Dunia pendidikan tinggi di Indonesia dalam setahun terakhir nampaknya semakin terpapar istilah Universitas 4.0, yang dipercaya merupakan respons atas lahirnya Revolusi Industri 4.0. Konseptualisasi istilah Universitas 4.0 yang beredar di Indonesia nampaknya tidak didasarkan pada kontekstualisasi yang memadai. Tidak jarang yang kita temukan adalah ‘salin-tempel’ konsep dari konteks lain.

Supaya tidak salah simpulan, sebelum meneruskan membaca, penting ditegaskan di depan, bahwa tulisan ini tidak dimaksudkan untuk menolak hadirnya konsep Universitas 4.0. Tulisan ini mengundang diskusi kritis untuk tidak lepas dari konteks kita berpijak.

Pendorong dan respons

Revolusi Industri 4.0 dianggap merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya, dari mekanisasi (1.0), produksi massal (2.0), sampai dengan komputer dan otomasi (3.0). Revolusi yang terakhir ini ditandai dengan sistem siber fisis (cyber fisikal systems) yang melebur teknologi dan mengaburkan batas antara aspek fisis, digital, dan biologis. Internet of Things (IoT) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence), misalnya, dapat contoh pengaburan batas ini. Beberapa teknologi penanda lain yang jamak disebut adalah komputasi awan (cloud computing) dan data raya (big data). Banyak juga yang kemudian mengaitkan Revolusi Industri 4.0 dengan era disrupsi.

Dalam banyak kesempatan, pemerintah, baik melalui Presiden Jokowi maupun menteri,  mendorong perguruan tinggi (PT) di Indonesia untuk merespons perkembangan yang bersifat disruptif ini dengan baik. Tidak ada yang salah dengan dorongan ini, dan memang diperlukan. Ilustrasi yang sering digunakan untuk menggambarkan era ini adalah muncunya perusahan kelas dunia dengan pendekatan yang anti arus utama. Facebook menjadi perusahaan media tapi tidak memroduksi konten; AirBnB menjadi perusahaan penyedia akomodasi tanpa kepemilikan properti; dan Uber menjadi penyedia layanan taksi namun zonder investasi armada. Intinya, gaya bisnis lama menjadi kedaluwarsa.

Terkait dengan respons di konteks PT, beragam konseptualisasi Universitas 4.0 beredar. Beberapa PT juga berbenah dengan beragam inisiatif, mulai dari perencanaan strategi besar, peninjauan ulang kurikukum dan metode pembelajaran, penyediaaan perpustakaan digital dan ruang kerja bersama (co-working space), dan penawaran kuliah jarak jauh dengan moda daring. Singkatnya, variasi respons ditemukan di lapangan. Beragam inisiatif tersebut dapat dianggap sebagai anak tangga menuju Universitas 4.0, meskipun masih bisa diperdebatkan.

Kontekstual dan progresif

Pertanyaan besar yang perlu dijawab adalah apakah konseptualisasi Universitas 4.0 sudah tepat? Pertanyaan ini akan memantik debat panjang. Terlepas dari itu semua, nampaknya semua sepakat bahwa gaya lama dalam menjalankan PT tidak akan dapat merespons perubahan selera zaman. Perkembangan teknologi hanya salah satu pemicunya. Beberapa poin berikut penting untuk didiskusikan.

Pertama, apakah konseptualisasi Universitas 4.0 sudah kontekstual atau dibumikan ke kondisi mutakhir di Indonesia? Hal ini penting dilakukan supaya kita tidak latah, mengikuti arus, tanpa kontekstualisasi yang memadai. Kalau ingin melihat Indonesia dengan utuh, jangan hanya lihat kondisi di kota atau pulau yang selama ini menjadi pusat pembangunan. Kita perlu melihat sisi lain Indonesia yang jarang dilirik. Kita harus jujur akui bahwa pembangunan dan dampaknya belum merata. Formulasi respons perlu melihat keragaman konteks dengan bijak. Kebijakan nasional yang ‘gebyah uyah’ atau ‘pukul rata’ nampaknya perlu dikritisi bersama.

