Jumlah Guru Besar UII Kembali Bertambah
Jumlah Guru Besar di lingkungan Universitas Islam Indonesia (UII) kembali bertambah. Kali ini gelar Guru Besar dalam bidang ilmu Hukum Pidana berhasil diraih oleh Dr. Rusli Muhammad, SH., MH., dan menjadikannya sebagai Guru Besar yang ke-15 di lingkungan UII.
Pengangkatan Dr. Rusli Muhammad sebagai Guru Besar ditandai dengan penyerahan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI, Nomor 2350/A2.3/KP/2017 oleh Koordinator Kopertis Wilayah V, Dr. Ir. Bambang Supriyadi, CES., DEA., kepada Plt. Rektor UII, Dr. Ing. Ilya Fajar Maharika, MA., IAI., Senin 13 Februari 2017, di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito UII.
Turut hadir dan menyaksikan dalam penyerahan surat keputusan ini Ketua Yayasan Badan Wakaf UII, Dr. Ir. Luthfi Hasan, MS., segenap Dekan dan Kaprodi di lingkungan UII. Juga tampak hadir Guru Besar Hukum Tata Negara UII, Prof. Dr. Moh. Mahfud MD., SH. SU.
Disampaikan Dr. Bambang Supriyadi dalam sambutannya, Dr. Rusli Muhammad merupakan Guru Besar ke-49 di lingkungan Kopertis Wilayah V. Akan tetapi total Guru Besar di Kopertis Wilayah V atau yang didanai oleh Kopertis Wilayah V menurutnya sampai saat ini ada 51 orang. Guru Besar ini merupakan pindahan dari salah satu kampus negeri di Yogyakarta dan satu lagi pindahan dari Kopertis di Wilayah Jakarta.
Menurut Dr. Bambang Supriyadi, saat ini terdapat 34 tim Penilai Angka Kredit (PAK) yang ada di Kopertis Wilayah V, dan ini menurutnya guna memenuhi 17 bidang keahlihan yang sering muncul dan ada yang harus di evaluasi. Ia menuturkan untuk ke Guru Besar satu orang calon diperiksa oleh tiga orang Guru Besar dari tim PAK. Hal ini menurutnya untuk menghindari like and dislike, setiap calon Guru Besar benar-benar diperiksa sesuai keahlihannya.
Lebih lanjut Dr. Bambang Supriyadi menuturkan, pengajuan Guru Besar untuk saat ini tidak boleh hanya menggunakan hard copy, tetapi semua usulan jurnal terutama yang disampaikan untuk kenaikan atau untuk dinilai. Semuanya harus bisa dilacak secra online, walupun online nya melalui repository dari perguruan tinggi tersebut.
Sementara disampaikan Dr. Luthfi Hasan, bertambahnya guru besar sudah pasti akan menambah potensi dan kekuatan universitas dan program studi tertentu yang memiliki guru besar. Oleh karena itu sebuah program studi akan kuat hasanah akademiknya kalau banyak Guru Besar-nya. Atas nama yayasan, Dr. Luthfi Hasan menyampaikan selamat atas capaian gelar akademik tertinggi ini.
Dr. Luthfi Hasan meminta untuk dilakukan penguatan komitmen, baik itu komitmen ke islaman dan juga komitmen ke UII. Indikator yang jelas adalah dengan makin banyaknya guru besar maka tentu akan makin banyak produk-produk yang dihasilkan. Sebab perguruan tinggi tanpa inovasi hanya menjalankan rutinitas saja. ”Saya berharap dengan kekuatan yang makin besar ini, inovasi-inovasi baik itu dari universitas maupun dari fakultas akan nampak,” tuturnya.
Komitmen yang ke-dua disampaikan Dr. Luthfi Hasan adalah komitmen ke UII. Bukan hanya dalam hal pemegang amanah tetapi juga dalam hal menciptakan keunggulan-keunggulan akademik. Selain itu menurutnya seperti di tempat-tempat lain, Guru Besar itu menjadi teladan. Makin banyak Guru Besar-nya maka keteladananya juga makin banyak.
Dr. Ing. Ilya Fajar Maharika, dalam kesempatannya mengutip sambutan Wakil Presiden RI, Moh. Hatta ketika UII yang dikala itu bernama Sekolah Tinggi Islam (STI) menyelenggarakan kuliah umum yang pertama. “Wujud STI yang dibentuk oleh para ulama yang berpengetahuan agama dan berpendirian luas serta mempunyai semangat yang dinamis. Hanya ulama yang seperti itulah yang bisa menjadi pendidik yang sebenarnya. Di STI itu akan bertemu agama dan ilmu dalam suasana kerja bersama untuk membimbing masyarakat ke dalam kesejahteraan”.
Menurut Dr. Ing. Ilya Fajar Maharika, pesan tersebut sangat dalam untuk mewujudkan madzhab akademik UII. Ada dimensi keagamaan, ada dimensi keilmuan, dan juga ada dimensi kemasyarkatan yang dibingkai menuju kesejahteraan. Ia berharap dengan bermunculannya para Guru Besar, UII bisa menjadi sebuah madzhab dalam pendidikan. ”Madzhab ini sebetulnya telah digariskan dengan sangat tegas oleh Moh. Hatta yang sekaligus juga menjadi kurator pendirian STI yang menjadi cikal bakal UII,” tandasnya.