Pusat Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi Islam (P3EI) Fakultas Bisnis dan Ekonomika (FBE) UII menyelenggarakan diskusi bertema “Fondasi Dan Ekspansi Imperium Ottoman” pada Kamis (13/2) di Gedung Prof. Dr. Ace Partadiredja UII. Diskusi ini menghadirkan narasumber Prof. Dudung Abdurrahman, M.Hum dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Suwarsono Muhammad, MA selaku Ketua Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia.

Disampaikan Heri Sudarsono S.E., M.Ec selaku ketua penyelenggara, diskusi ini merupakan program awal di tahun 2020 di antara program lain seperti Conference in Islamic Economic, Management and Finance yang juga menjadi program di awal tahun 2020. Menurutnya belajar sejarah sangat menarik karena di dalam jurusan ekonomi sendiri tidak dijumpai pelajaran sejarah ekonomi dan sosial Islam.

Read more

Rendahkan sayapmu adalah ungkapan dalam bahasa Arab yang muncul tiga kali dalam Al-Qur’an: pada Surat Asy-Syu’ara 26:215, Al-Hijr 17:24, dan Al-Isra’ 15:88. Kepada siapa sayap direndahkan? Ada dua kelompok yang disebut: pengikut (QS 26:215 dan 17:24) dan orang tua (QS 15:88).

Apa artinya? Terjemahan bahasa Inggris untuk ayat pertama menuliskan dalam beragam versi, seperti lower your wing (in kindness)/tenderly/(in tender)/(in gentleness)(arti literalnya, rendahkan sayapmu (dalam kebaikan)/dengan lembut/(dalam kelembutan)/(dengan ramah), atau diberi catatan tambahan: be courteous(santunlah). Untuk ayat ketiga yang ditujukan kepada orang tua diterjemahkan dengan lower your wing of humility/submission and mercy(rendahkan sayap kerendahhatian/ketundukan dan kasih sayang). Terjemahan bahasa Indonesia menuliskan dengan lugas: rendahkan dirimu.

 

Sayap: kesombongan versus perlindungan

Saya tidak bermaksud menafsirkan ayat tersebut karena memang tidak mempunyai kapasitas untuk itu. Tetapi, ayat-ayat tersebut melalui metafora sayap telah memberikan inspirasi yang luar biasa. Bagi saya, di satu sisi, sayap bisa menjadi instrumen kesombongan seperti burung elang yang terbang tinggi dengan arogan mencari mangsa terlemahnya untuk diterkam. Burung elang ketika membaca tulisan ini mungkin juga tidak sepakat 🙂

Sisi ini nampaknya pas ketika digunakan untuk memaknai bagaimana bersikap kita kepada orang tua, manusia termulia sejagad. Tidak boleh ada rasa sombong sekecil apapun melekat di diri kita ketika berhadapan dengan mereka. Sehebat apapun kita, sebaik apapun kita kepada mereka, tidak mungkin dapat menggantikan pengorbanan dan kasih sayang yang telah dicurahkan kepada kita.

Ketika sayap, instrumen yang berpotensi memunculkan kesombongan, diminta untuk diturunkan, dibutuhkan energi besar untuk menawar harga diri pada tingkat yang rendah. Karenanya, di sisi lain, sayap bisa menjadi instrumen perlindungan yang mengayomi. Sayap ayam ketika menangkup akan memberikan rasa aman dan nyaman untuk anak-anaknya, dan melindungi mereka dari serangan predator. Ini adalah inspirasi untuk pemimpin. Bahwa dalam konteks ini, seorang pemimpin diminta santun, lembut, ramah dengan pengikut yang seide dengannya.

 

Kenakan jaket semesta

Mari dengan santai kita elaborasi inspirasi di atas. Apa yang menjadikan seseorang menjadi pemimpin yang terpilih? Beragam jawaban dapat diberikan. Tapi, nampaknya pembaca sepakat, kepercayaan dari banyak orang menjadi kunci. Ketika seseorang memberikan suaranya, maka di dalamnya terkandung pernyataan kepercayaan (dan tentu saja harapan).

Yang menarik, meski ketika pemilihan tidak semua suara mendukung 100%, tetapi dalam konteks publik, yang wajib dipimpin tidak hanya yang memilih, tetapi juga yang bahkan awalnya berseberangan dengan pemimpin. Apalagi dalam konteks lembaga pendidikan seperti perguruan tinggi.

Hajatan pemilihan demokratis hanya merupakan metode memilih. Setelahnya, keluarga besar harus dikedepankan. Ketika seorang pemimpin fakultas (universitas), terpilih dari program studi (fakultas) A, misalnya, tidak lantas tugasnya hanya mengembangkan program studi (fakultas) asalnya. Jika ini terjadi, maka dia akan terjebak sikap primordialisme sempit dan tidak akan dapat menggagas masa depan fakultas (universitas), tetapi justru terjebak pada misi sempit yang sampai tidak tertentu akan kontra-produktif.

Ketika terpilih, maka semua pemimpin harus menanggalkan baju primordialnya dan menggantikannya dengan jaket semesta. Dia tidak lagi milik kelompok primordialnya, tetapi sudah menjadi milik publik. Inilah salah satu cara merendahkan sayap untuk kolega yang tidak berasal dari kelompok yang sama.

Ketika sudah menjadi pemimpin, kecintaan buta kepada asal primordial dan berlagak rabun terhadap kelompok lain, bisa masuk kepada level “haram” dalam diskusi manajemen organisasi. Apa dampaknya jika hal ini terjadi? Pembaca dapat bebas berimaji. Salah satunya adalah luruhnya kepercayaan. Ini dari perspektif warga organisasi beda kelompok primordial atau yang masih sehat akalnya.

