Universitas Islam Indonesia (UII) terus meluaskan sayap dan merawat kerja sama dengan berbagai mitra strategis di tingkat internasional. Hal ini nampak dalam acara Partners Gathering di Sheraton Grande Luxury Sukhumvit Bangkok pada Rabu (15/3). Acara yang diadakan oleh Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional UII itu dihadiri 49 mitra yang terdiri dari badan pemerintah, universitas, lembaga pendidikan, dan industri.

Read more

Hanya kepada Allah Yang Maha Pemberi Keamanan, setinggi syukur kita panjatkan, setulus pengabdian kita tunaikan. Terlalu banyak nikmat yang sudah Allah limpahkan, sehingga kita tak mungkin membilangkan. Kita semua berkumpul di sini juga karena Yang Maha Melapangkan berkenan.

Kapada Rasulullah Muhammad, selawat dan salam kita sanjungkan. Melaluinya, risalah untuk kebaikan manusia diberikan. Kepadanya, kita semua bercermin tanpa sungkan. Ikhtiar terbaik untuk itibak kita lakukan. Syafaatnya kita nantikan di Hari Kemudian.

Untuk itu, saya, atas nama keluarga besar UII menyampaikan selamat untuk semua wisudawan dan keluarganya. Menuntaskan sebuah misi tidaklah terjadi begitu saja. Ada ikhtiar terbaik yang didedikasikan. Tidak semuanya berjalan dengan lancar. Kadang ada aral yang melintang. Tetapi, alhamdulillah, dengan semangat pantang menyerah yang dilengkapi dengan dukungan dan kiriman doa tak lelah, semua berakhir dengan indah.

Di momen ini, karenanya jangan lupa mengucap syukur kepada Zat Yang Maha Pemurah. Insyaallah, syukur akan menjadikan nikmat berlipat dan bertambah. Sebaliknya, kufur nikmat akan menjadikan kita menjadi manusia rendah.

Setelah wisuda, perjalanan baru menunggu Saudara. Inilah saatnya Saudara meneguhkan kiprah di tengah masyarakat.

 

Humor yang memudar

Selalu asah dan tambah kecakapan Saudara. Apa yang sudah Saudara kuasai sampai hari ini, insyaallah akan menjadi modal awal untuk berkontribusi dengan beragam peran. Tapi ingat, lingkungan berubah, tuntutan bertambah.

Untuk menjamin relevansi keberadaan Saudara dan untuk memastikan kontribusi terbaik, pilihannya tidak banyak. Salah satunya adalah dengan terus belajar. Dari beragam sumber, dengan berbagai cara.

Sangat mungkin, suatu saat di masa depan yang tidak terlalu jauh, kecakapan yang kita punya akan tidak relevan lagi. Ketika itu terjadi, kita dituntut berani melupakan apa yang sudah kita pelajari (unlearn) karena sudah tidak relevan dan menggantinya dengan kecakapan baru (relearn) yang dibutuhkan.

Meski demikian, jangan sampai Saudara mengganggap masa depan itu mengerikan. Selama kita menjadi pembelajar sejati, kita harus menjemput masa depan dengan suka cita dan penuh keyakinan. Saudara adalah para pemimpin masa depan.

Ketika ketidakpastian menjadi satu-satunya yang pasti di masa depan, maka kita perlu melihatnya dengan perspektif yang positif yang lebih rileks.

Kita mulai dengan audit humor. Kapan Saudara tertawa lepas terakhir kali? Apakah kemarin, pekan lalu, bulan lalu, atau bahkan lupa entah kapan.

Karenanya, izinkan saya, di kesempatan ini, mengajak Saudara untuk membahas humor. Jangan skeptis dahulu. Humor adalah urusan serius. Salah satu buktinya, Stanford’s Graduate School of Business menawarkan sebuah matakuliah bertajuk “Humor: Serious Business.

Humor pun diteliti dengan serius. Salah satu temuannya riset itu mengejutkan. Ternyata, selera humor (sense of humor) menurun sejalan dengan bertambahnya umur. Salah satunya indikasinya adalah senyum atau tertawa. Survei yang dilakukan oleh Gallup terhadap 1,4 juta secara global menemukan bahwa bertambahnya umur menjadikan kita semakin jarang tersenyum atau tertawa.

