Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar kegiatan Global Sustainable Program (GSP) 2023 dengan tajuk “TALENT: Tales of Indonesian Coffee and Tea” pada 8-11 Agustus 2023. Acara tersebut turut mengundang mahasiswa internasional dari konsorsium kerja sama perguruan tinggi Passage to ASEAN (P2A).

GSP merupakan program yang ditujukan untuk mitra-mitra UII di luar negeri guna memperkenalkan budaya Indonesia melalui kegiatan tematik. Sebelum ini, GSP digelar dengan tema Indonesia Heritage Story. “Untuk yang kedua ini, GSP kita lebih fokus ke Tales of Indonesian Coffee and Tea,” tutur Nihlah, Kepala Divisi Mobilitas Internasional DK/KUI sekaligus Ketua Panitia.

Read more

Kuliah perdana menjadi tanda memulai studi di perguruan tinggi atau universitas. Universitas Islam Indonesia (UII) sebagai perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia terus berupaya untuk melahirkan lulusan yang berkompeten sebagai calon pemimpin masa depan bangsa. Bertempat di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir UII, Rabu (9/8), sejumlah 4.544 mahasiswa baru para calon pemimpin masa depan bangsa mengikuti agenda kuliah perdana.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Talkshow Bedah Buku berjudul Talkshow Mencintai Munir. Acara yang dibuka pada hari Selasa (8/8) itu berlangsung di Gedung Sardjito Kampus Terpadu UII, Yogyakarta. Acara diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan terhadap mendiang Munir Said Thalib, seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, yang terkenal akan perjuangannya dalam menegakkan keadilan dengan gigih dan berani. Namun perjuangan itu harus terhenti dengan cara yang tragis pada tahun 2004 silam.

Read more

Coffee Morning Lecture kembali digelar oleh Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) pada Senin (7/8). Bertempat di Ruang Collaborative Space IRC Gedung Moh. Natsir Kampus FTSP UII diskusi kali ini mengangkat tema Tantangan Facility Management untuk Mega Proyek di Indonesia.

Read more

Sektor pendidikan tinggi swasta (PTS) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) perlu mendapatkan perhatian layaknya sektor pariwisata. Para mahasiswa sejatinya adalah wisatawan dengan kunjungan yang lama: dapat sampai empat tahun. Kontribusi PTS melalui beragam aktivitas dan mahasiswanya dalam menggerakkan ekonomi lokal sangat signifikan.

Tulisan ini ditujukan untuk menggalang kesadaran kolektif. Tidak hanya di kalangan PTS, tetapi untuk warga DIY secara luas.

 

Kontribusi PTS

Menurut Susenas 2021, setiap mahasiswa di DIY membelanjakan Rp1,70 juta per bulan. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan dengan hasil survei Bank Indonesia pada 2020, yang menemukan bahwa rata-rata pengeluaran mahasiswa pendatang Rp3,03 juta per bulan. Pengeluaran tersebut beragam kebutuhan, termasuk akomodasi, transportasi, komunikasi, kesehatan, dan hiburan.

Pada 2022, mahasiswa PTS di DIY berjumlah 290.621. Angka ini belum termasuk mahasiswa PTN. Jika sebanyak 70% dari mahasiswa PTS adalah pendatang, maka jumlah pengeluaran mereka, menggunakan basis Susenas, adalah Rp345,84 miliar per bulan alias Rp11,53 miliar per hari!

Setiap dari kita dapat dengan mudah membayangkan dampaknya dalam menggerakkan roda ekonomi di DIY.

Jika masih sulit, layangkan imajinasi kita kepada DIY pada paruh kedua 2020 ketika pandemi Covid-19 menyerang dan semua proses pembelajaran di PT diselenggarakan secara daring karena sebagian besar mahasiswa pendatang pulang kampung. Saat itu, roda perekonomian seakan berjalan sangat lamban dan bahkan berhenti.

 

Potret PTS

Dampaknya terhadap PTS sangat jelas. Survei pada Desember 2020 ketika pandemi Covid-19 menyerang menemukan bahwa hanya 27% PTS di DIY yang tidak mempunyai masalah keuangan. Sisanya berjuang dengan berbagai cara, termasuk meminta bantuan kepada badan penyelenggara (yayasan) dan menggunakan tabungan.

