Kepemimpinan Profetik Solusi Kepemimpinan Nasional
Salah satu permasalahan bangsa Indonesia yang belum menemukan titik penyelesaian hingga saat ini ialah merosotnya integritas kepemimpinan nasional di Indonesia. Sejarah mencatat, banyaknya pemimpin yang seringkali menyalahgunakan kekuasaan justru akan berujung negatif terhadap pemimpin itu sendiri. Sehingga dapat menghilangkan rasa simpati dan empati dari masyarakat. Oleh karenanya dibutuhkan seorang pemimpin yang mempunyai kapasitas dan integritas yang dapat memberikan keadilan dan kesejahteraan masyarakat di Indonesia.
Topik tersebut tergambar dalam Diskusi Akhir Tahun dengan tema “Krisis Kepemimpinan dan Integritas Bangsa” yang diselenggarakan oleh Pasacasarjana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) bekerjasama dengan Televisi Republik Indonesia (TVRI) Jogja, pada Jum’at (29/12) di Ruang Auditorium Lantai 3, Pascasarjana FH UII, Jl. Cik Ditiro No. 1 Yogyakarta.
Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Republik Indonesia Periode 2010-2011, Dr. M. Busyro Muqoddas, SH., M.Hum., menyampaikan bahwa salah satu kemampuan yang harus dimiliki seorang pemimpin ialah mampu mempengaruhi orang lain dengan kapasitas yang dimilikinya.
“Pemimpin itu harus mempunyai kemampuan spritualitas, intelektualitas, leadership, serta ada kemampuan mempengaruhi orang lain, kalau tidak maka sama halnya seperti manusia biasa”, tuturnya.
Sementara Ketua Komisi Yudisial Republik Indonesia Periode 2013-2015, Dr. Suparman Marzuki, SH., M.Si., menyatakan bahwa untuk melahirkan pemimpin yang mempunyai integritas tinggi sangat sulit di Indonesia.
“Upaya untuk membenahi bangsa ini perlawanannya sangat kuat, sehingga untuk menghasilkan pemimpin yang berintegritas sangat sulit karena mereka akan teraleniasi dengan sistem demokrasi yang transaksional, jabatan hanya bisa diakses oleh mereka yang punya uang”, ungkapnya.
Lebih lanjut Rektor UII, Nandang Sutrisno, SH., LLM., M.Hum., Ph.D., menyampaikan bahwa salah satu cara untuk menghasilkan pemimpin yang berintegritas dan berkualitas ialah dengan mengimplementasikan konsep kepemimpinan profetik dalam kepemimpinan nasional.
“Salah satu teori yang belum terimplementasi saat ini saya kira kepemimpinan profetik, secara umum konsep ini menghendaki pembebasan penghambaan manusia kepada manusia yang lain”, pungkasnya. (IH)