Investasi Yang Peduli Kelestarian Lingkungan
Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Ekonomika berkolaborasi bersama Kemahasiswaan FBE UII menyelenggarakan Leadership Camp 2021 dengan tema “Kepal Tangan Anak Muda” pada Sabtu (9/10). Acara ini memberikan wawasan tentang investasi yang memperhatikan kelestarian lingkungan.
“Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa baik berupa softskill maupun hardskill perlu ditingkatkan terlebih di luar bangku kuliah”, tutur Siti Nursyamsiah dalam kata sambutannya.
Investasi merupakan sesuatu hal yang baik karena dengan melakukan investasi kita akan mendapatkan imbal hasil di masa mendatang. Namun, dalam melakukan investasi sendiri tidak boleh hanya memikirkan keuntungan yang akan didapat. Ancaman dan dampak yang ditimbulkan dari adanya industri terhadap lingkungan juga perlu dipertimbangkan. Berdasarkan riset yang dilakukan oleh CAIT Climate Data Explorer menunjukkan bahwa masalah utama yang terjadi dari adanya industrialisasi adalah mengenai dampak lingkungan.
Melihat kondisi lingkungan yang semakin tercemar oleh produksi industri, banyak perusahaan di dunia yang bergabung dalam sebuah kelompok yang memiliki satu visi besar yang sama yaitu mencapai “Net Zero Carbon by 2040”. Beberapa perusahaan besar yang bergabung di dalamnya antara lain Amazon, Microsoft. Coca Cola, serta Unilever.
“Net Zero Carbon bukan berarti industri tidak menghasilkan karbon dalam proses produksi. Melainkan industri akan berusaha semaksimal mungkin untuk mengurangi output karbon dalam proses produksi serta melakukan reboisasi sehingga menghasilkan pohon penyerap karbon lebih banyak lagi”, ujar Ariyo DP Irhamna (Ekonom INDEF) yang hadir sebagai pembicara dalam webinar ini.
Saat ini juga muncul model bisnis baru yang ramah lingkungan, yaitu ESG. ESG (Environmental, Social, and Good Government) merupakan model investasi yang berisi emiten yang dalam proses usahanya memperhatikan faktor lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik. ESG kini sudah menjadi pertimbangan bagi banyak investor dalam pengambilan keputusan apakah akan berinvestasi pada perusahaan tersebut. Salah satu faktor yang ada dalam ESG adalah mengenai lingkungan. Investor mempertimbangkan bagaimana perusahaan berkinerja dengan cara yang ramah terhadap lingkungan sekitar.
“Konsep investasi ESG yang juga memperhatikan aspek lingkungan, masyarakat, dan pemerintahan akan menaikkan nilai perusahaan dalam jangka panjang”, ucap Ariyo.
Roda ekonomi tidak akan berputar jika sumber daya alamnya habis, sumber air kering, dan lingkungannya tercemar. Tanpa upaya dan kemauan untuk menjaga lingkungan baik oleh masyarakat maupun pelaku industri bukan tidak mungkin segala sumber penghasilan yang saat ini ada akan hilang menyusul rusaknya alam. Beberapa kegiatan usaha pun kini perlahan telah berlabuh menggunakan cara yang lebih ramah lingkungan seperti penggunaan energi terbarukan, efisiensi energi, pengendalian polusi, serta transportasi ramah lingkungan.
“Walaupun ESG memberikan konsep yang bagus namun tetap ada tantangan besar dalam penerapannya. Kesadaran stakeholder mengenai pentingnya ESG, rendahnya komitmen pemerintah untuk aplikasi investasi berkelanjutan, prospektif keuntungan yang belum bersaing dengan investasi konvensional, serta proses transisi menuju industri yang ramah lingkungan menjadi penghambat berjalannya ESG”, tutup Ariyo DP Irhamna. (HIM/ESP)