Potret tidak berubah signifikan meski setelah berjalan dua tahun, ketika pandemi mulai mereda. Survei pada Oktober 2022 menunjukkan hanya 29% PTS yang tidak mempunyai masalah keuangan.

Di awal 2023, beragam informasi terserak yang masuk kepada Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta se-Indonesia (Aptisi) juga tidak begitu menggembirakan. Ada PTS yang akan merumahkan sebagian pegawainya. Ada PTS yang berpikir untuk melakukan alih kelola. Banyak PTS yang masih berjuang untuk menyehatkan diri.

Salah satu keluhan yang sering masuk ke radar Aptisi adalah soal cacah mahasiswa baru yang menurun. Namun, data tidak memberi dukungan. Jumlah Mahasiswa baru ke PTS di DIY memang sempat turun pada 2021 menjadi 59.325, dari tahun sebelumnya yang berjumlah 62.355. Namun pada 2022, menaik lagi menjadi 60.332. Namun demikian jumlah agregrat mahasiswa PTS tidak pernah turun dari 2018.

 

Mencari penjelas

Pernyataannya, mengapa ada keluhan dari banyak PTS? Terdapat beberapa kandidat penjelas, baik yang berdukungan data maupun dugaan yang memerlukan verifikasi lanjutan.

Pertama, analisis lebih lanjut menemukan bahwa ada ketimpangan distribusi mahasiswa. Data 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 81,21% (mendekati 47.000) mahasiswa baru berada di PTS berbentuk universitas yang berjumlah 25. Itupun sangat variatif, mulai dari PTS yang menerima lebih dari 7.000 sampai dengan yang kurang 400 mahasiswa baru. Sebanyak 18,79% tersebar di 75 PTS lainnya: insititut, sekolah tinggi, politeknik, akademi, dan akademi komunitas.

Ketimpangan tersebut dapat dijuga dengan melihat ukuran PTS berdasar jumlah mahasiswa aktifnya. Dari 100 PTS, sebanyak 36 yang mempunyai mahasiswa di atas 1.000. Sebanyak 20 PTS yang memiliki mahasiwa 2.000 atau lebih. Dari sejumlah itu, sebanyak 10 PTS yang memberikan pendidikan ke 5.000 atau lebih mahasiswa. Jika dinaikkan angkanya, hanya enam PTS yang mempunyai mahasiswa di atas 10.000.

Kedua, penurunan animo pendaftar ke PTS di DIY. Data komprehensif untuk semua PTS di DIY tidak tersedia, meskipun setiap PTS bisa menganalisis datanya masing-masing. Jika betul terjadi penurunan, sulit untuk memastikan apakah ini karena prioritas pengeluaran keluarga yang berubah, daya beli publik untuk layanan pendidikan yang menurun, animo ke PTS lokal di luar DIY atau PTN yang menaik, atau kumulasi dari semuanya. Tidak tersedia data yang bisa diakses untuk verifikasi.

Ketiga, ekspektasi yang kurang rasional. Pada 2022, sebanyak 100 PTS berekspektasi mendapatkan sebanyak 183.034 mahasiswa baru semua jenjang. Kenyataannya cacah mahasiswa baru hanya 60.332 . Dengan demikian, keterisian kuotanya hanya sekitar 33%. Penurunan keterisian ini sudah menurun bahkan sejak sebelum pandemi Covid-19.

Meskipun cacah program studi terus meningkat di kalangan PTS, tetapi cacah mahasiswa baru berkisar di angka 60.000an. Ini bisa jadi juga merupakan indikasi adanya “kanibalisasi” antarprogram studi, baik di dalam satu PTS maupun antarPTS, bahkan oleh PTN.

Atau, apakah ini juga indikasi bahwa PTS  di DIY sudah jenuh? Jika ini kasusnya, maka pekerjaan rumahnya menjadi lebih rumit dan memerlukan banyak kejutan. Selain semua PTS terus meningkatkan kualitasnya, pemerintah juga perlu memberikan fasilitasi, dan warga harus memberikan sambutan hangat kepada mahasiswa. Tanpanya, magnet DIY sebagai penyedia pendidikan tinggi berkualitas dengan suasana yang nyaman, akan luntur perlahan.

