Produk hukum pada lembaga pendidikan memegang peranan vital dalam pencegahan dan penanggulangan permasalahan yang terjadi dalam instansi. Menyadari pentingnya hal tersebut, Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Bidang Etika dan Hukum (BEH) Sekretaris Pimpinan Universitas mengadakan Sosialisasi dan Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembuatan Peraturan Produk Hukum dan Surat Keputusan. Bimtek yang diadakan di Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Sardjito UII pada Senin (21/11) ini diikuti oleh para Wakil Dekan Bidang Sumber Daya, Kepala Badan, Direktur, serta tenaga kependidikan yang bertugas dalam pembuatan surat keputusan di tiap unit yang ada di UII. 

Dibuka dengan resmi oleh Sekretaris Eksekutif UII, Hangga Fathana, S.IP., B. Int. St., M.A., secara daring, kegiatan ini akan berlangsung selama dua hari berturut-turut yang memuat materi secara teoritis dan praksis. Kepala BEH UII, Anang Zubaidy, S.H., M.H., dan Sekretaris Jurusan Fakultas Hukum UII, Syarif Nurhidayat, S.H., M.H., bertindak sebagai pemateri pada sesi awal di hari pertama ini.

Read more

Inkubator Bisnis dan Inovasi Bersama (IBISMA) Universitas Islam Indonesia (UII) bekerja sama dengan Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) menyelenggarakan Demoday dalam rangka peningkatan kapasitas startup pada Jumat (18/11) di Hotel The Atrium Yogyakarta. Kegiatan ini merupakan rangkaian program intensif yang meliputi Kurasi Lembaga Inkubator, Seleksi Tenant, Bootcamp, Coaching Clinic, Workshop, Mentoring & Monitoring hingga Demoday.

Kegiatan ini dihadiri oleh Deputi Bidang Kewirausahaan Kementerian Koperasi dan UKM RI, Ir. Siti Azizah, MBA., Asisten Deputi Pengembangan Teknologi Informasi dan Inkubasi Usaha, Christina Agustin, A.Pi., MM., Kepala Dinas Koperasi dan UMKM DIY, Ir. Srie Nurkyatsiwi, M.M.A, dan Wakil Rektor Bidang Kemitraan & Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., PhD. Kemudian perwakilan dari 3 lembaga juga turut hadir dalam kegiatan ini, seperti Bhinneka.com, Innovation Factory – Salim Group, dan Sarana Jogja Ventura.

Read more

Tim Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) berhasil meraih Juara 3 Nasional Poster Publik Andalas Scientific Fair (ASF Avicena) yang diadakan oleh Universitas Andalas pada Minggu (13/11) di Kota Padang, Sumatera Barat. Tim yang terdiri dari Zavia Putri Salsabila, Zulfania Rahmah, dan Nisrina Salsabila tampil menggiatkan penanganan pertama pada kasus henti jantung.

Zavia menjelaskan bahwa henti jantung mendadak terjadi akibat gangguan pada listrik sehingga jantung berhenti memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya dapat menyebabkan kerusakan otak permanen sampai kematian. Penderita perlu diberikan pertolongan pertama yang tepat dan cepat guna menyelamatkan nyawa korban. “Kemampuan pertolongan masyarakat Indonesia terkait kasus henti jantung masih minim,” jelas Zavia.

Read more

Lima mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) bersiap bertanding di Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) yang akan digelar di Kota Padang, Sumatera Barat pada 17-26 November 2022. Berhasil mewakili kontingen D.I Yogyakarta (DIY) di tiga cabang olahraga, kelima mahasiswa tersebut nanti akan berjuang bersama dengan kontingen DIY lainnya. Fadila Agvina mewakili cabor karate dari Prodi Ilmu Komunikasi, Annisa Auliya cabor panjat tebing dari Prodi Teknik Lingkungan, dan terbanyak cabor badminton diwakili oleh Jihan Hanifah dari Prodi Ekonomi Pembangunan, Rafi Evan Adi Hartawan dari Prodi Manajemen, dan Ahmad Raihan Ishak dari Prodi Ilmu Komunikasi.

Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan, & Alumni berpesan kepada atlet untuk menjaga profesionalitas. Tidak ada yang namanya melawan musuh, atlet yang menjadi lawan di pertandingan nanti adalah “teman”. 

