Kilas Balik Pameran Fotografi, Jendela UII Memaknai Seni
Pameran fotografi “Merapi Bersahabat, UII Berkhidmat” resmi ditutup pada Kamis (10/11) di Lantai LG, Gedung Mohammad Hatta Perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII). Ajang pameran berlangsung selama 10 Oktober-10 November berhasil menjaring 712 kunjungan yang terdiri dari masyarakat umum maupun sivitas akademika. Dalam pameran ini juga ditampilkan 105 buah karya fotografi dengan perpaduan unsur Gunung Merapi dan UII. Tidak hanya itu, tercatat ada sebanyak 76 peserta yang mengirimkan karya fotografi. Sebanyak 43 foto berhasil terpilih melalui proses kurasi, terdiri atas 17 mahasiswa, 11 tenaga kependidikan, dan 5 dosen. Pada kesempatan yang sama, panitia juga memberikan hadiah bagi karya terfavorit pilihan pengunjung dan kurator.
Melihat data-data tersebut, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D selaku Rektor UII mengaku sangat berbahagia sekaligus takjub. Angka-angka itu dikatakannya merupakan potret antusiasme setiap insan yang ada. Pameran yang diadakan sebulan lamanya ini dianggap sebagai salah satu peristiwa budaya oleh Rektor UII sendiri. Pasalnya agenda sejenis dapat dikatakan masih belum masif diadakan, “sehingga patut kita rayakan baik itu pembukaan maupun penutupannya,” buka Prof. Fathul Wahid dalam sambutannya.
Jika diamati, setiap karya fotografi yang terpajang di Perpustakaan UII melahirkan makna tersendiri bagi penikmatnya. Hal itu sejalan dengan perspektif Prof. Fathul Wahid yang menyinggung mengenai keseimbangan. Mengutip buku The Tao of Islam karya Sachiko Murata, beliau mengatakan bahwa sifat Tuhan ada dua. Pertama adalah sifat megah, agung, dan gagah. Kedua adalah halus, indah, penyayang, dan lainnya. Perpaduan dan keseimbangan antara sifat tersebut diklaim akan menimbulkan kesempurnaan.
Hal yang sama ketika konsep tersebut dimasukkan ke dalam aspek kehidupan. Keseimbangan antara kemampuan analitis dan jiwa seni akan melahirkan kesempurnaan. Menurut hemat Rektor UII “ketika kita menggabungkan otak kiri dan kanan maka harapannya akan tercetus hal-hal yang menarik dari dalam jiwa,” ungkapnya.
Pameran fotografi ini sendiri dianggap dapat menjadi motor penggerak bagi UII untuk lebih mendalami nilai-nilai seni, sastra, dan kebudayaan. Ditutupnya pameran ini bukan berarti menjadi akhir bagi segalanya. Melainkan merupakan pintu gerbang untuk dapat melakukan hal yang lebih.
Bukan tidak mungkin ke depan, institusi tertua di Indonesia ini dapat melahirkan peristiwa-peristiwa budaya yang lebih, “untuk menyeimbangkan, membuat UII lebih feminin, menghargai keindahan, dan sekaligus menjadi wadah etalase setiap insan yang terpendam,” jelas Prof. Fathul Wahid.
Lebih dari itu, eksistensi pameran fotografi berpeluang menjadikan UII lebih adaptif, berbaur, dan menyatu dengan pegiat seni lainnya. Dinyatakan oleh Prof. Fathul Wahid, “melalui kegiatan pameran ini dapat membuat UII lebih merambah ke komunitas-komunitas atau kelompok seniman yang selama ini jauh dari radar kita,” tambahnya.
Sementara itu, hadir pula inisiator kegiatan selaku kurator karya Teguh Santosa. Dirinya mengaku sangat berbahagia dan bangga atas berlangsungnya kegiatan. “Pameran selama sebulan ini hal yang luar biasa mulai dari pembukaan sampai penutupan ternyata melebihi ekspektasi,” tegasnya.
Dengan ditutupnya pameran ini, besar harapan Teguh untuk program seperti ini berlanjut. Teguh Santosa dkk juga siap untuk berkontribusi nyata dalam agenda sejenis ke depan. Terakhir, Teguh juga berterima kasih atas diberikannya ruang dan waktu untuk pementasan karya di Perpustakaan UII, “terima kasih atas segala dukungan selama pameran,” pungkasnya. (KR/ESP)