Universitas Islam Indonesia (UII) terus memberikan pendidikan terbaiknya tidak hanya bagi penerus bangsa Indonesia namun juga bagi masyarakat dari luar negeri. Hal tersebut jelas terlihat dengan adanya penerimaan mahasiswa dari luar Indonesia setiap tahunnya untuk melanjutkan studi pendidikan di perguruan tinggi di UII baik di jenjang strata satu maupun dua.

Sebanyak 33 Mahasiswa Internasional diterima oleh UII untuk tahun ajaran 2019/2020 yang tersebar di berbagai fakultas yang ada seperti FIAI, FTI, FE, FPSB dan FK. Mahasiswa Internasional tersebut datang dari berbagai negara seperti Libya, Yaman, Thailand, Somalia, dan Malaysia.

Read more

Semua warga Universitas Islam Indonesia (UII) tidak punya pilihan lain, kecuali semakin tekun memanjatkan syukur kepada Allah atas kepercayaan bangsa Indonesia yang masih tinggi. Pada pertengahan Agustus 2019, sebanyak hampir 6.000 mahasiswa baru mengikuti kuliah perdana. Mereka adalah para calon pemimpin masa depan. Tangan-tangan merekalah yang akan melukis wajah Indonesia di hari-hari mendatang. Imajinasi merekalah yang akan mengukir Indonesia baru. Apa yang mereka pelajari hari ini, akan menentukan Indonesia 20 tahun mendatang.

Ini adalah amanah berat yang harus ditunaikan semua warga UII. UII harus dijadikan ladang persemaian bibit-bibit istimewa ini. Pada dosen dan tenaga kependidikan harus siap mendampingi perjalanan suci para calon pemimpin ini dalam mengembangkan diri. Ini adalah ungkapan rasa syukur yang sesungguhnya: menjawab kesempatan emas dengan amalan terbaik. Tidak ada pilihan lain untuk tetap menjaga dan meningkatkan relevansi kehadiran UII di tengah bangsa ini.

Perlu dicatat dengan tinta tebal: mereka, para mahasiswa baru, adalah manusia yang lahir dari zaman dengan karakeristik dan tantangan berbeda. Mereka adalah para pribumi digital dengan segala keunikannya. Apa yang dulu ketika para dosen menjalani kuliah masih valid, misalnya, sangat mungkin saat ini sudah kedaluwarsa. Apa yang dulunya istimewa, kini tidak mustahil sudah menjadi biasa. Lingkungan berubah dengan sangat cepat.

Perubahan ini harus disambut dengan optimisme yang akan memberikan sumber energi abadi dalam berpikir dan bertindak. Ia pun akan memompa kreativitas dan memantik imajinasi. Mereka harus menjadi manusia yang kaya dengan ide bernas. Kurikulum harus disesuaikan dengan perubahan lingkungan. Begitu juga metode pembelajaran.

Kurikulum dan proses pembelajaran harus didesain supaya mahasiswa mampu berkembang pembelajar cepat. Mereka harus dilatih mengembangkan kemampuan menghubungkan antartitik, antarkonsep, untuk membangun jalinan cerita yang bermakna dari materi yang didiskusikan di kelas luring maupun daring.

Mahasiswa juga harus diajak mengasah diri untuk mengenali pola solusi dari beragam kelas masalah. Di masa mendatang, mereka harus berkembang menjadi pengambil keputusan yang cekatan dan tangguh. Kurikulum juga harus meningkatkan literasi dan keterampilan teknologi mahasiswa. Masa depan tidak menyisakan ruang untuk mereka yang gagap teknologi. Suka atau tidak suka, teknologi akan semakin dominan di masa mendatang dan kita harus siap menyambutnya.

Tidak kalah penting, dosen harus sanggup memberi contoh dan mendampingi mahasiswa menjadi pemikir mandiri. Mereka tidak boleh dibiarkan hanya menjadi pembeo dan bertaklid buta kepada narasi publik. Karenanya, mereka harus diajak untuk selalu haus akan pengetahuan dan menjadi manusia yang selalu penasaran ketika keingintahuannya belum menemukan jawaban.