Anak umur empat tahun dapat tertawa sebanyak 300 kali dalam sehari. Bandingkan dengan yang berumur 40 tahun. Mereka tertawa sebanyak 300 kali, tetapi dalam 2,5 bulan (Aaker & Bagdonas, 2021).

 

Manfaat humor

Selingan humor sehat dalam kadar yang pas untuk menjaga emosi positif akan sangat bermanfaat di tempat kerja dan juga di tempat interaksi sosial lainnya.

Pertama, selera humor bisa meningkatan kuasa (power) seseorang, karena akan meningkatkan persepsi terhadap status dan kecerdasan, mempengaruhi perilaku dan pengambilan kepuusan, serta menjadikan ide lebih mudah diingat (Aaker & Bagdonas, 2021).

Penelitian menemukan bahwa pimpinan yang mempunyai selera humor dipandang 27% lebih memotivasi dan dikagumi, dibandingkan dengan yang tidak (Decker, 1987). Bawahan juga 15% lebih tertarik untuk melibatkan diri. Tim pimpinan yang humoris juga dua kali lebih baik dalam memecahkan tantangan kreativitas, yang ujungnya adalah kinerja yang membaik.

Kedua, selera humor juga meningkatkan hubungan (bond) karena mempercepat rasa percaya dalam membangun hubungan dan membuat kita lebih puas dengan hubungan yang terjalin sejalan dengan waktu (Aaker & Bagdonas, 2021).

Tertawa bersama ternyata juga mempercepat kedekatan dan kepercayaan (Gray et al., 2015). Hal ini akan menjadikan mereka yang sering berbagi kebahagiaan bersama menjadi sahabat dekat. Sahabat dekat di tempat kerja ternyata mempengaruhi kinerja. Salah satu penjelasannya adalah bahwa gaji bukan satu-satunya alasan seseorang bersemangat dalam bekerja. Demikian temuan penelitian Gallup (Maan, 2018), sebuah lembaga konsultan manajemen besar dunia. Sebagai contoh, menurut penelitian tersebut, perempuan yang menyatakan mempunyai sahabat dekat di kantor cenderung dua kali lebih termotivasi dalam bekerja dibandingkan yang tidak.

Senyum ternyata juga dapat meningkatkan kepercayaan orang lain sebanyak 10% (Scharlemann et al., 2001). Karenanya, humornya seorang penjual dapat meningkatkan keinginan konsumen untuk membeli sebesar 18% (O’quin & Aronoff, 1981).

Perasaan bahagia juga bisa diindikasikan dengan senyuman. Penelitian menemukan bahwa wajah yang tersenyum juga lebih lama diingat dibandingkan dengan yang marah. Kalau melihat orang marah, kita akan bertanya: mengapa dia marah ke saya? Tetapi, kalau melihat orang tersenyum, pertanyaan kita adalah: siapa dia? (Shimamura et al., 2006). Anda mau diingat oleh orang lain lebih lama dan dengan perasaan bahagia? Tersenyumlah.

Ketiga, selera humor juga meningkatkan kreativitas (creativity). Humor akan membantu kita menghubungkan berbagai hal yang terlewat dan menjadi kita lebih merasa aman menyampaikan ide-ide tidak konvensional dan yang berisiko (Aaker & Bagdonas, 2021).

Ternyata, selain memberikan perasaan bahagia, senyum juga bisa membuat orang meningkatkan kemampuan berpikir secara holistik (Johnson et al., 2010). Orang yang tersenyum akan melihat konteks secara lebih utuh dibandingkan yang tidak.

Keempat, selera humor juga membuat resiliensi (resilience) kita semakin baik atau “tahan banting”. Humor akan menguransi momen stren dan juga membuat kita lebih mudah bangkit dari keterpurukan (Aaker & Bagdonas, 2021).

