Direktorat Perpustakaan UII memperkenalkan fasilitas baru yang ramah anak yakni Kids Corner. Diketahui bahwa Kids Corner ini sudah ada di Perpustakaan UII sejak akhir bulan November tahun ini. Corner yang terletak di Lantai Lower Ground dekat pintu masuk sebelah utara ini dilengkapi dengan fasilitas ramah anak seperti matras warna-warni, meja, dan kursi ukuran anak. Adapun koleksi yang disediakan di Kids Corner adalah buku-buku anak berupa buku cetak maupun elektronik (e-book) dengan berbagai macam subyek: Nabi-nabi, binatang, dongeng, mengenal huruf dan angka, dan lain-lain.

Read more

Kita mengenal Ibnu Sina sebagai Bapak Kedokteran Modern. Bukunya yang berjudul The Canon of Medicine (Al-Qanun fi At-Thibb) menjadi buku teks utama di bidang kedokteran di seantero Eropa sampai abad ke-18. Tidak banyak yang tahu, kalau Ibnu Sina adalah pribadi yang haus ilmu dan pembelajar mandiri yang luar biasa. Pada umum 10 tahun, dia sudah hafal Al-Qur’an.

Ibnu Sina banyak membaca literatur Yunani seperti Organon, karya Aristoteles yang membahas logika, Elements karya Euclid yang berisi matematika, dan Almagest besutan Ptolomeus yang mendiskusikan astronomi dengan pendekatan matematis.

Ayahnya, yang seorang pejabat di Bukhara (Iran pada saat itu, Uzbekistn saat ini), meminta Abu Abdallah An-Natili, seorang ahli filsafat, untuk menjadi guru privat Ibnu Sina.Tapi, Ibnu Sina sering meneruskan belajar sendiri, karena An-Natili kewalahan.

Sampai pada suatu saat, ada sebuah buku yang sulit dipahami olehnya: Metaphysics karya besar Aristoteles, seperti judulnya, tentang metafisika. Ibnu Sina sudah mengulangnya 40 kali, sampai agak hafal, tetapi tetap tidak paham.

Suatu sore ketika berjalan di pojok kota, Ibnu Sina menemukan orang yang menjual buku. Awalnya dia tidak tertarik, sampai penjualnya mengatakan, yang mempunyai buku membutuhkan uang dan bukunya dijual murah. Buku itu pun akhirnya dibeli oleh Ibnu Sina seharga tiga dirham. Ternyata buku tersebut adalah karya Ibnu Nasr Al-Farabi yang berjudul On the Purpose of the Metaphysics, yang berisi telaah kritis atas buku Aristoteles.

Ibnu Sina bergegas pulang ke rumah dan segera membacanya. Akhirnya, Ibnu Sina merasa paham metafisika. Apa dilakukannya kemudian? Dia memberikan sedekah yang sangat banyak kepada fakir miskin sebagai ungkapan syukur karena memahami metafisika.

Kisah ini nampaknya menjadi ilustrasi atas doa kita setiap hari, “Rabbi zidni ilman warzuqni fahman”, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu bagiku dan berilah aku kepahaman”. Membaca buku sampai habis tidak memastikan pembacanya paham.

Ibnu Sina adalah pecinta ilmu sejati dan mensyukuri nikmat kepahaman atas ilmu. Ibnu Sina berumur 57 tahun ketika wafat dan menghasilkan 450 buku di bidang filsafat, kedokteran, metafisika, dan etika.

Dikisahkan oleh Rektor dalam menyambut doktor baru Universitas Islam Indonesia pada 30 Desember 2019.

Tahun 2019 menyisakan berbagai problematika bidang hukum yang patut untuk direfleksi, direnungi, dan dicarikan solusinya. Hal ini guna mewujudkan pembangunan hukum yang menjamin kepastian, keadilan, dan kemanfaatan. Beberapa catatan hukum di tahun 2019 antara lain: kontestasi Pemilu 2019 yang penuh dinamika dan hilangnya 700-an nyawa petugas pemilu; pembahasan beberapa RUU kontroversial di masa-masa akhir DPR periode 2014-2019; upaya pelemahan KPK secara sistematis sejak dari pemilihan sosok pimpinan KPK dan pengesahan Revisi UU KPK; konflik agraria yang tak kunjung selesai; hingga berbagai pelanggaran HAM yang masih terjadi.

Isu inilah yang kemudian dikupas oleh Pusat Studi Hukum FH UII melalui seminar “Refleksi Akhir Tahun 2019 Bidang Hukum: Peluang dan Tantangan ke Depan” yang dilaksanakan pada Sabtu (29/12) di Ruang Sidang Lt. 3 Fakultas Hukum UII.

Read more

Putri Monica Timora Madjowa, mahasiswi Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII) angkatan 2017 membanggakan almamaternya dengan torehan prestasi. Di penghujung tahun 2019, Putri mempersembahkan gelar Juara 2 Nasional Lomba Prestasi Mahasiswa untuk Perguruan Tinggi Umum (PTU) yang diadakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia.

Read more

Jumlah Doktor Universitas Islam Indonesia (UII) kembali bertambah. Menjelang pergantian tahun 2019 ini, sebanyak 19 doktor baru, satu di antaranya Pustakawan, telah menyelesaikan studi dari berbagai kampus ternama. Dari jumlah tersebut, enam di antaranya merupakan lulusan dari kampus di Eropa, Amerika, dan Asia.

Penyambutan doktor baru UII periode 2019 digelar di Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII, pada Senin Siang (30/12). Sebanyak delapan doktor baru berasal dari rumpun ilmu sosial dan 11 lainnya berlatar belakang ilmu eksakta.

