Inspiratif, Dosen Muda UII Raih Gelar Doktor Tercepat di Austria
Dosen muda Universitas Islam Indonesia (UII), Jaya Addin Linando berhasil menyelesaikan pendidikan doktoralnya di Wirtschaftsuniversität (WU) Wien (Vienna University of Economics and Business), Austria pada 24 Februari 2023. Dosen dengan latar belakang pendidikan manajemen tersebut berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Religion in the Workplace: A Multilevel Perspective. Disertasi itu diuji oleh komite doktoral yang terdiri dari Prof Wolfgang Mayrhofer, Prof Edwina Pio, dan Prof Michael Meyer. Addin memiliki motivasi kuat untuk mengangkat isu agama di tempat kerja sebagai topik utama disertasinya.
“Data dari Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDIKTI) tahun 2019 mencatat ada 1.140 universitas di Indonesia yang memiliki jurusan manajemen. Jika kita buat asumsi kasar, katakan di tiap-tiap jurusan manajemen tersebut terdapat 2-3 dosen yang berkonsentrasi di bidang Human Resource Management (HRM) dan Organizational Behavior (OB), maka kita akan mendapati 2.280-3.420 akademisi Indonesia di bidang HRM & OB tersebut,” tutur pria kelahiran Surabaya tahun 1992 tersebut.
Lebih lanjut, ia merasa prihatin karena dari ribuan akademisi HRM & OB Indonesia yang ada, hampir tidak ditemukan karya ilmiah yang mengangkat isu agama di tempat kerja yang terbit di jurnal internasional bereputasi dituliskan oleh akademisi Indonesia.
Padahal berkaca pada beragam survei global, Indonesia masuk di jajaran atas negara paling religius di dunia. Ia pun menilai sudah selayaknya akademisi Indonesia (di bidang HRM & OB) turut memberi warna pada perkembangan ilmu manajemen sumber daya manusia di tingkat global, terkhusus yang berkaitan dengan peran dan manajemen agama di tempat kerja.
Tidak hanya itu, menurut Addin mengangkat isu agama di tempat kerja dalam disertasinya merupakan perwujudan aspirasinya dalam mempromosikan kerukunan antarumat beragama. “Salah satu penyebab utama yang melandasi konflik antarumat beragama adalah keengganan untuk mencoba melihat pada common ground. Saya melihat ilmu manajemen SDM sebagai ilmu yang cukup netral dan relatif ‘aman’ untuk mempromosikan common ground antarumat beragama. ‘Netral dan aman’ dalam arti, di ilmu manajemen yang tergolong pada rumpun sosial sains, kita tidak berfokus pada bahasan agama mana yang benar dan salah. Penekanannya lebih kepada bagaimana ajaran agama yang berbeda menghasilkan perilaku manusia yang sama atau berbeda di dalam organisasi”, papar dosen yang hobi futsal dan catur itu.
Torehkan Berbagai Prestasi
Selain berhasil menjadi salah satu lulusan tercepat doktoral di Austria, Addin juga berhasil memperoleh beberapa prestasi. Antara lain, ia menerbitkan 2 artikel di jurnal Q1 Scopus yang ia tulis seorang diri, 3 artikel Q2 sebagai penulis pertama, 1 artikel di jurnal internasional yang belum terindeks, 1 buku ajar, dan 3 artikel ilmiah populer. Keinginan menjadi dosen turut menjadi motivasi pendorong yang kuat baginya untuk mengukir berbagai pencapaian itu.
Menurutnya, hanya ada dua konsekuensi logis dari pengambilan keputusan untuk menjadi dosen yaitu berkuliah S3, dan bersungguh-sungguh agar dapat menjadi profesor. Selain itu, tak kalah penting baginya adalah terus menata diri agar tetap dapat produktif berkarya di tengah tuntutan untuk mengajar dan menjalankan roda organisasi institusi. “Target sudah saya tentukan, selanjutnya, tugas saya hanya berikhtiar dan bertawakal”, jelas putra dari pasangan Alm. Philipus Linando dan Tazkirowati tersebut.
Ingin Berkontribusi untuk UII
Dalam waktu dekat, Addin mengaku akan segera kembali ke Indonesia untuk menjalani perannya sebagai dosen. Addin menyatakan tekadnya untuk turut berkontribusi membangun institusinya UII, secara spesifik dan Indonesia secara umum.
“Saya ingin berkontribusi untuk turut mengoptimalisasi fungsi direktorat/bidang yang menangani SDM. Salah satu aspek terbesar yang masih menyisakan banyak ruang untuk perbaikan di area ini adalah untuk meningkatkan kebahagiaan dan kepuasan dosen dan karyawan,” tekadnya.
Ia meyakini apabila tiap-tiap fungsi SDM dikomando untuk menangkap aspirasi dosen maupun karyawan, kemudian mengurainya menjadi poin konkret permasalahan, dan terpenting, menyusun rencana aksi untuk meningkatkan kesejahteraan dosen dan karyawan, maka mereka pun akan lebih puas dan bahagia dalam bekerja. (PN/ESP)