Sebuah studi menemukan bahwa orang yang tertawa lepas secara ikhlas ketika menceritakan orang-orang terkasihnya mempunyai 80% lebih sedikit kemarahan dan 35% lebih sedikit stres, dibandingkan dengan mereka yang tertawanya tidak ikhlas atau tidak tertawa sama sekali (Keltner & Bonanno, 1997).

Tertawa juga terbukti meningkatkan aliran darah dan relaksasi otot (Miller & Fry, 2009). Orang yang suka humor mempunyai risiko kematian dari serangan jantung dan infeksi yang lebih rendah. Ini didasarkan pada studi selama 15 tahun di Norwegia (Romundstad et al., 2016).

Ujungnya, orang yang suka tersenyum sebagai tanda perasaan bahagia ternyata lebih panjang umurnya selama tujuh tahun dibandingkan dengan mereka yang suka marah (Abel & Kruger, 2010).

Kita akhiri diskusi soal humor di sini. Sekarang saatnya melakukan audit humor kembali.

Kita tidak harus pintar melucu, tetapi cukup punya selera humor: bisa tersenyum ikhlas atau bahkan tertawa lepas ketika ada yang lucu memapar kita.

Sambutan pada acara wisuda Universitas Islam Indonesia pada 18 Maret 2023.

Referensi

Aaker, J., & Bagdonas, N. (2021). Humor, Seriously: Why Humor Is a Secret Weapon in Business and Life (And how anyone can harness it. Even you.). Currency.

Abel, E. L., & Kruger, M. L. (2010). Smile intensity in photographs predicts longevity. Psychological Science, 21(4), 542-544.

Decker, W. H. (1987). Managerial humor and subordinate satisfaction. Social Behavior and Personality: An International Journal15(2), 225-232.

Gray, A. W., Parkinson, B., & Dunbar, R. I. (2015). Laughter’s influence on the intimacy of self-disclosure. Human Nature26(1), 28-43.

Johnson, K. J., Waugh, C. E., & Fredrickson, B. L. (2010). Smile to see the forest: Facially expressed positive emotions broaden cognition. Cognition and Emotion, 24(2), 299-321.

Keltner, D., & Bonanno, G. A. (1997). A study of laughter and dissociation: distinct correlates of laughter and smiling during bereavement. Journal of Personality and Social Psychology73(4), 687.

Maan, A. (2018). Why we need best friends at work. Tersedia daring di https://www.gallup.com/workplace/236213/why-need-best-friends-work.aspx

Miller, M., & Fry, W. F. (2009). The effect of mirthful laughter on the human cardiovascular system. Medical hypotheses73(5), 636-639.

O’quin, K., & Aronoff, J. (1981). Humor as a technique of social influence. Social Psychology Quarterly44(4), 349-357.

Romundstad, S., Svebak, S., Holen, A., & Holmen, J. (2016). A 15-year follow-up study of sense of humor and causes of mortality: The Nord-Trøndelag Health Study. Psychosomatic Medicine78(3), 345-353.

Scharlemann, J. P., Eckel, C. C., Kacelnik, A., & Wilson, R. K. (2001). The value of a smile: Game theory with a human face. Journal of Economic Psychology, 22(5), 617-640.

Shimamura, A. P., Ross, J. G., & Bennett, H. D. (2006). Memory for facial expressions: The power of a smile. Psychonomic Bulletin & Review, 13(2), 217-222.

Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Uji Publik Calon Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (Satgas PPKS) periode 2023–2025 pada Rabu (15/03) secara daring melalui Zoom Meeting dan live YouTube. Pembentukan Satgas PPKS ini adalah ikhtiar UII dalam memberantas kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan sesuai Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menaruh komitmen besar untuk mewujudkan lingkungan kampus yang aman dan terbebas dari segala tindak kekerasan seksual. Komitmen tersebut nampak dalam pelaksanaan Uji Publik Calon Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) yang berlangsung secara daring pada Rabu (15/03). Uji publik ini diikuti 17 peserta yang terdiri dari 5 dosen, 7 tenaga kependidikan, dan 5 mahasiswa. Acara juga disaksikan segenap warga kampus dan masyarakat umum.

