Jiwa Melayani dalam Islam Untuk Berdakwah
Dalam sebuah pepatah Bahasa Arab diajarkan bahwa tuan dari suatu kaum adalah pelayannya. Pepatah tersebut mengajarkan untuk melayani orang dengan baik agar dapat menjadi insan unggul. Begitu pun dalam membimbing dan mendidik orang dalam hal agama. Untuk dapat menyentuh hati seseorang, diperlukan jiwa melayani dan mendengar dengan baik.
Demikian topik yang diperbincangkan dalam acara Guest Lecture dengan tema “Islamic Chaplaincy : Layanan Pendidikan dan Bimbingan Agama untuk Konseling”. Acara tersebut diselenggarakan oleh Program Pascasarjana Magister Ilmu Agama Islam (MIAI) Universitas Islam Indonesia (UII), pada Kamis (12/4) di Ruang Sidang Gedung PPs FIAI UII, Jl. Demangan Baru Yogyakarta.
Ketua Program Pascasarjana MIAI UII, Dr. Hujair AH Sanaky, MSI menyampaikan pentingnya acara yang mengangkat tema tersebut karena ini merupakan metode yang bagus untuk dipelajari apalagi bagi mahasiswa pendidikan. Sebab ke depan mereka akan terjun melayani banyak masyarakat.
“Saya pikir mahasiswa pendidikan Islam perlu dan penting mempelajari metode chaplaincy ini untuk bisa memberikan pelayanan dan bimbingan konseling yang baik dan Islami pada para siswanya nanti”, ujarnya.
Sementara itu pembicara Guest Lecture, Dr. Salih Yucel menyampaikan bahwa pentingnya topik kuliah ini yang bisa menyadarkan di dunia ini masih banyak orang yang butuh bantuan.
“Di dunia ini dan sekitar kita banyak sekali orang yang memerlukan bantuan, bahkan untuk sekedar tersenyum sekalipun, di sinilah kita harus berperan menolong mereka dengan sepenuh hati dan dengan sebuah aksi melayani mereka yang membutuhkan,”jelas Associate Professor in Islamic Studies Centre For Islamic Studies and Civilisation Charles Sturt University Sydney Australia itu.
Ia juga menyebut fakta sejarah jumlah pengikut Islam pada masa Nabi meningkat lebih banyak sekitar 90 % ketika Nabi berdakwah secara terang-terangan. Ini berkat aksi Nabi dan tauladannya yang dikemukakan melalui perbuatan.
“Saya sangat sadar bahwa Chaplaincy sangat penting dipelajari oleh imam dan para pemuka agama, agar dakwah Islam yang disampaikan menjadi lebih segar,” ungkapnya.
Lebih lanjut dirinya menekankan bahwa Islamic Chaplaincy juga sangat berguna dalam memberikan pemahaman kepada non muslim. “Chaplaincy juga mengenai komunikasi dengan non muslim, kita bisa memberi pemahaman yang baik dalam hal komunikasi lintas budaya karena budaya setiap orang berbeda-beda”. pungkasnya. (EF)