Tentu, bukan ini yang kita harapkan.

Tulisan ini sudah dimuat di Kolom Analisis SKH Kedaulatan Rakyat pada 26 Juli 2023.

Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (PSTL FTSP UII) menggelar acara “Enviro Festival, Recycle Fair: Connect, Learn and Act”. Acara dihelat di Hall & Innercourt FTSP UII Gedung Mohammad Natsir FTSP UII pada Sabtu (5/8).

Acara yang merupakan salah satu rangkaian penyambutan mahasiswa baru tersebut, dihadiri oleh kurang lebih 140 peserta dengan 60 di antaranya merupakan mahasiswa baru PSTL UII.

Read more

Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional Universitas Islam Indonesia (DK/KUI UII) menyelenggarakan Workshop Pengelolaan Kerja Sama dan Internasionalisasi di The Alana Yogyakarta Hotel & Convention Center pada Kamis (3/8). Acara tersebut dihadiri oleh pimpinan dan tenaga kependidikan dari berbagai fakultas dan unit di UII. Workshop tersebut bertujuan untuk mendorong peningkatan kerja sama UII dengan universitas lain dari dalam maupun luar negeri serta memperkuat upaya internasionalisasi dalam dunia pendidikan.

Read more

Rektor Universitas Islam Indonesia (UII), Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. melantik 116 pejabat struktural di lingkungan UII pada Selasa (1/8) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakir Kampus Terpadu UII. Pejabat struktural yang dilantik akan menempati jabatan sebagai Kepala Bidang, Kepala Divisi, dan Kepala Urusan untuk periode 2023-2027. Adapun jumlah tenaga kependidikan yang dilantik untuk mengemban amanah baru itu terdiri dari 3 kepala bidang, 44 kepala divisi, dan 69 kepala urusan.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Wisuda Doktor, Magister, Sarjana, dan Diploma Periode VI Tahun Akademik 2022/2023 di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII. Acara yang dilaksanakan selama dua hari, yakni Sabtu dan Ahad (29-30/07) tersebut mewisuda sejumlah 820 lulusan.

Wisuda periode ini meluluskan sebanyak 17 ahli madya, 705 sarjana, 95 magister, serta 3 doktor. Terdapat perwakilan penerima penghargaan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi pada tiap jenjang, seperti Evi Grediani dari Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi, Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) dengan perolehan IPK 3,95, serta Beti Yuliani dari Program Studi Magister Ilmu Agama Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) dengan IPK 3,98.

Read more

Saudara, asahlah terus kualitas diri untuk pemimpin. UII sejak berdirinya ditujukan untuk menghasilkan para pemimpin bangsa.

Pada dasarnya semua dari kita adalah pemimpin. Rasulullah menggunakan metafora penggembala dalam menyebut pemimpin. Kata Rasulullah, “Kamu sekalian adalah penggembala, dan setiap penggembala akan diminta pertanggungjawaban atas gembalaannya”.

Kita sering mendengar bahwa masa depan, akan ditandai, dua di antaranya oleh perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang luar biasa dan Internet segala rupa (Internet of things). Tidak sulit untuk mempercayainya, karena hari ini pun kita telah menjadi saksi perkembangannya. Korbannya pun sudah berjatuhan, termasuk tergerusnya beberapa lapangan pekerjaan.

 

Kualitas pemimpin

Apakah ini berarti mengancam keberadaan manusia sebagai pemimpin? Jawabannya, bisa ya, dapat tidak. Atau, pertanyaan yang lebih tepat dan optimistik adalah: kualitas diri seperti apa yang harus dikembangkan untuk menjadi pemimpin masa depan? Banyak teori atau konsep yang dikembangkan dan beredar.

Saya ingin meringkasnya di sini menjadi dua: kreativitas (creativity) dan kasih sayang (compassion).

Kreativitas adalah tentang bagaimana melihat sesuatu dari perspektif baru. Kita dituntut mempunyai kapasitas menghubungkan titik-titik yang bahkan dalam pandangan pertama tidak relevan. Titik-titik tersebut dapat berupa pengetahuan, pengalaman, teknologi, konsep, komponen, atau aktor masa lampau yang sudah kita ketahui atau pelajari. Kreativitas sejatinya tidak berada dalam ruang kosong yang bebas dari masa lalu.