Read more

Kelompok Studi Pasar Modal Fakultas Bisnis dan Ekonomika Universitas Islam Indonesia (KSPM FBE UII) bekerja sama dengan PT. Maybank Sekuritas Indonesia mengadakan 1st Capital Market Fair (CMF) bertema “Gen Z and the Future of Investing”. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan literasi investasi dan kualitas investor kalangan muda di Indonesia. Digelar di Gedung Auditorium Fakultas Hukum UII pada Selasa (14/03), acara menghadirkan Melvin Mumpuni CFP dan PT. Maybank Sekuritas Indonesia.

Read more

Ramadan kini tinggal menghitung hari. Pada tahun ini, bulan suci Ramadan bertepatan dengan perayaan Milad ke-80 Universitas Islam Indonesia (UII). Dalam menyambut bulan puasa yang penuh berkah, UII melalui Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) menggelar Semarak Pembukaan Safari Iman Ramadan (Safir) di Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII, pada Senin (13/03). 

Read more

Departemen Hukum Tata Negara (HTN) Fakultas Hukum (FH) Universitas Islam Indonesia (UII) menghadirkan Kuliah Umum bertajuk “Evaluasi Lembaga-Lembaga Negara Pasca Reformasi”. Kegiatan ini diselenggarakan pada Jumat (10/03) di Ruang Auditorium Lantai 4 Fakultas Hukum UII. Adapun pembicara utamanya adalah Prof. Dr. Saldi Isra, S.H., M.P.A. yang dikenal sebagai Hakim Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK RI). 

Dalam sambutannya, Ketua Departemen HTN FH UII, Dr. Jamaludin Ghafur, S.H., M.H. mengatakan bahwa salah satu cara untuk mengubah tatanan lembaga-lembaga negara yang selaras dengan nilai demokrasi adalah dengan cara membongkar atau mengamandemen konstitusi. Sehingga konstitusi itu dianggap sebagai suatu keniscayaan bagi negara yang mengalami transisi ke demokratisasi.

Read more

Hanya kepada Allah Yang Maha Memuliakan, segala puji kita kirimkan, setinggi syukur kita panjatkan. Musyawarah Nasional  XIII Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (Munas XIII BKSPTIS) kali ini dapat ditunaikan karena Yang Maha Memberi Keamanan berkenan.

Tak lupa, selawat dan salam kita kirimkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad saw., Sang Kekasih Allah. Yang mencerahkan dunia dengan risalah dan mengajak manusia ke kebaikan tanpa lelah. Bagi kita, Rasulullah merupakan uswah, untuk menjadi muslim yang ramah dan siap sebagai umat penengah.

 

Mewakili Ketua Umum

Seharusnya yang berdiri di mimbar ini untuk menyampaikan sambutan pembuka bukan saya sebagai Sekretaris Umum BKSPTIS, tetapi Ketua Umum. Tetapi, Allah berkehendak lain. Prof Syaiful Bakhri sudah dipanggil Allah pada 28 September 2022 yang lalu.

Kita semua berduka dengan iringan doa semoga Allahuyarham mendapatkan akhir terbaik dan menghadap Allah dalam kemuliaan. Kita insyaallah menjadi saksi bahwa Beliau adalah orang baik.

Saya masih ingat pertemuan fisik terakhir dengan Beliau di kampus ini, pada akhir Mei 2022. Kunjungan terakhir saya ke rumah Beliau, beberapa pekan sebelum wafat, sudah tidak memungkinkan saya berkomunikasi langsung dengan Beliau.

Semoga kita bisa melanjutkan cita-cita mulia Beliau dalam memajukan perguruan tinggi Islam di Indonesia melalui berkhidmat di BKSPTIS. Munas kali ini adalah bagian melanjutkan cita-cita tersebut.

Pada kesempatan ini, izinkan saya mengucapkan selamat datang di Kampus Universitas Islam Indonesia (UII) yang diamanahi menjadi tuan rumah Munas. UII merupakan rumah besar yang melayani anak bangsa dari beragam latar belakang, sejak pendiriannya pada 1945, 41 hari sebelum Indonesia merdeka.