Read more

Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) kembali mengadakan pameran rutin tahunan. Demi mengenang jasa setiap tokoh dan pahlawan bangsa, Embun Kalimasada menggelar pameran lukisan dengan tema Jejak Langkah Guru Bangsa pada Selasa (15/11) bertempat di Lantai 3 Gedung YBW UII. Pameran ini dilakukan dengan mekanisme open call, yakni menjaring karya lukisan dari masyarakat umum. 

Dari mekanisme itu, Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada menerima 217 lukisan dari setiap penjuru negeri dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, hingga Papua. Sebanyak 50 lukisan terpilih melalui kurasi untuk ditampilkan pada pameran tersebut.

Read more

Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) yang terdiri dari Fathiyatul Mudzkiroh, Syafira Elfa Ramadhan, dan Dede Syifa Izzatul menggagas potensi buspiron hidroklorid (BUH) terenkapsulasi nanopartikel chitosan (CS) sebagai agen terapi gangguan kecemasan umum. Melalui gagasan tersebut Tim UII berhasil meraih Juara 3 Nasional dalam Ajang Kompetisi Halu Oleo Scientific Competition (Holistic) 2022 yang diadakan oleh Universitas Halu Oleo pada Minggu (13/11).

Fathiyatul menjelaskan bahwa gangguan kecemasan umum (GKU) adalah bentuk kecemasan dan kekhawatiran berlebih mengenai peristiwa hingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Tanda dari gejala GKU adalah munculnya rasa khawatir yang tidak realistis terhadap masalah sehari-hari biasa. Pada tahun 2018, 8% dari populasi Indonesia menderita GKU. Secara global angka kejadian GKU pada orang dewasa di dunia mencapai 20% dengan perbandingan wanita lebih banyak dibanding pria. 

Read more

Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menorehkan prestasi di kancah nasional. Tiga mahasiswi sarjana terapan Prodi Analisis Keuangan yakni Adinda Meisya Gina (2020), Maya Nur Oktaviani (2020), dan Rizma Drajad Siti Apriyanti (2021) berhasil meraih juara 2 dan 3 Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional (LKTIN). Lomba yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Malang itu bertema “Kontribusi Mahasiswa dalam Mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) Pasca Pandemi Covid-19”. Lomba itu diadakan dalam rentang bulan Agustus-September dan presentasi final pada 9 Oktober 2022.

Ketiga mahasiswi UII berhasil masuk ke babak final bersama Universitas Negeri Yogyakarta, Universitas Pancasila, dan Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Adinda dan Rizma sama sekali tidak menyangka mampu bersaing dan meraih posisi terbaik di antara universitas lain. 

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) mensyukuri anugerah berupa bertambahnya guru besar di kalangan sivitas akademikanya. Prof. Dr. Ir. Sugini, M.T. resmi menyandang jabatan akademik paling prestisius ini dalam acara Serah Terima Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Akademik di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito pada Selasa (15/11). Surat keputusan tersebut langsung dibacakan oleh Penyelia Sumber Daya Perguruan Tinggi, Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V DIY Yogyakarta, Rahman Hakim, S.E. di hadapan hadirin.

Dengan pencapaian tersebut, Prof. Dr. Sugini tercatat sebagai Guru Besar ke-2 di Jurusan Arsitektur, Ke-6 di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) serta ke-28 di UII. Selain itu, ia juga merupakan Guru Besar perempuan pertama yang dimiliki oleh FTSP dan ke-4 oleh UII. Prof. Dr. Sugini merupakan Guru Besar di Bidang Ilmu Studio Perancangan Arsitektur.

Read more

Selamat atas amanah baru, jabatan profesor, untuk Prof. Sugini. Beliau adalah profesor ke-28 yang lahir dari rahim Universitas Islam Indonesia (UII). Saat ini, alhamdulillah, saat ini proporsi dosen yang menjadi profesor adalah 3,5% (28 dari 790 dosen). Secara nasional, persentase profesor baru sekitar 2% dari seluruh dosen di perguruan tinggi.

Prof. Sugini adalah profesor perempuan ke-4 di Universitas Islam Indonesia dan profesor perempuan pertama di Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan. Hal ini merupakan pencapaian yang perlu disyukuri bersama.

