Keutamaan Salam Dalam Islam
Sebuah kisah dialog pendek antara seorang ayah dengan anaknya. Sang anak bertanya pada ayahnya tentang apa saja yang selama ini ia lihat dan amati. “Wahai Ayahku, mengapa sering kali aku lihat bahwa banyak orang yang sudah kaya dan menjadi pejabat. Tetapi, ia masih sering mencuri yang bukan hak mereka seperti korupsi, merampok, dan sebagainya.
Lalu kemudian di saat yang sama, orang-orang saling menyakiti, merendahkan, menghina, dan mencaci. Padahal seyogyanya mereka hidup bersama, saling tolong-menolong dan menyelamatkan. Sang ayah menjawab, Wahai anakku, ketika engkau menyaksikan hal-hal seperti itu berarti orang-orang tersebut belum mampu mengamalkan tentang salam.
Mereka hanya mengucap dan menjawab salam hanya sebatas di lisan. Andai kata mereka mampu mengamalkan Assalamu’alaikum di dalam perilaku mereka sudah pasti akan saling menyelamatkan satu dengan lainnya.
Salam juga disebutkan dalam sebuah Hadist Riwayat Muslim, yang mempunyai arti, “kalian tidak akan masuk surga hingga kalian beriman, dan kalian tidak akan beriman hingga kalian saling cinta. Maukah aku tunjukkan sesuatu, bila kalian lakukan maka kalian akan saling cinta? Sebarkanlah salam di antara kalian.
Hal tersebut dipaparkan Ustadz Moh. Mizan Habibi saat memberikan kajian di channel Youtube Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam belum lama ini. Ustadz Mizan menjelaskan bahwa terdapat esensi dalam kalimat Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. “Terdapat tiga kata kunci dalam salam, yakni Assalam; Rahmat; Barokah,” sebutnya.
Ketiga kata tersebut memiliki posisi yang berbeda-beda. Assalam tidak disandarkan secara langsung dengan kata Allah. Sedangkan Rahmat dan Barokah disandarkan kepada kata Allah secara langsung. Artinya, menurut Ustadz Mizan adalah keselamatan itu membutuhkan peran penting di antara manusia. Ketika kita mengucap dan kemudian ada yang menjawab, maka kalimat salam termanifestasikan dalam perilaku kita dengan saling menjaga keselamatan antar sesama.
Tiga hal yang harus dijaga dalam menjaga keselamatan
Pertama, keselamatan jiwa dan raga. Sebagai contoh dalam masa pandemic Covid-19, kita setidaknya harus saling menjaga diri agar virus ini tidak masuk dalam tubuh. Upaya menjaga keselamatan diri dari virus dapat dilakukan dengan menggunakan masker, mencuci tangan, olahraga yang rajin, kemudian makan makanan bergizi. “Banyak hal lain yang bisa kita lakukan; semisal tidak memukili orang lain, tidak membunuh, dan perilaku kejahatan lainnya,” ungkap Ustadz Mizan.
Kedua, keselamatan martabat. Dalam konteks Covid-19, kita dapat menjaga martabat diri dengan tidak menaruh klaim atau menjustifikasi seseorang yang terkena virus sebagai orang yang harus dihindari. Apabila kita mengklaim seseorang sampai tidak menerima jenazah positif corona seperti kabar dari media, maka betapa hati keluarganya sakit hati dan bersedih. “Ini berarti kita belum mampu menjaga martabatnya. Sudah sepatutnya kita kemudian menjaga hati keluarganya agar tidak tersakiti,” jelasnya.
Ketiga, keselamatan harta benda. Khususnya dalam masa pandemi, banyak bantuan seperti sembako yang disediakan oleh pemerintah maupun volunteer untuk membantu para korban. “Kita dapat menjaga keselamatan bantuan tersebut dengan tidak memanipulasinya dan membagikannya kepada orang yang tepat,” pesan Ustadz Mizan. (SF/RS)