Universitas Islam Indonesia (UII) mengawali lembaran tahun 2023 dengan capaian positif dari salah satu tenaga pendidik di lingkungannya. Capaian tersebut ditorehkan oleh dosen di Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UII, Prof. Dr. Is Fatimah, S.Si., M.Si.

Komitmen yang kuat serta dedikasi yang tinggi di bidang penulisan dan penelitian berhasil mengantarkan Prof. Dr. Is Fatimah untuk dinobatkan sebagai salah satu peneliti dengan jumlah sitasi yang tinggi. Kali ini, Prof. Dr. Is Fatimah menyandang gelar “Top-cited Indonesian Scientist in 2022”, serta berhasil menempati peringkat 53.503 dunia dan urutan 11 Indonesia versi Elsevier BV, sebuah perusahaan penerbitan akademik asal Belanda yang fokus pada konten ilmiah, teknis, dan kesehatan. Sebelumnya, Prof. Dr. Is Fatimah menerima penghargaan “Top 2% World Ranking Scientists” versi Stanford University. Pencapaiannya tersebut merupakan buah dari usahanya selama ini.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) selalu berusaha dalam meningkatkan sarana dan fasilitas bagi seluruh sivitasnya. Tepat pukul 08.30 WIB pada Jumat (30/12), gedung baru Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) UII resmi beroperasi. Acara peresmian yang digelar di Hall FIAI UII itu dilaksanakan oleh Ketua Umum Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A.

Gedung baru FIAI yang terletak di belakang Perpustakaan Pusat UII ini mulai dibangun pada tanggal 24 Agustus 2018 dengan menghabiskan dana sebesar Rp 63.727.634.352,15. Gedung dengan nama K.H.A. Wahid Hasyim ini dibangun dengan tanah seluas 4.290 M2 dan luas  bangunan 13.834,06 M2.

Dalam acara Peresmian dan Serah Terima Gedung FIAI UII itu, Kepala Departemen Infrastruktur YBW UII, Ir. Suharyatma M.T., menjelaskan bahwa pembangunan gedung baru FIAI UII itu terdiri dari 5 lantai yang terdiri dari 15 ruang kelas dan 4 kelas besar, 1 lantai semi basement dan 1 basement, lab computer, microteaching, inkubator bisnis dan auditorium dengan kapasitas 200 orang. 

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas tenaga pendidik dengan mendorong para dosennya untuk meneruskan studi ke jenjang doktoral. Dalam memaksimalkan komitmen tersebut, UII turut memberi bantuan untuk peningkatan bahasa asing dosen, pendampingan penyusunan proposal disertasi, dan pencarian beasiswa bahkan dukungan beasiswa parsial maupun beasiswa penuh kepada dosen.

Hal tersebut nampak dengan adanya acara Penyambutan Doktor Baru UII Tahun 2022 yang berlangsung di Gedung Kuliah Umum Prof. dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII pada (29/12). Acara ini turut dihadiri oleh Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D., Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf (PYBW UII), Drs. Suwarsono Muhammad, M.A serta jajaran Dekan di lingkungan UII.

Dalam sambutannya, Prof. Fathul Wahid menerangkan saat ini cacah dosen UII yang menyelesaikan program doktor terus bertambah. “Dengan memasukkan 18 doktor baru yang hari ini kita sambut, saat ini sebanyak 31,95% atau 248 dari 776 dosen UII telah berpendidikan doktor. Presentase ini jauh dari rata-rata nasional yang baru mencapai 13.98%.” jelas Prof Fathul. 

Read more

Nikmat yang mengalir

Hanya kepada Allah kita bersyukur atas beragam nikmat yang mengalir tak henti diberikan kepada keluarga besar Universitas Islam Indonesia (UII). Ikhtiar dan iringan doa terbaik telah mengantarkan banyak capaian di 2022 ini. Semuanya adalah buat kerja kolektif.

Dari sisi kelembagaan, sejak kemarin, 28 Desember 2022, UII kembali mendapatkan akreditasi institusi Unggul yang berlaku sampai 2027, lima tahun ke depan. Dari 54 program studi yang UII kelola, sebanyak 36 program studi mendapatkan akreditasi A atau Unggul. Ini setara dengan 66,67% dari keseluruhan program studi. Jika enam program studi baru yang berakreditasi minimum tidak diikutkan, persentase yang berakreditasi A atau Unggul bahkan mencapai 75,00%.

Dari sisi kualifikasi dosen, semakin banyak dosen yang berkualifikasi Lektor Kepala atau Profesor. Khusus untuk profesor, saat ini UII mempunyai 29 dosen dengan jabatan akademik profesor. Saat ini, lebih dari 10 pengusulan profesor yang sudah disetujui oleh senat universitas dan sudah dikirim dari UII untuk diproses lebih lanjut oleh negara. Sekali lagi, ini adalah capaikan kolektif yang harus disyukuri.