Dorong mereka menjadi manusia yang suka membaca, gemar berdiskusi, aktif berorganisasi, dan menikmati piknik ke belahan bumi lain untuk menjadikan diri terpapar keragaman budaya dan pemikiran. Mahasiswa tidak boleh dibatasi menjadi pemain lokal saja, tetapi harus disiapkan menjadi warga global.

Meskipun demikian, ada satu hal yang tidak boleh dilupakan. Mahasiswa harus didampingi menjadi manusia baik: yang mengenal Tuhannya dengan rendah hati, menghormati sesama manusia dengan tulus, peka terhadap masalah di sekitar, dan menjaga keselarasan antara pemikiran, perkataan, dan perbuatan. Jika ini semua bisa dilakukan oleh semua warga UII dengan orkestrasi yang rancak, dengan izin Allah, masa depan akan kita jemput dengan suka cita.

Tulisan telah dimuat di Kolom Refleksi UIINews September 2019.

Sebanyak 38 dokter baru dilantik dan diambil sumpah pada Pelantikan dan Sumpah Dokter Periode 47, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (UII), di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir UII, Selasa (8/10). Terhitung sejak berdiri pada tahun 2001, Fakultas kedokteran UII telah mencetak sekitar 1.741 dokter yang keberadaannya tersebar diberbagai pelosok tanah air.

Di hadapan dokter baru, Dekan Fakultas Kedokteran UII, dr. Linda Rosita, M.Kes, Sp.PK. berpesan tiga hal. Pertama menjadi dokter yang dinantikan pengabdiannya di pelosok, kedua memiliki semangat yang tidak membeda-bedakan, serta yang ketiga membantu masyarakat dibarengi dengan akhlaq mulia.

Read more

Ketiga kata kunci di atas adalah tema besar yang diusung oleh warga Universitas Islam Indonesia (UII) dalam satu tahun mendatang, 2020. Ketiganya dapat ditautkan dengan tema besar Rencana Strategis UII 2019-2022, yang terdiri dari tiga tujuan strategis: menguatkan nilai (akar), menjulangkan inovasi (cabang), dan melebatkan manfaat (buah). Warga UII masih ingat, ketiga tujuan ini diinspirasi oleh ayat ke-24 dan ke-25 dari Surat Ibrahim.

Nah, lalu apa arti dari tema 2020 tersebut di atas? Pertama, kolegial bukan kata yang jarang kita dengar. Hanya saja, kata ini sangat jarang kita maknai secara serius dan tulus. Mari kita refleksikan! Kolegial mengandung beragam makna yang inheren. Mari kita kupas beberapa.

Kolegialitas muncul dalam organisasi yang cenderung datar, bukan hirarkikal. Ini bukan masalah gambar struktur yang bertingkat, tetapi soal bagaimana bersikap dalam tingkatan tersebut. Bagaimana kita memandang jabatan akan sangat berpengaruh: berkah atau amanah, memerintah atau melayani, ‘ngebos’ atau egaliter?

Filosofi ini juga akan mempengaruhi bagaimana pola komunikasi dikembangkan antartingkat. Komunikasi ini menjadi sangat penting ketika beragam konflik muncul. Tidak ada satupun organisasi di muka bumi yang tidak terpapar konflik. Pertanyaannya adalah: bagaimana menjaga konflik tetap pada tingkat yang dapat dikelola. Jika dosisnya tepat, konflik justru dapat merangsang inovasi.

Jika konflik terjadi, semangat kolegialitas harus dimunculkan dalam penyetelan ‘harga diri’ sampai pada tingkat yang membuka komunikasi. Ketika harga diri disetel terlalu tinggi, jangan harap ruang dialog bisa dibuka. Mudah? Tidak, tetapi bukan tidak mungkin diikhtiarkan.

