menurutnya, untuk menjadi seorang pebisnis, hal yang terpenting untuk dilakukan adalah melatih jiwa, bukan skillnya. Seorang pebisnis haruslah cepat bergegas dan mencari partner yang dapat diajak kerjasama. “Untuk memulai berbisnis, segera berbegas, carilah teman. Jika berhasil alhamdulliah, namun jika gagal maka coba lagi”, pungkasnya. (AR/ESP)