LEM FMIPA UII Gelar Sharing Discussion
Departemen Kajian Penelitian LEM FMIPA UII bekerja sama dengan Islamic Science and Research Club (LASER-C FMIPA UII) menyelenggarakan sharing discussion dengan tema “Tanpa Impor pangan, obat-obatan dan pertambangan, apakah Indonesia bisa maju?”, pada Minggu (15/4), bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito, MD., MPH, Kampus Terpadu UII,,
Sharing discussion dibagi ke dalam tiga rangkaian sesi. Sesi pertama membahas mengenai “Impor garam” yang di isi oleh Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D. Dalam pemaparannya, Ia menjelaskan garam yang di produksi oleh petani garam Indonesia bisa dilakukan pemurnian sehingga kualitasnya bisa lebih tinggi dan dapat mengurangi harga yang digunakan untuk impor garam industri. Indonesia menurut Prof. Riyanto harus mandiri untuk memenuhi kuantitas dan kualitas garam industri agar tidak selalu ketergantungan dengan produk impor.
Selanjutnya pada sesi kedua diisi oleh Pinus Jumaryatno, S.Si., M.Phil., Ph.D., Apt. Ia membahas potensi obat-obatan dari Indonesia dalam penanganan permasalahan kesehatan. Dalam pemaparannya dijelaskan seberapa kemampuan Indonesia untuk mengolah bahan baku obat. Bahan baku yang diimpor adalah bahan baku yang sintetis, ada 10 bahan aktif farmasi yang di impor terutama untuk antibiotic, dimana antibiotic amoxylin 17 %. Dan paracetamol 10 %. kita melihat dari pangsa pasar yang dicatat menguasi ada 27% pasar farmasi di asean. 70 % dikuasai oleh industry farmasi internasional, saat ini pemerintah Indonesia sudah mengurangi impor.
“Misalnya di Cikarang ada pabrik baru untuk memenuhi bahan baku obat. Kita tidak bisa instan mengurangi impor, harus bertahap sehingga bisa memenuhi bahan baku obat Indonesia,” tuturnya.
Pinus Jumaryatno menambahkan, untuk solusinya sedikit demi sedikit mengurangi bahan baku impor. Pemerintah Indonesia sudah membuat kebijakan bahan baku obat tentang pengurangan dan meningkatkan kemandirian. Misalnya dalam Peraturan pemerintah no 14 tahun 2015 tentang rencana hidup pembangunan industri nasional tahun 2015 – 2035. Industri farmasi,kosmetik, dan askes menjadi industri yang diprioritas.
Kemudian pada sesi ketiga diisi oleh Bayu Wiyantoko, S.Si., M.Sc. Ia membahas materi “smelter dalam industri pertambangan”. Dalam pemaparannya disampaikan, Pemerintah harus membangun smelter, karena smelting industri merupakan salah satu upaya jangka Panjang. Menurutnya kalau sudah dimurnikan, nilai jualnya lebih tinggi. Sebagai scientist muda, peluangnya besar sekali di bidang industry migas dan pertambangan. Contohnya adalah dengan mencoba memaksimalkan smeltern oleh bangsa, dikerjakan anak bangsa, devisi nya kembali dengan anak bangsa.
Sementara itu, Muhammad Ari Wicaksono, Ketua LEM FMIPA UII, menjelaskan tujuan sebagai mahasiswa selain belajar sesuai dengan kurikulum yang ada, juga perlu menyikapi permasalahan-permasalahan yang dihadapi saat ini di Indonesia. Salah satunya melalui forum atau kegiatan sharing, diskusi, debat atau kajian. (MWA/RS)