Kedua, meskipun gaya lama dianggap kedaluwarsa, namun misi suci PT, seperti menelurkan manusia paripurna yang mumpuni dan berwatak serta menghasilkan pengetahuan yang bermanfaat perlu tetap dilestarikan. Jika tidak, jebakan pola pikir kapitalisme nirnilai dapat mudah merasuk. Hasilnya bisa jadi menjelma menjadi manusia pandai yang tuna sukma. Diskusi tetang nilai dan etika dalam konteks disrupsi nampaknya belum mendapatkan tempat yang memadai.

Ketiga, anak tangga yang dibangun menuju Universitas 4.0 harus bersifat progresif, tidak sporadis atau terserak. Anak tangga harus menuju kepada anak tangga lanjutan yang mengantarkan pada tingkat yang tinggi, buka anak tangga yang tersebar dengan resultante minimal. Di sini diperlukan orkestrasi inisiatif yang baik. Sebagai contoh, ketika teknologi informasi menjadi salah satu pendorong perubahan, sudah seberapa serius sisi ini didesain. Ekstrimnya, jika koneksi Internet saja masih membuat sakit kepala setiap hari, bagaimana kita bisa membangun layanan baru di PT?

Keempat, kebijakan pemerintah yang mendukung diperlukan. Sebagai contoh, PT didorong melakukan demokrasitasi pendidikan tinggi sehingga menjangkau sebanyak mungkin anak bangsa dengan bantuan teknologi informasi, dengan pendidikan jarak jauh. Tetapi ketika isu rasio dosen-mahasiswa konvensional masih menjadi patokan, gerak ke arah demokratisasi pendidikan tentu akan terbatasi. Energi dosen juga sudah seharusnya diarahkan ke arah pengembangan ilmu dan teknologi, dan tidak banyak tersita ke ranah administratif. Dalam hal ini, perlu ada terobosan kebijakan, yang tentu saja tidak boleh mengorbankan kualitas.

Kelima, memang betul ada kecenderungan bahwa ke depan banyak profesi yang akan sirna dan muncul profesi baru yang saat ini bahkan masih sulit diraba. Tetapi, dalam situasi apapun, manusia adalah pemegang kuncinya. Universitas 4.0 seharusnya juga memberi perhatian untuk mengembangkan kompetensi lulusan. The World Economic Forum mengidentifikasi kompetensi lulusan PT pada masa depan yang akan menjadikannya adaptif. Termasuk ke dalam kompetensi tersebut adalah kemampuan memecahkan masalah kompleks, pemikiran kritis, kreativitas, manajemen manusia, orientasi layanan, dan fleksibilitas kognitif. Pertanyannya: apakan PT sudah menyiapkan program intervensi sistematis untuk mengembangkan kompetensi lulusan ke arah sana?

Tulisan ini menghadirkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Pertanyaan kritis tersebut diharapkan dapat menghangatkan pemikiran para pemimpin PT dan memantik diskusi lanjutan yang produktif, untuk menghasilkan imaji baru. Niatnya adalah menjaga kehadiran PT tetap relevan dalam konteks dan zamannya. Semoga.

Tulisan ini telah dimuat dalam Kolom Analisis Harian Kedaulatan Rakyat pada 29 Agustus 2018.

 

 

Universitas Islam Indonesia (UII) memberangkatkan 11 tim untuk mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ke-31 tahun 2018, yang digelar di Kampus Universitas Negeri Yogyakarta. Kesebelas tim yang akan tampil pada ajang ilmiah ini terdiri dari 17 Mahasiswa dan 23 Mahasiswi.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menerima kunjungan Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) dalam rangka studi banding, pada Selasa (28/8). Dipimpin Ketua Unit Penjaminan Mutu Fakultas Psikologi, Anwar, S.Psi., M.Si. rombongan UMBY diterima Kepala Badan Penjaminan Mutu UII Kariyam S.Si., M.Si. dan Kepala Bidang Audit Mutu Internal UII, Tito Yuwono, ST., M.Sc., di Gedung Rektorat UII.

Read more

Lomba baris-berbaris tahunan untuk tingkat SMA/sederajat se-DIY dan Jateng kembali diadakan. Perlombaan yang dilaksanakan pada hari Minggu, (26/8) di UII itu berlangsung dengan sangat meriah. Perlombaan yang diselenggarakan oleh Satuan Resimen Mahasiswa UII (Menwa UII) mendapatkan dukungan penuh dari Universitas Islam Indonesia dan Kementerian Pertahanan Republik Indonesia. Lomba baris-berbaris 2018 diadakan untuk memperebutkan piala bergilir Kementerian Pertahanan Republik Indonesia.

