Kenali Penanganan Tepat Cedera Jaringan Lunak
Setelah membahas mengenai cedera patah tulang, pada sesi dua Scientific Update and Clinical Approach of Musculoskeletal Trauma (SKELETON) Continuous Medical Education (CME) FK UII membahas mengenai cedera jaringan lunak. Disampaikan oleh dr. Asa Ibrahim Zainal Arifin, Sp.OT, Dokter Praktik RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, jaringan lunak adalah bagian tubuh di antara kulit dan jaringan, termasuk otot, tendon, saraf, fascia, ligament, lemak, pembuluh darah, pembuluh limfa, dan kartilago.
dr. Asa menjelaskan bahwa otot merupakan jaringan dalam tubuh manusia yang menggerakan tulang dibantu oleh tendon. Tendon sendiri merupakan jaringan tebal yang berfungsi menempelkan otot dengan tulang. Agar mampu bergerak tubuh butuh peran dari saraf. Secara umum cara kerja saraf adalah dengan mengumpulkan informasi (sensorik) dari luar tubuh manusia untuk dikirimkan ke otak. Selanjutnya, otak akan memproses informasi dan memberikan informasi (motorik) ke otot, kelenjar, dan organ.
Langkah awal penanganan pada cedera jaringan lunak hampir sama dengan cedera patah tulang. Menurut dr. Asa, saat melakukan pemeriksaan awal cedera, contohnya adalah cedera pada lengan bawah. Maka tidak cukup untuk memeriksa pada bagian tersebut saja. Periksalah bagian jari-jari tangan apakah mampu bergerak untuk mengetahui apakah terjadi kerusakan pada saraf.
Selanjutnya adalah amati penampakan pada luka. Contohnya luka tampak pucat, maka kemungkinan adanya kerusakan pembuluh darah lokal. Namun, saat pucat terjadi pada seluruh hampir bagian tubuh, maka kemungkinannya adalah pasien mengalami cedera pada arteri (pembuluh darah besar). “Pemeriksaan gold standar cedera jaringan lunak adalah dengan MRI,” tambahnya.
Lanjutnya, MRI (Magnetic Resonance Imaging) adalah suatu teknologi yang menggunakan magnet dan energi gelombang tubuh untuk melihat kondisi organ tubuh. Apabila x-ray hanya mampu menghasilkan gambar dua dimensi. Berbeda dengan MRI yang mampu menampilkan hasil tiga dimensi dengan lebih detail. Namun, penggunaan alat MRI tersebut biasanya terbatas di rumah sakit besar. Pilihan lain adalah dengan menggunakan USG (Ultrasonografi). USG selain mudah ditemukan di berbagai fasilitas kesehatan, juga memiliki biaya yang lebih terjangkau.
Materi seminar ditutup oleh dr. Agus Taufiqurrohman, M.Kes, Sp.S mengenai sudut pandang Islam terhadap cedera tulang dan otot. Dia mengingatkan audiens terhadap suatu hadits Bukhari, bahwa Allah tidak menurunkan satu penyakit pun melainkan Allah turunkan pula obat baginya.
Penanaman rasa sabar oleh dokter kepada pasien berpengaruh kepada proses penyembuhan. Tanamkan rasa optimis, mengingatkan pasien mengenai makna mensyukuri apa yang dimiliki. Dia memberi contoh sebuah cerita sebuah kasus pasien yang menderita sakit di kaki kirinya.
Ada dua jenis respon disini, pertama adalah “Aduh sakit sekali kaki kiri saya,” kedua “Alhamdulillah kaki kanan saya masih sehat.” Ia meyakini respon positif akan mempercepat proses penyembuhan. (UAH/ESP)