Read more

Salah satu ritual baik UII di akhir tahun adalah menyambut secara resmi doktor baru yang lulus dalam satu tahun. Pada 2019 ini, UII mendapatkan berkah atas kelulusan 19 doktor baru. Saat, ini masih 111 dosen UII yang sedang menempuh program doktor, baik di dalam maupun di luar negeri.

Proses menjadi doktor tidaklah ringan. Ada investasi ihktiar yang luar biasa. Dibutuhkan konsistensi dan ketahanan tinggi. Tingkat kegagalan menjadi doktor pun sangat tinggi.

Doktor adalah warga negara elit di Indonesia. Statistik pada 2017 menunjukkan bahwa cacah doktor, sebagai pemegang pendidikan formal tertinggi, di Indonesia masih sedikit. Dari setiap satu juga penduduk, hanya ada 143 doktor di Indonesia. Bandingkan, misalnya, dengan Malaysia yang mempunyai 509 doktor per satu juta penduduk. Sebagai penyemangat, India mempunyai 1.410,  Jepang 6.438, dan Amerika 9.850. Intinya, menjadi doktor merupakan sebuah kemewahan, dan di saat yang sama, masih banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan oleh Indonesia.

Saya berharap para doktor baru, juga doktor kawakan, menjadi pecinta ilmu. Mengapa ini menjadi penting? Kecenderungan mutakhir tidak begitu menggembirakan, ketika para doktor (atau secara umum, dosen) berganti halauan, atau paling tidak haluan utamanya teracuni.

Secara umum, terdapat tiga macam dosen ketika melakukan aktivitas akademik, terutama penelitian. Kelompok pertama adalah mereka melakukan penelitian dan publikasi atau sejenisnya karena iming-iming hadiah finansial. Mereka adalah dosen pemburu uang perangsang, incentive-minded. Kelompok kedua adalah para pengejar karier, baik dalam bentuk akademik maupun struktural. Meneliti dan melakukan publikasi semata sebagai pelengkap syarat mendaki anak tangga karier yang lebih tinggi. Mereka masuk kelompok career-minded, para pengejar karier.

Tidak ada yang haram dari kedua kelompok ini. Tetapi, kalau kita mengharap ada pergerakan peradaban, ini ibarat menggantang asap. Lalu, kepada siapa harapan perubahan peradaban digantungkan? Kelompok ketiga insyaallah bisa membantu. Mereka adalah para pengembang ilmu, peran tulen dari dosen, dan utamanya para penggenggam gelar doktor.

Kisah Nabi Sulaiman dapat menjadi cermin atas pilihan ini. Nabi Sulaiman adalah pembangun peradaban. Ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa pemerintahannya. Anak termuda dari Nabi Dawud ini jatuh hati kepada ilmu, ketika diminta oleh Allah memilih antara ilmu, harta, dan karier. Tetapi karena pilihannya tersebut, Nabi Sulaiman mendapat kedua yang lain: menjadi kaya raya dan raja.

Rasululllah saw. pernah bersabda, “Nabi Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan,dan ilmu; maka beliau memilih ilmu. Maka diberikanlah kepada beliau kerajaan dan harta benda karena beliau memilih ilmu”. Kerajaan adalah metafora karier dan harta adalah insentif finansial.

Inilah tangga Sulaiman. Pilihan anak tangga pertama akan mempengaruhi hasil di ujung perjalanan.

Ikhtisar dari sambutan rektor pada penyambutan doktor baru pada 30 Desember 2019.

Harapan untuk menggelar pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) yang lebih demokratis di tahun mendatang terus disuarakan berbagai pihak. Salah satunya datang dari kalangan perguruan tinggi. Sebagaimana disuarakan oleh Pusat Studi Hukum Konstitusi (PSHK) Fakultas Hukum UII yang mengadakan seminar akhir tahun “Prospek dan Tantangan Pilkada 2020”. Seminar dilaksanakan pada Sabtu (28/12) di ruang sidang utama lt. 3 FH UII dengan pemateri Dr. Abdul Gaffar Karim dosen Ilmu Politik UGM, Prof. Dr. Ni’matul Huda, S.H., M.H, Guru besar HTN FH UII, dan Anang Zubaidy, S.H., M.H, Dosen FH UII.

Read more

Wisuda Universitas Islam Indonesia (UII) periode II Tahun Akademik 2019/2020 nampak berbeda dari biasanya. Pasalnya, pada periode wisuda Program Doktor, Magister, dan Sarjana kali ini turut diikuti dua wisudawan berkebangsaan Thailand. Wisudawan tersebut yakni Sorlihan Pohleh dari Program Studi Ilmu Komunikasi dan Nurainee U-Mar dari Program Studi Ekonomi Islam. Keduanya menempuh studi melalui program UII ASEAN Scholarship, yakni program beasiswa penuh bagi calon mahasiswa dari negara-negara di wilayah ASEAN.

Read more

Pahlawan adalah tokoh yang dapat menjadi inspirasi untuk generasi-generasi berikutnya, khususnya generasi muda. Perlu adanya pengenalan kepada masyarakat agar keteladanan yang dimilki oleh sosok pahlawan tersebut tidaklah hilang. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan membuat film dokumenter sebagai media pembelajaran.

Read more

Menjelang pergantian tahun, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP) Universitas Islam Indonesia (UII) bersama Direktorat Pendidikan dan Pembinaan Agama Islam (DPPAI) dan Takmir Masjid Ulil Albab menggelar pengajian akbar ‘Muhasabah Akhir Tahun Sebagai Upaya Penyucian Jiwa’ pada Jum’at, (20/12) di Masjid Ulil Albab, Kampus Terpadu UII.
Read more