Read more

Dalam rangka menumbuhkan nasionalisme melalui peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia, Mahasiswa KKN UII angkatan 57 turut memeriahkan acara Kirab Budaya yang diselenggarakan pada hari Kamis (23/8) di Desa Bayusidi, Kecamatan Pakis, Magelang. Turut hadir dalam acara tersebut Bupati Magelang, Zaenal Arifin, S.IP, Rektor UII, Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, Kepala Desa Banyusidi, Yuwono, dan beberapa anggota DPRD Kabupaten Magelang. Acara Kirab Budaya yang dipoles dengan kesenian tradisonal ini merupakan acara tahunan yang diikuti berbagai elemen masyarakat. Kehadiran mahasiswa KKN UII angkatan 57 yang berjumlah 176 mahasiswa dan tersebar di 22 unit turut terlibat memeriahkan acara Kirab Budaya.

Read more

Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar shalat Iduladha 1439 Hijriah pada hari ini, Rabu (22/8) di Lapangan Sepak Bola UII Jl. Kaliurang Km. 14,5. Pelaksanaan shalat dihadiri ribuan jama’ah dari sivitas akademikaa UII serta warga sekitar.

Bertindak sebagai khatib Rektor UII Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dan imam shalat oleh Akh. Arif, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2016. Pada pelaksanaan Iduladha kali ini, Takmir Masjid Ulil Albab UII juga melakasanakan penyembelihan hewan kurban 2 ekor sapi dan 32 ekor kambing.

Read more

Seluruh sivitas akademika UII bersyukur kepada Allah. Pada 17 Agustus 2018, tepat pada saat perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke-73, Kemenristekdikti mengumumkan 100 perguruan tinggi non-vokasi terbaik di Indonesia. Alhamdulillah, Universitas Islam Indonesia, menempati posisi 29 nasional, dan nomor wahid untuk perguruan tinggi swasta. Read more

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. melantik Ketua dan Sekretaris Program Studi UII untuk periode 2018-2022. Pelantikan dan pengambilan sumpah yang berlangsung di Auditorium Prof. Dr. Abdulkahar Mudzakkir, Senin (20/8), turut disaksikan oleh Ketua Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Swarsono, M.A.

Read more

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Berdasarkan SK PYBW UII nomor 03/KPTS/2010 tanggal 2 Desember 2010 tentang hari libur di lingkungan Yayasan Badan Wakaf UII, dengan ini disampaikan bahwa:

Hari : Selasa dan Rabu, tanggal 21 Agustus 2018 dan 22 Agustus 2018, dinyatakan sebagai hari libur-Hari Arafah dan Hari Raya Idul Adha 1439 H.

Pimpinan UII menyampaikan selamat menunaikan ibadah Puasa Arafah 9 Dzulhijjah 1439 H dan selamat merayakan Idul Adha 1439 H. Semoga amal dan ibadah kita diterima Allah SWT, aamiin.

Kepada Bapak/Ibu/Saudara Pimpinan, diharap kesediaannya untuk mensosialisasikan hal tersebut kepada seluruh sivitas akademika dan tenaga kependidikan pada unit yang Bapak/Ibu/Saudara pimpin.

Demikian, atas perhatiannya disampaikan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

 

Rektor

Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D.

 

Surat Edaran Rektor dapat di-download disini

Konsistensi Universitas Islam Indonesia (UII) dalam meningkatkan kualitas pendidikan berkelanjutan berbuah manis. Berdasarkan data dari Hasil Klasterisasi Perguruan Tinggi Non Vokasi Tahun 2018, Kemenristekdikti menempatkan UII sebagai perguruan tinggi pada peringkat ke-29, menjadikan UII menempati peringkat tertinggi untuk perguruan tinggi swasta di Indonesia.

Terdapat lima klaster yang mengelompokkan sejumlah 2.010 perguruan tinggi non vokasi di seluruh Indonesia. Pengklasteran tersebut didasarkan pada penilaian dari lima komponen parameter, yakni kualitas SDM, kelembagaan, kemahasiswaan, penelitian dan pengabdian pemberdayaan masyarakat, serta inovasi. Skor dari kelima komponen tersebut dijumlahkan dan hasil akhirnya digunakan sebagai acuan dalam melakukan pemeringkatan perguruan tinggi.

Read more