Kita hari ini merupakan dampak dari pilihan-pilihan kita di masa lampau. Kreativitas yang berujung pada inovasi yang dapat diterima oleh banyak orang akan mempercepat perubahan yang kita inginkan di masa depan. Inilah tugas utama pemimpin: membuat perubahan menuju ke arah yang lebih baik.

Perubahan yang permanen tidak mungkin dijalankan seorang diri. Pemimpin harus menggerakkan orang lain. Di sinilah, diperlukan kemampuan untuk menunjukkan kasih sayang. Pemimpin dituntut mengajak orang lain bergerak bersama.

Gerak bersama yang paling indah adalah yang dapat dinikmati oleh sebanyak mungkin warga organisasi. Dan itu, tampaknya sulit tanpa atmosfer kasih sayang yang kuat: saling percaya, saling memahami, saling menghormati, dan saling mengapresiasi. Di sinilah diperlukannya memimpin dengan hati.

Jonathan Raymond (2026) dalam bukunya yang berjudul Good Authority, menuliskan bahwa tantangan terbesar dalam memimpin adalah bagaimana menunjukkan bahwa diri warga organisasi, termasuk pimpinan, berharga dan kredibel di mata orang lain. Untuk itu dibutuhkan penciptaan ruang yang membuat setiap warga organisasi dapat melihat nilai yang dia dapat kontribusikan.

Bagi Raymond (2016), otoritas yang baik, yang dimiliki oleh pemimpin, bukan yang memberikan tekanan berlebihan, tapi justru yang memberikan ruang kepada warga organisasi untuk menemukan arti kehadiran dirinya di organisasi. Jika ini terjadi, maka semua warga organisasi akan menjadi makhluk dewasa yang bergerak bersama dengan sepenuh hati, yang dilingkupi dengan kasih sayang, antar sesamanya. Pemimpin menunjukkan rasa sayang kepada yang dipimpin, dan sebaliknya. Hal ini akan membentuk iklim organisasi yang sehat. Kolaborasi, misalnya, tidak mungkin tanpa ini.

 

Sadar peran

Saya tidak akan mengelaborasi konsep ini lebih mendalam. Namun satu hal yang pasti, dalam konteks relasi, setiap dari ini akan bertindak sebagai pemimpin (leader) atau pengikut (follower). Seorang pengikut dalam konteks lain juga menjadi pemimpin. Karenanya, kita harus sadar peran.

Kesadaran ini juga mewujud dengan perasaan suka cita menerima penugasan yang diberikan oleh organisasi. Pemimpin dalam mengambil keputusan tak jarang mempertimbangkan lebih banyak variabel dibandingkan dengan yang digunakan oleh setiap individu atau kelompok dalam organisasi.

K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus), dalam pengajian Jumat pagi beberapa tahun silam di Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin, Rembang memberikan metafora terkait hubungan pemimpin-pengikut, yang kira-kira terjemahan dari aslinya yang dalam bahasa Jawa sebagai berikut:

“Jadi orang itu harus sadar peran. Kalau jadi imam, ya paham jemaahnya. Kalau milih bacaan jangan panjang-panjang, karena mungkin ada yang sudah sepuh atau mempunyai tugas lain yang menunggu ditunaikan. Begitu juga ketika jadi makmum. Hormati dan ikuti imam. Kalau imam sudah rukuk ya ikut rukuk, jika bangun dari sujud ya ikut. Jangan imam sudah bangun, malah baru mulai sujud.” 

Lagi-lagi, tanpa rasa sayang yang memungkinkan kita tergerak memahami orang lain, tampaknya mustahil pemahaman ini akan muncul.

Kreativitas dan kasih sayang, merupakan dua hal yang sampai hari ini, manusia masih menjadi juaranya.

 

Referensi

Raymond, J. (2016). Good authority: How to become the leader your team is waiting for. IdeaPress.

Sambutan pada acara wisuda Universitas Islam Indonesia, 30 Juli 2023.