Cacah dosen UII yang menyelesaikan doktor pun terus bertambah. Dengan memasukkan 18 doktor baru yang kita sambut hari ini, saat ini, sebanyak 31,95% (248 dari 776) dosen UII telah berpendidikan doktor. Persentase ini jauh melampaui rata-rata nasional yang baru mencapai 13,98% (42.825 dari 306.150 dosen).

Rasa syukur kita pun seharusnya semakin bertambah karena di akhir 2022 ini, sebanyak 166 dosen UII sedang menempuh program doktor di berbagai universitas baik dalam maupun luar negeri. Jika semua berjalan lancar, dalam empat tahun ke depan, cacah dosen berpendidikan doktor UII akan mencapai lebih dari separuh (53,35%; 414 dari 776).

Dalam kesempatan baik ini, izinkan saya mengucapkan selamat kepada 18 doktor baru yang telah menyelesaikan studi di 2022. Studi doktoral bukan tanpa tantangan. Memang banyak cerita membahagiakan yang bisa dibagi, tetapi saya yakin semua doktor baru menyimpan sisi menantang yang tidak semuanya nyaman untuk dikisahkan.

 

Studi yang tuntas

Di Amerika Serikat studi terhadap sekitar 50.000 mahasiswa doktoral dari 30 lembaga menemukan bahwa tingkat kesuksesan menyelesaikan studi doktoral bervariasi dari 49% sampai 64% tergantung dengan disiplin (dikutip oleh Young et al. 2019). Studi di konteks Eropa pun menghasilkan temuan serupa. Hanya 54,3% mahasiswa doktoral yang berhasil menyelesaikan misinya (Wollast et al., 2018).

Temuan tersebut berarti paling tidak, satu dari tiga kandidat doktor harus menyerah dan gagal di tengah jalan.

Sayang, data serupa dari Indonesia tidak bisa saya temukan.

Karenanya, dengan kesadaran bahwa tidak setiap yang mempunyai kesempatan studi doktoral bisa tuntas, rasa syukur pun seharusnya semakin bertambah, karena telah ditakdirkan oleh Allah menyelesaikan satu tahapan studi dengan baik, dengan segala cerita yang menyertainya.

Selamat juga saya sampaikan ke keluarga, program studi, jurusan, dan fakultas terkait. Insyaallah, akumulasi kepakaran ini akan menjadi modal penting untuk terus berkembang dan menebar manfaat yang lebih luas.

 

Perspektif dan riset interdisiplin

Izinkan saya pada kesempatan yang sangat membahagiakan ini berbagi sebuah perspektif yang mudah-mudahan bisa memicu diskusi lanjutan yang lebih produktif.

Saya yakin kita akan mudah bersepakat jika masalah yang dihadapi umat manusia semakin kompleks. Semakin banyak variabel yang terlibat dengan skala yang sangat bervariasi.

Kompleksitas masalah ini membutuhkan pendekatan baru dalam menyelesaikannya. Salah satunya adalah dengan melibatkan beragam kepakaran terkait untuk mendesain solusi yang efektif.

Dalam bahasa konsep, ini disebut dengan pendekatan interdisiplin. Pendekatan ini tidak hanya didasarkan pada keragaman disiplin yang terlibat (yang disebut sampai tingkat multidisiplin), tetapi mengharuskan ada irisan antardisiplin.

Paling tidak terdapat tiga argumen untuk menguatkan. Pertama, masalah yang kompleks tidak bisa dipecahkan disiplin tunggal. Kedua, penemuan dan kemajuan dalam riset lebih sering terjadi di perbatasan antardisiplin. Ketiga, interaksi antarperiset interdisiplin akan bermanfaat untuk memperluas perspektif dan memperjauh horizon.

Data yang dilaporkan oleh majalah sains terkemuka Nature (van Noorden, 2015), berdasarkan 35 juta artikel dari 14 disiplin dan 143 keahlian, mengindikasikan bahwa sejak pertengan 1980an terjadi kecenderungan peningkatkan cacah publikasi interdisiplin. Indikasinya adalah sitasi terhadap literatur di luar disiplin. Temuan tersebut valid, baik di bidang sains alam maupun sains sosial. Data yang disajikan menunjukkan bahwa sepertiga referensi artikel ilmiah berisi literatur dari disiplin lain (Ledford, 2015).

Apakah riset interdisiplin juga mendapatkan tanggapan baik?

Data menunjukkan bahwa publikasi interdisiplin memerlukan waktu yang cukup untuk menunjukkan relevansi dan menjadikannya disitasi. Temuan menyarankan untuk lebih berfokus pada riset interdisiplin yang tidak terlalu banyak disiplin terkait, dibandingkan yang melibatkan terlalu banyak disiplin yang saling berjauhan.

