Inovasi Perangkat Sensor Formalin dari Limbah Baterai
Formaldehida atau biasa disebut formalin pada umumnya digunakan sebagai pembersih lantai, kapal, gudang, dan pakaian, pembuatan gelas, pengawet mayat serta, bahan peledak. Akan tetapi, banyak oknum yang menyalahgunakan formalin dalam kehidupan sehari-hari, sehingga formalin ditemukan juga pada makanan seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging.
Di sisi lain, limbah baterai menyebabkan masalah lingkungan. Padahal limbah ini masih dapat dimanfaatkan, salah satunya yaitu digunakan untuk bahan baku pembuatan graphene sebagai material elektroda sensor elektrokimia.
Fakta inilah yang mendorong tiga orang mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) yang terdiri dari Renaldi Daffa Hutama (Kimia 2016), Muhamad Ridwanto (Kimia 2016), dan Keke Almaida Panular (Kimia 2017) memanfaatkan limbah grafit baterai untuk dijadikan sensor elektroda formalin.
Di bawah bimbingan Wiyogo Prio Wicaksono,S.Si.,M.Si, tim ini mensintesis graphene dari limbah grafit baterai dengan metode elektrokimia yang selanjutnya grahene tersebut dijadikan sensor elektroda formalin.
Dipaparkan Renaldi Daffa Hutama pada Jumat (12/7), Elektrokimia merupakan suatu metode dengan memanfaatkan reaksi reduksi dan oksidasi untuk mengelupas graphite menjadi graphene yang dapat digunakan sebagai material elektroda sensor elektrokimia.
“Adapun keuntungan dari metode elektrokimia yaitu dapat mengolah limbah baterai secara praktis, dan proses kerjanya lebih ramah lingkungan,” ungkapnya.
Renaldi Daffa Hutama bersama tim berharap, dengan adanya perangkat sensor elektroda formalin ini dapat mengurangi limbah baterai dan juga dapat secara praktis digunakan sebagai sensor formalin.