,

Lestarikan Budaya Nusantara Melalui Fashion

Ikatan Keluarga Ibu-Ibu Universitas Islam Indonesia (IKI UII) mengisi kegiatan Syawalan 1440 H dengan fashion show wastra nusantara, pada Jum’at (21/6), di Auditorium Abdulkahar Muzakkir, Kampus UII Terpadu.

Hadir memamerkan karyanya Essy Masita dan Leila Rauf. Kedua designer tersebut turut memukau para hadirin yang tergabung dalam IKI UII. Mereka diantaranya berasal dari ibu-ibu dosen, ibu-ibu istri pejabat di UII, istri dosen serta ibu-ibu Tenaga Kependidikan di lingkungan UII.

Acara berjalan meriah, terutama saat beberapa model dari kalangan ibu-ibu menunjukkan busana karya para designer dengan gaya mereka masing-masing. Acapkali gerakan ibu-ibu mengundang galak tawa para hadirin.

Era disrupsi memang telah membuat ketercerabutan di berbagai lini dalam keseharian sosial saat ini, termasuk fashion. Melihat hal tersebut, Leila Rauf berusaha mengangkat budaya lokal melalui karya yang diparadekan pada acara fashion show tersebut.

Karya Leila berusaha mengelola wastra nusantara berupa batik lurik, tenun dari Jepara. Karya tersebut dibuat tanpa potongan berlebih. Bahkan boleh dikatakan minim jahitan.

“Saya pakai teknik cutting asimetris. Busana yang tersajikan longgar, cocok untuk ibu-ibu yang bertubuh besar dan kurus. Aksen tali yang terbuat dari tenun serupa bertujuan memberi kesan langsing. Atau jika tidak diikat di pinggan, tali ini bisa berfungsi sebagai bahan membuat turban,” terangnya

Lebih lanjut, Leila juga menerangkan bahwa pakaian yang ditampilkan cukup kasual untuk acara non-formal. Namun, juga dapat digunakan di acara formal. “Tinggal dipadukan dengan gamis atau legin dan kaus panjang,” lengkap Leila.

Sementara, Fashion Show Maharani Persada karya Essy Masita, hadir dengan koleksi nature ethnicnya. Mengusung kain batik tenun yang diproses dengan hand made kontemporer, yang uniqe casula. Essy berusaha menampilkan keindahan dan kekayaan alam, termasuk di dalamnya terdapat nilai-nilai budaya nusantara yang tampilkan.

“Saya ingin terus melestarikan warisan budaya, dimana kain-kain ini mempunyai nilai seni tinggi dan keindahan luar biasa, jadi saya concern untuk tetap memakai kain/wastra nusantara di setiap karya saya,” jelas Essy.

Hadir dengan karya yang tidak hanya cocok bagi ibu-ibu, pakaian dengan desain tersebut juga sangat cocok untuk trend anak muda. Tak ayal, Essy harus berusaha kurang lebih sebulan dalam proses pembuatan.

“Dalam setiap proses, kadang ada kesulitan, apalagi karena pengerjaannya masih handmade. Jadi terkadang warna yang kita inginkan belum sesuai karena eksperimen pencampuran warna. Akhirnya harus diulang beberapa kali, hingga mendapatkan warna yang diinginkan,” kisah Essy.

Turut memeriahkan acara fashion show, pakaian Griya Muslimah Annisa. Beberapa pakaian karya designer Griya Muslimah Annisa juga digalakkan dalam acara fahion show tersebut. Kurang lebih 17 model dihadirkan dalam memamerkan karyanya. (D/RS)