Inovasi Arsitek Mengangkat Nilai Historis Kawasan
Memberikan inspirasi kepada mahasiswa tentang pengalaman arsitektur merupakan pokok tujuan dari diselenggarakannya Architect Talks series ke-16 ini. Turut hadir sebagai pembicara, Deddy Wahjudi, S.T., M.Eng., Ph.D. Acara Prodi Profesi Arsitek Jurusan Arsitektur UII ini mengangkat tema “Architect and Excellence Innovation in Built Environment” dan berlangsung pada Kamis (30/06).
“Kompetisi merupakan bagian yang tidak bisa lepas bagi saya untuk berinovasi,” tutur Deddy membuka materinya. Deddy mengikuti ajang kompetisi untuk turut serta aktif berkontribusi menggerakkan keaktifan arsitektur negeri.
Hal ini sesuai dengan akumulasi keterampilan dan kemampuan masing-masing didukung adanya pengalaman yang bisa memberikan sebuah hal baru. Deddy mengatakan bahwa menjadi arsitek harus bisa bergerak dan meninggalkan stagnan dalam merancang desain. “Harus ada pembaruan yang perlu adaptasi segala macam masalah dalam lingkungan binaan kita.” tegas Deddy.
Ia menyebutkan ada beberapa perspektif yang mungkin bisa dijadikan rujukan bagi arsitek dalam melangkah perancangan desain. Tiga karya Deddy juga terpilih dalam sayembara; karya di Monas, Blok M, dan stasiun MRT.
Ketika perancangan Gelora Bung Karno (GBK) yang dimulai sekitar tahun 2014, ia melihat kualitas lingkungan binaan ketika beberapa sumbu utama yang menjadi struktur dari GBK sendiri. Hal ini menjadi jawaban bahwa sesuatu yang sifatnya tambahan bisa mengurangi suatu yang bersifat visual serta struktur. Dalam proses pengelolaan banguan yang ada di GBK pengelolaan kavling tidak terintegrasi secara baik. “Sehingga bisa disebut tidak pro dengan perindustrian.” ungkap Deddy.
Deddy menyebutkan beberapa masterplan pada pembangunan GBK; main stadium, istora, aquatic stadium, madya stadium, tennis indoor, basket hall dan lain sebagainya. Perancangan dilakukan dengan tetap melihat dari bagian vegetasi yang ada. Hal ini sudah menjadi bagian yang tidak lepas dari pertahanan arsitektur.
“Pola geometris, pola tata ruang, sirkulasi dan lain sebagainya menjadi catatan tersendiri untuk pengembangan selanjutnya,” ucap Deddy. Tahun 2022 ia mendapatkan amanah menjadi pemenang sayembara nasional untuk stasiun MRT kota tua. “Sekarang memang sudah lari kencang untuk mengimplementasikan proses sayembara ini.” tegas Deddy.
Deddy bersama timnya ketika merancang MRT kota Jakarta menyebut karyanya dengan dWara Batavia. Ini bermakna “Gerbang Batavia” yang diambil dari bahasa Sanskerta. Bentuk lengkung pada stasiun menyimpan arti sebagai representasi gerbang keluar-masuk kota tua. Kesulitan dalam merancangnya adalah ketika menghubungkan antara stasiun yang memanjang dari selatan dan utara sehingga di dalamnya orang memiliki navigasi untuk melihat kegiatan orang di luar.
Mereka tetap menguatkan unsur gerbang kota tua Jakarta, agar orang-orang merasakan suasana berbeda ketika landing di kota tersebut. Desain ini berupaya membawa produktivitas dan semangat kebaruan, stasiun, plaza dan jalur pedestrian di sekitarnya. “Yang mana menghadirkan desain hadir secara harmonis dalam kawasan yang kental akan nilai historis tersebut.” tutup Deddy. (LMF/ESP)