,

Indonesia dalam Perkembangan Peradaban Islam

Peradaban Islam mengalami naik dan turun. Sebelum penjajahan yang dilakukan bangsa mongol, Islam mengalami kemunduran karena konflik politik. Kontestasi fraksi atau partai-partai muslim telah memicu konflik dan perpecahan.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan penganut agama Islam terbanyak. Sensus penduduk tahun 2010 menyebutkan 88,2 persen dari 260 juta penduduk Indonesia adalah Muslim. Dari jumlah tersebut terdiri dari banyak mazhab, disini diperlukan toleransi. Indonesia memiliki potensi besar sebagai penyumbang peradaban Islam dunia.

Banyak ketegangan politik di antara pejabat. Selain itu, kemerosotan ekonomi juga menghambat optimalisasi Islam di Indonesia. Demikian disampaikan Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, CBE. saat menjadi pembicara pada Stadium Generale X bagi mahasiswa program magister, doktor dan profesi Universitas Islam Indonesia (UII), Sabtu (21/12), di Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.

“Kita itu seringkali menjadi konsumen teknologi, bukan produsen. Keilmuan di bidang humaniora itu penting, tapi tidak cukup. Diperlukan inovasi di bidang lain seperti sains dan teknologi untuk memajukan peradaban,” ungkap Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta ini dalam stadium generale dengan tema Masa Depan Peradaban Islam.

Dikemukakan Prof. Azyumardi Azra Indonesia sebagai harapan peradaban Islam. Menurutnya Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan peradaban Islam. Selain itu juga memiliki stabilitas sosial politik yang membantu perkembangan ekonomi

“Keislamannya dinilai kaya akan peninggalan wasathiyah Islam, organisasi Islam, institusi pendidikan, pelayanan sosial dan budaya. Dengan semua ini, di 2045, Indonesia dengan mayoritas muslim menjadi representasi semangat etika Islam dan perkembangan peradaban,” tandasnya.

Sementara disampaikan Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset UII, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc. peradaban Islam mendatang menjadi penting, karena kita semua berada dalam posisi transformative dimana perubahan yang dirasakan cukup besar.

Menurut Imam Djati perkembangan ilmu dan teknologi, perkembangan teknologi informasi yang telah dirasakan tentu akan berpengaruh terhadap kebudayaan yang akan dibangun di masa mendatang. Sehingga peradaban yang akan terjadi di beberapa tahun ke depan, mestinya juga harus diantisipasi dari sekarang. (IG/RS)