Kisah Ibrahim dan Ismail, Inspirasi bagi Kaum Milenial

Hari Raya Idul Adha merupakan hari besar yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia mempunyai cara sendiri untuk menyambutnya yakni dengan menggelar rangkaian acara yang disebut Adha Fest. Salah satu acara dalam kegiatan Adha Fest adalah kajian senja yang dilaksanakan pada Senin (19/07).

Kajian kali ini menghadirkan Ustadz Hilman Fauzi sebagai pembicara dengan tema “Milenial Bangkit, Berbagi, dan Menginspirasi”. Tema yang dibawakan meski cukup serius namun menyedot perhatian audiens jelang berbuka puasa hari Arafah.

Ustadz Hilman memulai ceramahnya dengan mengisahkan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail untuk dijadikan teladan bagi kaum milenial. Perayaan Idul Adha memang lekat dengan kedua nabi mulia ini. Keteladanan Nabi Ibrahim bahkan membuat Allah Swt. sangat mencintainya sehingga ia mendapat predikat kekasih Allah.  

Menurutnya, ada pesan tentang nilai ketauhidan lewat cerita Ibrahim. Nabi Ibrahim begitu ingin memiliki seorang putra, bertahun-tahun ia terus mendekatkan diri kepada Allah dan terus berdoa. Nabi Ibrahim percaya Allah tahu apa yang terbaik bagi hamba-Nya. 

“Tentu kita semua juga mempunyai banyak keinginan, ketika punya keinginan jangan meminta kepada siapapun kecuali kepada Allah. Kita harus seperti Nabi Ibrahim yang menyerahkan semuanya kepada Allah. Jangan berharap kepada selain Allah karena hanya akan mendapatkan kekecewaan,” pesan Ustadz Hilman.

Pesan selanjutnya adalah nilai kesabaran. Sabar bukan menyerah atau lemah, namun sabar adalah menahan diri untuk tidak melakukan sesuatu yang dibenci Allah. Dalam kesabaran kita harus melibatkan Allah. Sabar itu tidak ada batasnya, jika masih mengatakan sabar ada batasnya berarti orientasi kita masih pada duniawi. 

Nabi Ibrahim begitu sabarnya sampai Allah mendatangkan seorang putra yang telah dinantikannya selama bertahun-tahun, yaitu Ismail. “Tidak ada hasil dari sebuah kesabaran, kecuali kebahagiaan” terang Ustadz Hilman.

Kemudian hal yang tak kalah penting adalah keikhlasan. Ketika Allah memberikan perintah untuk menyembelih Ismail, anak itu justru meminta ayahnya menuruti perintah Allah. Keduanya memberikan pelajaran bahwa semua yang kita miliki adalah dari Allah. Ketika Allah memintanya kita harus ikhlas. Tidak mudah bagi Ibrahim untuk merelakan putra yang telah ditunggu selama bertahun-tahun lamanya. 

Terakhir ia menyimpulkan ada empat kunci sukses bagi milenial berdasarkan pelajaran dari Nabi Ibrahim. Pertama adalah optimal dalam berdoa, kekuatan doa dapat mengubah segalanya. Kedua yang tak kalah penting adalah ikhtiar. Dalam hidup ini manusia tetap harus berusaha untuk meraih apa yang dicita-citakan. Lalu bersyukur dan bersabar, bersyukur ketika diberikan nikmat dan bersabar ketika diberikan ujian. 

Kunci yang lain adalah husnuzhan atau menjalani kehidupan dengan prasangka baik terutama kepada Allah. Hal tersebut akan membawa hal positif dalam hidup. “Berusahalah melibatkan Allah dalam setiap urusan. Jika sukses tidak akan sombong dan jika gagal tidak akan putus asa,” pungkasnya. (AWP/ESP)