Analisis juga menemukan bahwa kecenderungan riset interdisiplin berbeda antara satu negara dengan yang lainnya. Berdasar artikel yang dipublikasikan oleh Elsevier, India adalah negara yang paling banyak menghasilkan riset interdisiplin, disusul oleh China, Taiwan, Korea Selatan, Brazil, Italia, dan Amerika Serikat (van Noorden, 2015).

Bagaimana di Indonesia?

Tidak ada data yang bisa diakses untuk memberikan gambaran besar. Namun ada banyak kisah yang tidak selalu membahagiakan terkait dengan riset interdisiplin di Indonesia. Salah satunya adalah soal pengakuan komunitas.

Meski pesan riset interdisiplin sering kita dengar, namun ketika terjadi di lapangan dan didokumentasikan dalam publikasi, sering kali ada “sengketa” terkait dengan relevansi disiplin dan bahkan soal pengakuan kelayakan menjadi syarat dalam kenaikan kewenangan akademik. Ini adalah pekerjaan rumah bagi kita, untuk mengedukasi diri kita sendiri.

Setiap kali ada masalah “sengketa disiplin”, saya teringat kisah ketika mengambil mata kuliah intensif di Universitas Malmo, Swedia pada Mei 2012 tentang manajemen publik. Seorang pengajar yang berlatar belakang yang lebih dekat dengan ilmu politik menceritakan dengan mata berbinar dan bahagia ketika artikelnya tentang pengelolaan sampah diterima di jurnal bereputasi dengan cakupan di bidang teknik. Bagi dia, hal itu adalah sebuah tantangan untuk membingkai riset dan menyajikannya dengan tepat sehingga diterima oleh komunitas disiplin lain.

Memang ada argumen lain yang kurang setuju. Alasannya termasuk bahwa riset interdisiplin akan membocorkan waktu, dana, dan juga sumber daya lain (Duerr & Herkommer, 2019).

Pada kesempatan ini, saya mengajak semua doktor baru untuk merenungkan bagaimana perspektif dan riset interdisiplin bisa dijalankan dengan baik dan produktif.

 

Referensi

Duerr, F., & Herkommer, A. (2019). Why does interdisciplinary research matter? Advanced Optical Technologies, 8(2), 103–104

Ledford, H. (2015). How to solve the world’s biggest problems. Nature525, 308-311.

Young, S. N., VanWye, W. R., Schafer, M. A., Robertson, T. A., & Poore, A. V. (2019). Factors affecting PhD student success. International Journal of Exercise Science12(1), 34.

van Noorden, R. (2015). Interdisciplinary research by the numbers. Nature525, 306-307.

Wollast, R., Boudrenghien, G., Van der Linden, N., Galand, B., Roland, N., Devos, C., De Clercq, M., Klein, O., Azzi, A. and Frenay, M. (2018). Who are the doctoral students who drop out? Factors associated with the rate of doctoral degree completion in universities. International Journal of Higher Education7(4), 143-156.

Sambutan dalam penyambutan 18 doktor baru Universitas Islam Indonesia pada 29 Desember 2022.

 

Direktorat Sumber Daya Manusia Universitas Islam Indonesia (DSDM UII) menyelenggarakan acara pelepasan atau purna tugas bagi para tenaga kependidikan (tendik) unit rektorat yang telah menyelesaikan tugas pengabdiannya di UII. Acara di Ruang Teatrikal, Lantai 2 Timur, Gedung Kuliah Umum Prof. Sardjito UII, pada Rabu, (28/12) itu merupakan bentuk apresiasi kepada para tendik yang telah menyelesaikan pengabdiannya di UII tahun 2022.

Tercatat kurang lebih ada delapan orang tendik yang dipurna tugaskan. Mereka yaitu Sumanto, Untung Dumadi, Dr. Sungadi, S.Sos., M.IP., Ismanto, S.I.Pust., Daryudi, Sumarsih, Sonny Laksono, dan Muhammad  Haryo Subodro. Usia masa pengabdian selama di UII berbeda-beda, mulai dari 18 tahun hingga yang terlama mencapai jangka waktu 39 tahun.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) terus konsisten menunjukkan keseriusannya dalam mempertahankan kualitas pendidikan. Hal tersebut  tercermin melalui raihan Akreditasi Unggul Institusi UII yang termaktub dalam Surat Keputusan Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT No. 2003/SK/BAN-PT/AK.Ppj/PT/XII/2022. SK akreditasi institusi yang ditandatangani oleh Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT, Prof. Ari Purbayanto, Ph.D itu berlaku selama lima tahun yakni sejak tanggal 28 Desember 2022 hingga 28 Desember 2027.