 

Mengedepankan Kontribusi

Alhamdulillah, setelahnya, misi mulia mendidik anak bangsa juga dibantu untuk banyak perguruan tinggi nasional lain, termasuk perguruan tinggi Islam swasta (PTIS) yang sebagian hadir di Munas kali ini. Tema yang diangkat adalah: memajukan Indonesia, merawat Jagat.

Saya personal semakin berbahagia ketika melihat keragaman perguruan tinggi Islam yang berkenan hadir di Munas kali ini. Demikianlah seharusnya, perbedaan latar belakang pemikiran dan organisasi induk, tidak menjadi alasan untuk tidak saling bekerja sama. 

Kita semua sadar, setiap perguruan tinggi Islam mempunyai karakteristiknya masing-masing. Ini perlu kita hargai secara tulus. Kita sudah tahu, tingkat kematangannya dalam berkembangan juga beragam. Masalah yang dihadapinya pun bervariasi.

Sebagian sudah berorientasi global. Sebagian lain masih berjuang dalam mencari mahasiswa. Bahkan sebagian lain mungkin masih memikirkan keberlangsungan hidupnya.

BKSPTIS bisa menjadi forum untuk saling berbagi dan menginspirasi. Semua PTIS yang merupakan representasi sebagian anak bangsa Indonesia, harus maju bersama. Juga dengan PT lainnya di Indonesia. Sekarang ada era kolaborasi, dan bukan kompetisi yang tidak sehat.

Meski setiap PTIS mempunyai daftar pekerjaan rumahnya masing-masing, namun sebagai elemen bangsa, kita tidak boleh melupakan tanggung jawab dan peran serta kontributif dalam memajukan Indonesia. Inilah bagian awal tema yang diangkat oleh Munas ini.

Masih banyak musuh besar bangsa yang harus dilawan bersama, termasuk tingkat pendidikan anak bangsa yang masih rendah, kemiskinan yang masih tinggi, ketimpangan ekonomi yang tajam, dan praktik koruptif yang masih merajalela.

Bagian kedua tema Munas adalah merawat jagat. Kami mengajak PTIS untuk bersama-sama mengasah sensitivitas untuk memahami isu global dengan lebih baik. Isu ini juga mendapatkan perhatian di tingkat nasional, meski kadang gaungnya masih sayup-sayup.

Daftarnya isu bisa sangat panjang. Kita bisa sebut beberapa di antaranya di sini. Termasuk di dalamnya adalah kelestarian lingkungan, ketahanan pangan, pasokan energi, perdamaian dan resolusi konflik, dan juga pemerataan ekonomi.

 

Mendesain Masa Depan Sendiri

Saya sadar betul, tentu tidak mudah membagi perhatian dan sumber daya, bersamaan dengan memenuhi tuntutan di perguruan tinggi masing-masing. Namun, jika isu ini kita lupakan begitu saja tanpa berusaha memberikan andil, saya khawatir masa depan kita akan didesain oleh orang lain.

Kita harus mendesain masa depan kita sendiri. Semuanya bisa dimulai dengan memahami kekuatan bersama, mengasah sensitivitas terhadap isu komtemporer, dan juga meresponsnya dengan cepat sesuai dengan kapasitas.

Tanpanya, kita akan terjebak pada pola pikir pemadam kebakaran yang reaktif, reaktif, dan reaktif, yang akhirnya akan menjebak kita dari satu jalan buntu ke jalan buntu lainnya.

Saya juga mengajak, kita harus berhenti terlalu sering bermain menjadi korban (playing victim). Pola pikir ini akan mengarahkan fokus kita untuk selalu menyalahkan orang lain dan keadaan. Kita akan lupa untuk mencoba dengan serius mendesain masa depan sendiri dan menyusun anak tangga untuk mancapainya.

Insyaallah, forum Munas ini bisa menjadi ajang untuk mencapai impian masa depan bersama.

Masa depan tidak pernah tunggal, tetapi selalu jamak. Di sana ada variasi imajinasi. Kita perlu menghargai semuanya sambil menyiapkan koridor yang setiap dari kita bisa mendapatkan ruang untuk maju bersama secara terhormat dengan tetap saling menghargai dengan tulus.