Selain itu, kolegialitas juga berarti bahwa inovasi diharapkan muncul di semua tingkatan. Jangan hanya menunggu perintah dan arahan atasan. Pun demikian, atasan perlu melakukan mitigasi risiko disharmoni. Caranya? Berikan arahan yang cukup jelas dan beri kepercayaan kepada bawahan untuk secara kreatif menerjemahkan.

Kedua, kata digital dapat diterjemahkan ke dalam paling tidak tiga aspek. Secara lazim, kita akan dengan mudah mengasosiakan kata ini dengan infrastruktur informasi, baik berupa perangkat keras maupun perangkat lunak. Yang pertama, lebih mudah diadakah, dan yang kedua sangat menantang untuk didesain dan diimplementasikan.

Digital juga terkait dengan bagaimana aspek ini ditautkan dengan materi dan metode pembelajaran. Kurikulum perlu dimutakhirkan untuk mengakomodasi aspek ini secara cerdas. Tidak perlu terjebak dengan beragam jargon tanpa konseptualisasi yang memadai. Jika radar kita aktif, tidak sulit untuk merekam perubahan dahsyat dalam beberapa tahun terakhir akibat digitalisasi.

Selain itu, generasi milenial sangat adalah para pribumi digital, yang mengenal beragam perangkat dan layanan diginal sejak dini. Di sisi lainnya, banyak dosen saat ini yang merupakan muhajir digital. Kedua sisi ini perlu didekatkan. Dosen, misalnya, sudah seharusnya selalu ‘kulakan’ untuk dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan.

Untuk memberikan efek yang dahsyat, digital sudah seharusnya menjadi budaya. Karenanya, digital juga dapat melekat pada budaya kerja. Ketika beragam layanan digital tersedia, akan sangat baik, jika layanan tersebut diintegrasikan dengan beragam proses bisnis yang berjalan. Mulai dari komunikasi, koordinasi, perencanaan, pengawasan, sampai dengan pengambilan keputusan.

Ketiga, mondialitas adalah semangat yang diusung UII sejak pendiriannya. Para pendiri tidak pernah bercita-cita menjadikan UII hanya berkelas lokal atau nasional. Semangat ini harus tetap dijaga hangat.

Beragam inisiatif dapat dilakukan untuk mendapatkan rekognisi internasional. Akreditasi internasional lembaga salah satunya. Tetapi harus hati-hati mengelolanya. Jika tidak, bisa jadi akreditasi akan menjadi hobi berbiaya mahal, tanpa manfaat yang signifikan.

Sertifikasi internasional lembaga adalah pilihan lain. Beragam konsiderans dapat didaftar untuk menentukan pilihan ini, mulai ketersediaan sumber daya sampai dengan potensi dampak.

Jalan alternatif lain untuk memondialkan lembaga dapat berupa pembuatan program gelar ganda dengan mitra internasional. Tidak sulit untuk sepakat, ketika mitra internasional mau menjalin kerjasama gelar ganda, maka dipastikan mereka memberikan rekognisi terhadap kualitas internasional kita. Tentu beragam program turunan jangan pendek dapat didaftar juga, seperti transfer kredit atau aktivitas bersama.

Produksi publikasi dalam beragam bentuk yang berkelas juga merupakan pilihan jalan yang elegan dan berumur panjang. Karenanya, iklim yang mendorong perlu diciptakan. Para dosen harus mampu berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah dengan mitra internasionalnya. Arti sederhananya, siap diajak ‘ngobrol’ atau kerjasama dengan bahasa dan konten berkelas internasional, alias berkenaan dengan perkembangan mutakhir dalam disiplinnya masing-masing.

Semoga.