Saat ini, UII masih mempunyai 66 dosen bergelar doktor yang sudah menduduki jabatan akademik Lektor Kepala. Mereka semua adalah para calon profesor. Semoga semuanya tercapai dalam waktu yang tidak terlalu lama.

 

Mendefinisikan intelektual publik

Jabatan akademik profesor merupakan kewenangan akademik tertinggi bagi insan akademik. Ada kuasa akademik merdeka yang menyertainya.

Hal ini mengingatkan saya kepada salah satu fragmen dalam film Spiderman, ketika Ben Parker —paman Peter Parker alter ego Spiderman— akan meninggal dunia. Ben Parker berpesan kepada Spiderman, “with great power comes great responsibility”. Kuasa yang besar diiringi dengan tanggung jawab besar. Adagium ini tampaknya relevan untuk kita renungkan di momen yang membahagiakan ini.

Jabatan profesor merupakan kuasa akademik besar. Kehadirannya juga dibarengi dengan tanggung jawab besar. Pesan ini insyaallah valid untuk semua profesor, termasuk saya, dan bahkan semua dosen.

Apa tanggung jawab besar tersebut? Banyak. Salah satunya adalah menjadikan diri sebagai intelektual publik. Edward Said, yang sangat terkenal dengan bukunya yang berjudul Orientalism itu, mendefinisikan intelektual publik dengan sangat apik.

Dalam terjemahan dan rangkuman bebas, bagi Said (2001) dalam tulisannya berjudul “On defiance and taking positions”, intelektual publik adalah mereka yang

  • menguasai bidang disiplinnya,
  • tajam dalam analisis literatur,
  • melihat bahwa menjadi intelektual adalah pilihan karier,
  • merasa perlu masuk ke dalam ruang publik dan melantangkan kebenaran kepada yang berkuasa, dengan mempertanyakan, menginterpretasikan, dan memahami otoritas daripada mengkonsolidasikannya,
  • keluar dari pagar akademik untuk menghubungkan diri, mengafiliasikan diri, dan menyeleraskan diri dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat,
  • berfungsi sebagai memori publik yang mengingatkan yang terlupa atau terabaikan,
  • menyampaikan hubungan kuasa dan politik yang tersembunyi dari pandangan publik,
  • memberikan alternatif terhadap kebijakan yang salah.

Operasionalisasi ini sejalan dengan konsep ulul albab yang sering menjadi kosa kata sehari-hari di kampus kita.

Jika diringkas, intelektual publik akan selalu menghubungkan disiplin yang digelutinya dengan masalah nyata masyarakat dan melibatkan diri untuk menawarkan solusi. Dalam menjalankan peran ini, paling tidak diperlukan dua hal. Pertama, keberanian keluar ke ruang publik dengan mengambil posisi yang jelas, dan kedua, sensitivitas dalam melihat masalah publik. Intelektual publik akan memunculkan pertanyaan moral yang sering kali tersembunyi di balik keributan dan hiruk-pikuk debat publik.

 

Intelektual publik di tengah pusaran neoliberalisme

Dalam konteks pendidikan tinggi, salah satu isu yang perlu mendapatkan perhatian para intelektual publik adalah jebakan mazhab neoliberalisme. Mazhab ini seakan sudah menjadi satu-satunya norma baru yang paling lazim. Kita berada di tengah pusarannya.

Terkait dengan ini, Henry Giroux (2015) menawarkan narasi yang penting dan relevan untuk kita simak bersama. Mazhab neoliberalisme telah memreteli perguruan tinggi sehingga tidak lagi menjadi situs tempat berkembangan pemikiran kritis dan menjauhkannya dari iklim demokrasi yang sehat. Pendekatan yang diadopsi oleh perguruan tinggi didorong penuh oleh ideologi pasar.

Bagi Giroux, pendidikan telah direduksi menjadi pelatihan, nilai-nilai publik ditransformasikan menjadi nilai-nilai instrumental mentah, pendidikan publik dianggap sebagai sistem operasi, yang beranggapan bahwa pemecahan masalah hanya dapat dilakukan melalui kuantifikasi, data numerik, dan hitungan-hitungan efisiensi semata.

Lebih lanjut, Giroux, menuliskan bahwa mazhab neoliberalisme menganggap bahwa masyarakat adalah fiksi, tata kelola harus didorong ideologi pasar, deregulasi dan komodifikasi adalah kendaraan untuk kebebasan, kebutuhan masyarakat harus ditaruh di bawah kepentingan pribadi, budaya keuangan harus menjadi panglima dalam semua kehidupan sosial, dan pendidikan tinggi harus melayani kebutuhan korporat dan menempatkan kebaikan publik para posisi pinggiran.