 

Terima kasih

Kami mengucapkan terima kasih kepada para pembicara, pimpinan perguruan tinggi peserta Munas, dan juga seluruh panitia yang menyiapkan acara ini dalam waktu yang sangat singkat.

Pembicara yang akan berbagi inspirasi dan perspektif adalah

  1. Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Dr. Mahfud MD, S.H., S.U. (yang juga anggota Dewan Penasehat BKSPTIS)
  2. K. Abu Yazid Al-Busthami, Katib Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama
  3. Dr. Bambang Setiaji, M.Si., Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Penelitian Pimpinan Pusat Muhammadiyah
  4. Suwarsono Muhammad, M.A., Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia
  5. Dr. H. Basri Modding, S.E., M.Si., Rektor Universitas Muslim Indonesia
  6. Dr. H. Syafrinaldi S.H., MCL., Rektor Universitas Islam Riau
  7. Prof. Gunarto, S.H., M.Hum., Rektor Universitas Islam Sultan Agung
  8. Ir. A. Harits Nu’man, Wakil Rektor I Universitas Islam Bandung
  9. Drs. H. Junaidi, M.Pd., Ph.D., Wakil Rektor I Universitas Islam Malang
  10. Nuryakin, S.E., M.M., Kepala Bidang Penjaminan Mutu Eksternal Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
  11. Irfan Junaidi, Pemimpin Redaksi Republika
  12. Arifin Asydhad, Pemimpin Redaksi Kumparan

Semoga Allah meridai BKSPTIS dan kita semua.

Sambutan pada Pembukaan Musyawarah Nasional (Munas) XIII Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta se-Indonesia (BKSPTIS) sebagai Sekretaris Umum. Munas diselenggarakan di Universitas Islam Indonesia pada 8-9 Maret 2023.

 

 

 

 

 

 

Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) Universitas Islam Indonesia (UII) meluncurkan Layanan Mualaf UII atau disebut dengan eLMu UII. Acara dihelat di Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII, pada Jumat (10/3) dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube DPPAI.

Acara ini sekaligus memeriahkan Milad ke-80 UII dan dihadiri oleh salah seorang tokoh mualaf Indonesia, Koh Hanny Kristianto yang menjadi pembicara pada talk show bertemakan ‘Aku Bahagia Menjadi Muslim’.

Read more

Kita semua bersyukur, tepat pada 27 Rajab 1444, Universitas Islam Indonesia (UII) berusia 80 tahun menurut kalender kamariah. Dalam konteks global, bagi sebuah universitas, usia 80 tahun masih tergolong ‘muda’, meski Universitas Islam Indonesia (UII) lahir sebelum Indonesia merdeka dan merupakan pionir pendidikan tinggi nasional.

 

Usia dan kemajuan

Bandingkan, misalnya, dengan beberapa universitas maju di beberapa pojok dunia. Universitas Yale di Amerika Serikat (AS) telah berusia 312 tahun. Universitas Harvard di AS sudah beroperasi selama 386 tahun. Universitas Oxford di Inggris sudah mendidik mahasiswa sejak 922 tahun lalu. Universitas Bologna di Italia sebagai universitas tertua di Eropa sudah berumur 935 tahun, dan bahkan Universitas Al-Azhar di Mesir memberikan layanan pendidikan sejak 1.053 tahun silam.

Apakah ini berarti untuk menjadi maju dan berkelas dunia, sebuah universitas harus menunggu waktu? Sebelum menjawab, mari kita berikan fakta beberapa universitas maju lainnya, berikut.

Universitas Stanford di AS ‘baru’ berusia 137 tahun. London School of Economics and Political Science di Inggris sedikit lebih ‘muda’ dengan umur 128 tahun. Kini, National University of Singapore berumur 118 tahun. Australian National University belum juga terlalu tua, karena baru berusia 77 tahun. Universitas Monash di Australia didirikan pada 1958, alias baru beroperasi selama 65 tahun, dan bahkan Universitas Maastricht di Belanda baru melayani selama 47 tahun.

