,

Jelang Tahun Politik, UII Suarakan Suara Kritis Melalui UIISorenyastra #2

Sebagai bentuk usaha merawat akal sehat kolektif masyarakat menjelang tahun politik, Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan UIISorenyastra #2 di Selasar Utara Gedung Mohammad Hatta Perpustakaan Pusat UII (14/12).

Rektor UII, Prof. Fathul Wahid mengatakan acara yang mengusung tema “Senja Kala Demokrasi Indonesia” ini merupakan bentuk aktualisasi dari keresahan hati atas tata hukum dan pemerintahan Indonesia yang selama ini belum disuarakan dalam lingkup lebih luas dan di ruang terbuka.

“Ada kegelisahan yang sudah lama menggelayut dan itu kami coba suarakan. Melihat kondisi bangsa saat ini, yang bisa kita rasakan tetapi sering kali sulit diungkapkan. Banyak yang membicarakan di ruang-ruang tertutup, diskusi-diskusi kecil, tapi yang melantangkan di tempat terbuka sangat-sangat jarang,” ujar Fathul Wahid saat memberikan sambutan.

Pada kesempatan sore itu, Dr. Sukidi seorang pemikir kebinekaan dihadirkan untuk menyampaikan orasi kebangsaan.

Menurut Dr. Sukidi, semangat acara UIISorenyastra #2 merupakan momen yang membahagiakan karena kampus ini bisa meneruskan semangat salah satu pendirinya,  Moh. Hatta. “Sebagai salah satu pendiri dan bapak proklamator Indonesia, Moh. Hatta adalah arsitek utama di balik berdirinya dan tegaknya negara hukum,” kata Sukidi.

Pada acara tersebut Dr. Sukidi menyampaikan bahwa Moh. Hatta mendirikan Indonesia sebagai negara hukum yang artinya kekuasaan harus dibatasi oleh hukum itu sendiri. Kenyataan di lapangan sekarang ini banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran hukum seperti kolusi, nepotisme dan korupsi. Ia berpandangan bahwa UII cukup berani mengadakan acara UIISorenyastra #2 Senja Kala Demokrasi untuk meneriakkan kebenaran kepada penyelenggara negara dari jalur pembacaan karya sastra.

Acara pembacaan karya berupa puisi dan prosa di hadapan khalayak umum ini dimeriahkan oleh civitas akademika UII, dari mulai dosen, tenaga kependidikan, serta mahasiswa turut serta pada acara pembacaan puisi ini. Sebanyak 37 puisi berhasil dikumpulkan dari sejumlah kalangan mulai dosen, tenaga kependidikan, dan mahasiswa dalam acara tersebut. Rinciannya, dari dosen terkumpul sebanyak 15 puisi, tenaga kependidikan 5 puisi, dan dari mahasiswa sebanyak 17 puisi.

Pada acara itu, peserta antusias ingin membacakan puisi atau prosa karangan mereka di depan umum. Namun lantaran tidak cukup waktu, hanya 23 karya yang bisa dibacakan.

Puisi yang dibacakan para peserta itu bervariasi sehingga mengundang antusiasme dari para penonton. Salah satu puisi yang paling menarik datang dari Ahmad Zubaidi, S.Pd., M.Pd., Dosen Program Studi Pendidikan Agama Islam, berjudul “Aku Pilih yang Mana”.

“Aku bertanya pada daun jawabnya tanyalah pada pohon. Aku bertanya pada pohon jawabnya tanyalah pada akar. Aku tanya pakar jawabnya tanyalah pada hati. Aku bertanya pada hati jawabnya tanyalah pada daun. Aku pilih yang mana? Semua bingung,” ucapnya dalam satu bait puisi.

Ahmad Zubaidi berhasil membuat penonton tertawa, bersorak, dan bertepuk tangan meriah setelah ia mengakhiri penampilan. “Bolehkan aku pinjam seratus, lunasi utang pun kau tak becus. Boleh aku pinjam seribu, seratus pun kau sebarkan debu. Aku pilih yang mana? Semua bohong” tuturnya lagi. (NDW&GRR/RS)