Industri Fashion Indonesia Optimis Tumbuh di Tengah Pandemi
Program Studi Rekayasa Tekstil FTI UII mengadakan kegiatan Kuliah Tamu dengan menghadirkan narasumber Owner dan Designer Aruna Creative.ID, Yuliana Fitri, SE. Acara bertemakan ”Perkembangan dan Tantangan Dunia Desainer di Indonesia” itu diadakan secara virtual pada Rabu (7/7). Yuliana Fitri atau akrab disapa Ully dikenal memiliki banyak berprestasi di bidang designer. Ia pernah mewakili beberapa instansi baik di dalam negeri maupun luar negeri. Fokusnya pada brand fashion etnik dan mendukung sustainable fashion.
Menurutnya, saat ini designer Indonesia tengah berkembang dan mengarah ke industri fashion. Konsumen menyukai pakaian kasual yang nyaman sebagai seragam dan merk mulai menarik minat konsumen melalui upcycling. “Upcycling adalah salah satu kampanye sustainable fashion, tetapi tidak berwujud cycle karena ada tekniknya sendiri,” jelasnya.
Konsumen juga lebih memilih merk lokal untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional. Mereka mengharapkan merk yang dipilihnya bertanggung jawab secara sosial. Selanjutnya pelaku bisnis perlu menjunjung inklusivitas dan merangkul keberagaman.
Designer Indonesia juga mulai melek dengan era digitalisasi. “Indonesia sekarang gencar ke media sosial, global digital growth-nya luar biasa, internet users dan social media users-nya tinggi sekali,” ungkapnya. YouTube dan media sosial lainnya dikembangkan untuk penjualan, namun menurutnya kadang latah dan videonya menjadi monoton tidak ada pembeda.
Namun pandemi telah mengubah banyak aspek. Hampir tiga perempat dari perusahaan fesyen yang terdaftar mengalami kerugian. Terjadi penurunan penjualan sebesar 34 persen pada periode Januari-Maret 2020 saat awal pandemi. Pada akhir tahun, berdasarkan analisis McKinsey Global Fashion Index, tingkat laba jatuh hingga 90% dibanding 2019. “Saya pernah mengalami income hanya 30% dari yang biasanya ada pameran karena pameran adalah ladang kami berjualan,” lanjutnya.
Ully juga menjelaskan perkembangan designer dunia. Secara manajemen keuangan, sumber daya manusia, dan pemodal sudah besar. Seorang designer fokus pada koleksi busana yang akan dibuat. Mereka memiliki tim solid yang berisi para ahli berkompeten sesuai divisi masing-masing. Owner brand atau designer konsentrasi sebagai creative director sehingga penjualan perusahaan bisa melonjak delapan kali lipat dari sebelumnya.
Di sisi lain ada perkembangan menarik lainnya yakni trend forecasting atau memprediksi tren di masa yang akan datang melalui riset berdasarkan analisis data fenomena faktual pada rentang waktu tertentu. Hal ini mencakup perkembangan pola pikir, teknologi, gaya hidup, serta faktor-faktor lain. “Sebelumnya tahun 2018 designer melihat dan beracuan untuk koleksi busana ke Trend Forecast luar negeri, namun setelah ada Indonesian Trend Forecast antara Kementerian Pariwisata Badan Kreatif – IFC terbentuklah trend forecasting yang menjadi acuan kita,” ujarnya.
Fashion Trend 2021/2022 pasca pandemi memiliki empat tema, diantaranya adalah essentiality, spirituality, exploitation, serta exploration. Essentiality dan spirituality adalah tema yang diperuntukkan bagi kelompok yang menjadi sangat logis, berhati-hati, memperhatikan filosofi hidup dan menghargai konsep budaya dan kekayaan lokal. “Nah tugas kita sebenarnya ada disini, kekayaan lokal dan konsep budaya yang menarik jangan sampai direbut oleh negara lain,” ujarnya.
Sedangkan exploitation dan exploration adalah tema yang diperuntukkan bagi kelompok yang memberi respon sebaliknya. Mereka ingin tampil dengan bebas dari segala macam belenggu yang diakibatkan pandemi, meskipun ekspresi fashion nya dinilai berlebihan dan kebablasan oleh pihak lain.
Ully berpesan seorang fashion designer itu tidak hanya dituntut berkarya, namun juga mempelajari penjualan yang dampaknya akan mengarah ke sistem digitalisasi. Menjaga industri textile dan sandang di tengah sistem digitalisasi ini akan membuat semuanya secara idealisme dan komersialisme akan berdampingan.
Jawa Barat menjadi provinsi paling produktif dalam menyumbangkan ekspor fashion ini ke luar negeri. Hal ini menggambarkan bahwa industri ini tengah tumbuh dan memiliki potensi luar biasa ke depannya walaupun ada di masa pandemi. “Designer tetap memiliki kesempatan lebih baik untuk selalu optimis selain bertahan, yaitu bertumbuh,” pungkasnya. (MD/ESP)