Ujungnya adalah bahwa ukuran keberhasilan mewujud dalam bentuk keuntungan finansial semata. Keterlibatan dalam masalah publik dan ruang publik yang didedikasikan untuk kebaikan bersama akan dilihat sebagai hambatan menuju masyarakat yang dikendalikan oleh pasar atau alibi atas tata kelola yang tidak efisien.

Intelektual publik, juga dapat bergabung dengan publik secara lebih luas untuk merespons masalah-masalah sosial, memberi bantuan kepada gerakan dan organisasi lain yang bertujuan untuk meningkatkan keadilan. Kadang, intelektual publik juga bekerja sama dengan pemerintah untuk membangun dunia yang lebih adil dan demokratis (Fung, 2011).

Pentanyaan yang relevan untuk kita ajukan kemudian adalah: Apakah masih mungkin bagi kita untuk lari dari jerat mazhab neoliberalisme yang sudah menjadi norma baru dan ideologi pasar yang sudah mempengaruhi alam bawah sadar kita? Apakah mungkin, misalnya, mencari jalan tengah, dengan menjalankan praktik yang terkesan berangkat dari mazhab neoliberalisme, tetapi disuntik dengan nilai-nilai lain yang menempatkan kepentingan publik pada posisi tinggi?

 

Epilog: menjaga akal sehat

Saya tidak akan melanjutkan diskusi ini secara lebih detail dan ingin menjadikan isu ini sebagai bahan refleksi bersama. Sebagai intelektual publik, sikap skeptis dan selalu mempertanyakan kemapanan menjadi bahan bakar untuk menjaga akal sehat. Tidak untuk mengedepankan sikap nyinyir, tetapi untuk senantiasi mencari peluang perbaikan di masa depan.

Para pembaca, boleh sepakat atau tidak dengan narasi yang saya usung dalam tulisan singkat ini. Jika tidak, itulah indahnya dunia akademik, ketika keragaman pemikiran mendapatkan tempat selama dilandasi dengan argumentasi yang memuliakan akal sehat.

Sekali lagi selamat. Juga, kepada keluarga Prof Sugini, suami dan anak yang selalu mendukung.

Semoga jabatan ini membuka berjuta pintu keberkahan, tidak hanya untuk diri sendiri dan keluarga, tetapi terlebih untuk lembaga dan masyarakat luas.

Semoga Allah meridai UII dan kita semua.

 

Referensi

Fung, A. (2011). The constructive eesponsibility of intellectuals. Boston Review. Tersedia daring: https://www.bostonreview.net/articles/archon-fung-noam-chomsky-responsibility-of-intellectuals/

Giroux, H. A. (2017). Neoliberalism’s war against higher education and the role of public intellectuals. Dalam The future of university education (pp. 185-206). Cham: Palgrave Macmillan.

Said, E. (2001). On defiance and taking positions. Dalam Reflections on exile and other essays (hal. 500-506). Cambridge: Harvard University Press.

Sambutan pada acara serah terima Surat Keputusan Kenaikan Jabatan Akademik Profesor Dr. Ir. Sugini, M.T. di Universitas Islam Indonesia pada 15 November 2022.

Unit Layanan Bisnis Universitas Islam Indonesia (ULB UII) mengadakan pelatihan bagi para staf unit bisnis UII yang digelar di Alana Hotel Yogyakarta pada Sabtu (12/11). Acara tersebut diikuti oleh 25 staf yang meliputi dari unit layanan Pengelola Sumber Daya Kampus (PSDK) UII, Center for International Language & Cultural Studies (CILACS) UII, dan UIIPress. 

Pelatihan ini merupakan pelatihan pertama yang diadakan oleh Unit Layananan Bisnis (ULB) UII. “Harapannya, ULB UII bisa menjadi salah satu sumber penghidupan bagi UII,” ungkap Dr. Sri Kusumadewi, S.Si., MT.  Menurut penuturannya, ULB UII masih baru dibentuk pada Januari 2022 dengan tujuan meningkatkan tata kelola unit bisnis di lingkungan UII.

Read more