Akreditasi Unggul

Akreditasi Unggul merupakan peringkat akreditasi tertinggi bagi sebuah perguruan tinggi yang memenuhi kriteria yang disyaratkan oleh BAN-PT. Pemenuhan kriteria tersebut didukung oleh kolaborasi di setiap unit kerja dari program studi sampai universitas. “Alhamdulillah atas karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, UII berhasil memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan sehingga meraih Akreditasi Unggul,” ucap Ayundyah Kesumawati, S.Si., M.Si. ketika diwawancara daring oleh Humas UII.

Read more

Pusat Studi Hukum Konstitusi Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (PSHK FH UII) menyelenggarakan acara Peluncuran sekaligus Bedah Buku berjudul Daya Lenting Konstitusi: Teori, Konsep, dan Praktiknya. Acara ini berlangsung di Ruang Stage Room Lt. 3 Gedung FH UII pada Senin, (26/12).

Buku tersebut merupakan karya yang ditulis oleh para peneliti PSHK FH UII, digagas sejak tahun 2021 hingga ditulis dan terbit pada bulan November 2022. Ada sekitar 6 aspek isu konstitusi krusial yang dikaji dan diteliti dalam penulisan buku ini, yaitu: aspek kekuasaan pemerintahan, aspek pemerintahan daerah, desa, dan kesatuan masyarakat hukum adat, aspek lembaga legislatif dan pembentukan peraturan perundang-undangan, aspek pemilihan umum dan partai politik, aspek kekuasaan kehakiman, serta aspek hak asasi manusia.

Read more

Perkembangan teknologi dan penggunaan data dalam bisnis, membantu perusahaan dalam pengambilan keputusan. Pekerjaan di bidang bisnis dan data pun kian dibutuhkan di banyak perusahaan. Hal ini menjadi bahasan yang menarik dalam ERP Talk yang diadakan oleh  Laboratorium Enterprise Resource Planning Universitas Islam Indonesia (ERP UII) dengan tajuk “Everyone Can Be A Business Analyst” pada Minggu (25/12) melalui via Zoom meeting. Acara ini membahas seputar topik penerapan Business Analyst dengan sistem ERP oleh Muhammad Andy Hakim selaku alumni Teknik Industri UII tahun 2012 sekaligus menjabat sebagai Assistant Manager Human Resources Development at PT. Hutama Karya (Persero).

Mengawali materinya, Muhammad Andy Hakim menjelaskan bahwa pentingnya memahami proses bisnis dalam perusahaan yang berpengaruh efektif, efisien, dan kompetitif. Proses bisnis dalam perusahaan biasanya bersifat End to End, karena proses operasional bisnis menjadi lebih efisien, kinerja menjadi lebih optimal, dan dapat meminimalisir kesalahan pekerjaan. “Pentingnya proses bisnis mewakili terciptanya suatu produk yang dihasilkan dan juga keuntungan dari suatu perusahaan,” terangnya.

Read more

Direktorat Sumber Daya Manusia/Sekolah Kepemimpinan Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Pelatihan Peningkatan Etos Kerja dan Produktivitas Kerja bertempat di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center pada 21 – 23 Desember 2022. Pelatihan ini diikuti oleh segenap tenaga kependidikan di lingkungan universitas. Pemateri yang memberikan pelatihan adalah Dr. Gina Rahmalia Ginandjar., SS., SP., MP., EPC., CMT., CVTIM, seorang trainer madya di Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) PT. Kereta Api Indonesia. 

Direktur Sumber Daya Manusia UII Ike Agustina, S.Psi., M.Psi., Psi., menilai agenda ini menjadi satu hal yang penting untuk merespon masa yang semakin berkembang, “kondisi yang ada mengharuskan kita harus meningkat karena kondisi yang kita hadapi tidak semakin mudah tapi penuh tantangan,” ujar Ike Agustina.

Read more

Pusat Studi Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (PSH FH UII) menyelenggarakan acara Refleksi Akhir Tahun Bidang Hukum dengan tema “Potret dan Tantangan ke Depan” di ruang Auditorium Gedung FH UII pada Kamis (22/12). Acara ini mengangkat empat isu besar, di antaranya Meaningful Participation dalam Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, Ancaman Resesi Ekonomi terhadap Gelombang PHK, Krisis Kemunduran dan Titik Balik Pembaharuan Alat dan Lembaga Negara, dan Tragedi Kanjuruhan dan Masa Depan Hukum Olahraga di Indonesia.

Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum. selaku Dekan FH UII mengatakan bahwa sepanjang tahun 2022 telah terjadi banyak peristiwa hukum, baik yang berkesan negatif maupun positif. Menurutnya, sudah seharusnya bagi orang hukum untuk merenungkan kembali peristiwa-peristiwa hukum tersebut untuk dilakukan evaluasi dan perbaikan di tahun yang 2023 mendatang.

Read more