Proses intensif dalam pembelajaran tidak hanya membantu siswa menerima dan memahami materi pembelajaran di kelas. Yang tak kalah penting adalah memelihara lingkungan pembelajaran yang suportif. Sebagaimana tergambar dalam program English Super Camp (ESC) di Madrasah Aliyah Negeri 3 Yogyakarta (MAYOGA) yang turut dipandu oleh Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Indonesia (UII). Program itu berlangsung dari Senin (23/09) hingga Sabtu (05/10).

Read more

Teknologi big data kian dirasakan manfaatnya dalam dunia bisnis. Big data dapat menganalisis dan dijadikan dasar dalam mengambil keputusan serta membuat strategi bisnis kedepannya. Melihat hal itu, Magister Fakultas Teknik Industri Universitas Islam Indonesia berkolaborasi bersama Pusat Studi Kecerdasan Buatan atau disebut dengan Artificial Intelligence Creative Center of Excellence (AICC UII) menyelenggarakan Seminar dan Workshop Business Intelligence bertemakan Akselerasi Transformasi Proses Bisnis.

Kegiatan yang dihadiri tiga pemateri, Ismail Fahmi, Ph.D selaku Director PT Media Kemels Indonesia/Drone Emprit kemudian Dr. Raden Bagus Fajriya Hakim, S.Si., M.Si selaku Ketua AICC UII dan juga Winda Nur Cahyo., S.T., M.T., Ph,D selaku Ketua Prodi Teknik Industri Program Magister FTI UII diadakan di Gedung Kuliah Umum (GKU) Dr. Sardjito Kampus Terpadu UII pada Sabtu (5/10).

Read more

Mahasiswa Teknik Industri Universitas Islam Indonesia (UII) tuai prestasi di kancah nasional. Adalah Zakka Ugi Rizqi dan Naufal Alfareza meraih juara 3 pada CONSTRAIN (Competition of Industrial Engineering) yang diadakan pada tanggal 5-8 September 2019 di Universitas Hasanuddin, Makassar. Kedua mahasiswa tersebut mengusung tema “Maritim Logistics” khususnya mengenai permasalahan yang dihadapi perusahaan Terminal Petikemas Makassar (TPM).

Read more

Lulus dari bangku kuliah menjadi gerbang awal dalam meniti karier. Fase ini penting dipersiapkan sejak dini, terlebih para lulusan dari berbagai perguruan tinggi akan berlomba mendapatkan pekerjaan. Begitu juga kompetisi yang akan dihadapi para lulusan yang berencana melanjutkan studi.

Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Pengembangan Karier dan Alumni kembali menggelar seminar Career Mentoring bertajuk “Inspirasi Karier Masa Depan”. Seminar yang digelar pada Sabtu (5/10) di Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII ini menghadirkan enam orang narasumber alumni UII yang telah sukses meniti karir sesuai dengan bidangnya.

Read more

Tiga Mahasiswa UII di bawah naungan unit kegiatan mahasiswa (UKM) el-Markazi meraih beberapa prestasi pada kompetisi Middle East Festival ke-9 di Fakultas Ilmu Budaya, Program Studi Bahasa Arab Universitas Indonesia pada tanggal 26-30 September 2019. Beberapa prestasi itu di antaranya Juara 1 MHQ Putra oleh Abi Quhafa dari Prodi Hubungan Internasional 2018, Juara 2 MTQ Putri oleh Ega dari Prodi Teknik Lingkungan 2017, dan Juara 3 Arabic Voice oleh Risma Isfah Lana dari Prodi Ekonomi Islam 2017.

Read more

PT. Bank Pembangunan Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (Bank BPD DIY) Syariah untuk kedua kalinya memberikan bantuan biaya pendidikan (beasiswa) bagi mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) pada program Diploma dan Sarjana.

Beasiswa ini diberikan kepada 40 mahasiswa dengan total bantuan sebesar 80 juta rupiah. Adapun syarat utama bagi penerima beasiswa BPD DIY Syariah ini yakni memiliki Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,75 dan berasal dari keluarga dengan latar belakang ekonomi kurang mampu.

Read more