Integrated Reporting, Ikhtiar Perusahaan Menyeimbangkan Bisnis dan Lingkungan
Beberapa waktu belakangan, masif berkembang pembahasan mengenai pertanggungjawaban perusahaan kepada kelompok pemangku kepentingan. Pasca gempuran pandemi, kini berbagai perusahaan tidak hanya sekadar memikirkan permasalahan keuangan, kondisi sosial-ekonomi akibat aktivitas perusahaan juga penting untuk diketahui.
Menanggapi hal tersebut Program Studi Magister Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan The 1st International Conference on Accounting and Finance (InCAF) & 6th National Conference on Accounting and Finance (NCAF). Konferensi tingkat internasional dan nasional itu berlangsung selama 24-25 November 2022 dengan mengusung tema “New Challenges and Opportunities of Integrated Reporting”. Ajang tersebut menjadi wadah untuk membahas berbagai analisis perspektif, dan hasil riset dari para akademisi, praktisi, pelaku usaha, dan regulator kebijakan.
Berdasarkan data Ayu Chairina Laksmi, S.E., M.Appcom, M.Res, Ph.D., Ak, CA, selaku Ketua Panitia diketahui terdapat 141 artikel paper yang berhasil terhimpun dari berbagai universitas di Indonesia dan juga institusi luar negeri ternama seperti University of Pecs, Universiti Teknologi MARA, Universiti Malaysia Sabah, Wirtschaftsuniversität Wien, dan Universitat de Barcelona. Selain itu, Magister Akuntansi FBE UII juga menggandeng 28 mitra baik skala nasional maupun internasional.
Adapun urgensi diadakannya kegiatan konferensi diutarakan Arief Rahman, S.E., S.I.P., M.Com., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Magister Akuntansi FBE UII ialah sebagai upaya optimalisasi akademik untuk mahasiswa, dosen, dan pihak luar untuk mempublikasikan hasil penelitian yang relevan.
Sementara itu berkaitan dengan tema, dipaparkan Laporan Terintegrasi (integrated reporting) kini menjadi paradigma baru dalam dunia akuntansi. Laporan terintegrasi nantinya dapat menjadi pelengkap laporan keuangan sebelumnya. “Tidak cukup hanya menampilkan angka-angka historis tetapi juga lebih kepada dampaknya ke lingkungan,” jelasnya.
Lebih lanjut, perusahaan sendiri seyogyanya memegang peran penting dalam menjaga kondisi sosial-ekonomi. Oleh karenanya, integrated reporting dinilai penting sebagai wujud ikhtiar perusahaan untuk bertanggung jawab atas akibat dari bisnis yang dilakukan. “Inilah kemudian menjadi laporan keberlanjutan yang isinya dilakukan dalam rangka menjaga keseimbangan lingkungan,” lanjut Arief Rahman.
Tidak cukup sampai di situ, konsep laporan terintegrasi juga menjadi begitu penting di tengah ketidakpastian pandemi dan ancaman resesi global. Dengan adanya integrated reporting, perusahaan dapat menjadi lebih sadar dalam menjalankan proses bisnis yang berkelanjutan. Secara teori, eksistensi laporan itu juga mencakupi konsep People, Profit, Planet (3P). “Sehingga ini merupakan momentum untuk perusahaan dapat bangkit dari pandemi secara perlahan dengan keuangan yang membaik,” tambahnya.
Harapannya konsep integrated reporting nantinya dapat menjadi standar dan laporan yang komprehensif dari setiap perusahaan. “Jadi, perusahaan tidak hanya hit and run dalam berbisnis,” tutur Arief Rahman. Terakhir, disampaikan dalam konferensi pers bahwasanya dalam proses implementasi tidak terlepas dari tantangan yang ada sehingga butuh kerjasama dari berbagai pihak untuk melahirkan proses yang berkesinambungan. (KR/ESP)