Meskipun tidak sesederhana membandingkan dua buat apel, upaya komparasi ini sejalan dengan visi UII yang beraspirasi menjadi “setingkat universitas yang berkualitas di negara-negara maju”, tanpa menanggalkan keunikannya.

Fakta ini memberikan jawaban atas pertanyaan di atas: usia memang bisa mengakumulasikan kemajuan, tetapi kemajuan bukan soal usia saja.

 

Kemajuan dan kualitas

Tentu, mendefinisikan kemajuan bukan perkara sederhana. Namun, tampaknya kita mudah bersepakat, jika kemajuan diindikasikan oleh kualitas. Secara sederhana, kualitas sebuah universitas bisa diwakili dengan dua jenis produknya: artefak akademik dan lulusan.

Artefak akademik bisa mewujud dalam beragam bentuk termasuk hasil penelitian, teknologi, publikasi, gagasan, paten, dan lain-lain. Kualitasnya sangat tergantung banyak hal, termasuk pengakuan dari komunitas akademik global, tingkat relevansi dalam penyelesaian masalah kontemporer di lapangan, dan penghargaan dari pihak eksternal (seperti masyarakat, industri, dan pemerintah).

Kualitas lulusan biasanya dilihat dari keterserapannya di tengah-tengah masyarakat, tingkat penghargaan masyarakat atas kompetensinya, peran yang dimainkan, dan juga dampak dari kiprah. Maaf, untuk para penganut mazhab positivistik, tidak semua indikator ini mudah diukur dengan deretan angka.

Kualitas kedua produk tersebut tentu tidak terlepas dari kualitas beragam proses internal (termasuk pembelajaran dan penelitian) serta iklim akademik yang terbangun. Bisa jadi, kualitas iklim akademik bahkan menjadi prasyarat.

Iklim akademik yang sehat untuk lahirnya artefak akademik dan lulusan berkualitas tidak lahir begitu saja. Peran para aktor yang terlibat, terutama dosen dan mahasiswa, menjadi sangat penting, tanpa menafikan peran tenaga kependidikan yang juga signifikan.

Ini pun terjadi lintasgenerasi. Semua kemajuan yang ada, tidak berangkat dari kertas kosong. Ada kontribusi aktor lampau yang harus selalu dihargai. Saat ini, beragam kemajuan sudah dicapai oleh UII. Tetapi, harus jujur diakui, tanpa mengurangi rasa syukur, kemajuan yang terjadi belum dalam kecepatan yang optimal.

 

Kerja kolektif dan inovasi

Jika konseptualisasi sederhana di atas disepakati, sekaranglah saatnya melakukan refleksi menyongsong saty abad UII pada 1464H yang bertepatan dengan 2042 M.

Paling tidak terdapat dua aspek penting yang bisa membimbing. Aspek pertama terkait  dengan kerja kolektif. Tidak mungkin sebuah universitas menjadi maju tanpa kontribusi konsisten semua warganya. Karena hal ini pula, tak seorangnya berhak mengklaim setiap pencapaian baik sebagai kerja individual.

Jika aspek pertama terkait dengan aktor, yang kedua ini terkait dengan tindakan aktor, yang selalu mengikhtiarkan inovasi alias pembaruan. Tradisi baik memang perlu terus dilanggengkan, tetapi hal itu bukan menjadi alasan untuk tidak membuka diri terhadap pemikiran dan praktik baru. Tentu, selama tidak berlawanan dengan nilai-nilai yang disepakati.

Kedua aspek ini juga yang menjadikan universitas ‘muda’ membukukan kemajuan pesat. Tidak semua jalan kemajuan bersifat linier. Ada pilihan jalan lain, yang mengandung kejutan yang membawa perubahan radikal: punctuated equilibrium.

Siapkah kita untuk keluar dari zona zaman, menghadapi kejutan, dan galak kepada diri sendiri? Jika siap, tampaknya untuk semakin maju, kita tidak harus selalu menunggu waktu.

Lagi-lagi, ini adalah pilihan yang mengandaikan kesepakatan bersama, dan bukan satu dua gelintir orang saja.

Tulisan dimuat dalam UIINews edisi Februari 2023.