Jika semakin akut, bisa memunculkan sikap “masa bodoh” dan bahkan “bibit separatisme”. Hal ini, insyaallah tidak terjadi ketika pemimpin dengan ikhlas merendahkan sayapnya, menjadi pelindung dan pengayom semua anak-anaknya. Tidak ada lagi anak emas dan anak buangan yang kurang perhatian.

Mudah? Tidak selalu. Tetapi, saya yakin bisa diupayakan, ketika kesadaran menjadi pemimpin publik tetap dijaga, harga diri selalu dikelola, dan kepentingan pribadi atau kelompok tidak mengalahkan kepentingan orang banyak.

Yang terakhir ini menarik, mengapa? Berikut adalah contoh sederhana. Saya sering ditanya, mengapa 5.000-6.000 tanda tangan basah atas dokumen ketika menjelang wisuda tidak digantikan dengan cap saja? Saya jawab: bisa jadi bagi saya itu melelahkan, tetapi setiap dokumen yang diterima oleh wisudawan dengan tanda tangan basah yang diberikan dengan ikhlas (dan diawali/diiringi kalimat yang baik) akan sangat bermakna. Bagi saya paling hanya beberapa detik, tetapi bagi penerima, makna dan manfaatnya bisa sepanjang hayatnya. Ini adalah contoh lain merendahkan sayap kepada mahasiswa atau wisudawan.

Pembaca bisa menambahkan ribuan dan bahkan jutaan ilustrasi tentang bagaimana sayap dapat tetap direndahkan. Apakah akhirnya tidak menjadi pemimpin yang lemah? Sebagian orang berpendapat demikian. Tetapi maaf, itu bukan mazhab saya.

Renungan ringan pada 14 Februari 2020.

Sajadah merupakan sarana yang seringkali digunakan oleh umat Islam di Indonesia untuk beribadah. Namun, hal yang perlu dicermati kebanyakan sajadah yang digunakan di Indonesia merupakan produk impor. Hal ini disampaikan Direktur Eksekutif, Lembaga Kebudayaan Embun Kalimasada, Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) Hadza Min Fadhli Robby, S.I.P., M.Sc. pada Pembukaan Pameran Sajadah Imaji Indonesia di Gedung YBW UII, Jalan Cik Ditiro No. 1 Yogyakarta, pada Kamis siang (13/2).

Read more

Mendengar kata klitih yang saat ini menjadi masalah yang tengah menjadi sorotan pemberitaan dan ramai diperbincangkan oleh masyarakat, kebanyakan orang akan langsung memiliki perspektif negatif. Namun siapa sangka jika “Klitih” dulu sebenarnya memiliki makna yang netral. Demikian disampaikan dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia Yogyakarta, sekaligus pemerhati kriminologi, Dr. Aroma Elmina Martha, SH., M.H.

“Kalau di Jogja itu ada istilah Klitah-Klitih yang artinya keluyuran, punya waktu luang yang banyak, rileks. Seiring berjalannya waktu terjadi perubahan paradigma terhadap pengertian Klitih, yang tadinya bermakna positif bergeser menjadi negatif. ” katanya ketika diwawancara jurnalis Humas UII di kampus FH UII belum lama ini.

Read more

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) menyelenggarakan kegiatan Global Women’s Breakfast pada Rabu (12/2), di halaman Gedung CEOS FMIPA UII. Kegiatan yang diinisiasi oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) bertujuan membantu ahli kimia wanita memperluas jaringan, baik lokal maupun internasional. Bersamaan juga digelar seremoni peletakan batu pertama pembangunan Gendung Laboratorium Riset Kimia UII.

Read more

Alumni UII terus menebarkan manfaat serta prestasi di berbagai lini. Kabar membanggakan datang dari Anugrah Pakerti, alumni program studi Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia (UII), yang baru saja didapuk meraih penghargaan “30 under 30 Class of 2020” dari majalah Forbes Indonesia. Penghargaan tersebut diberikan kepada para tokoh muda Indonesia yang dinilai memiliki pencapaian penting dan menginspirasi generasi muda di tujuh sektor berbeda. Ketujuh kategori itu yakni Seni, gaya hidup, dan hiburan, Bisnis dan kewirausahaan, Politik dan hukum, Socialpreneur dan filantropi, Olahraga, Teknologi, dan terakhir Modal usaha. Salah satu penerima penghargaan lainnya, yang juga merupakan publik figure kenamaan indonesia adalah Maudi Ayunda.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menambah tiga Guru Besar/Profesor, yakni Dr. Jaka Sriyana, S.E., M.Si. di bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan, Dr. Drs. Nur Feriyanto, M.Si. dalam bidang Ilmu Manajemen dan Fathul Wahid, ST., M.Sc., Ph.D. sebagai Guru Besar bidang Ilmu Sistem Informasi. Serah Terima Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI tentang Kenaikan Jabatan Akademik Profesor berlangsung di Gedung Kuliah Umum, Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII, Selasa (11/2), dan disampaikan oleh Kepala LLDIKTI Wilayah V, Prof. Dr. Didi Achjari, S.E., M.Com., Ak., CA.

Read more

Tahun 2020 patut menjadi tahun yang membahagiakan bagi Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Universitas Islam Indonesia (UII). Pasalnya, setelah perjuangan kurang lebih 9 tahun sejak 2011, Arsitektur UII berhasil mewujudkannya pada tahun 2020 dengan mendapat akreditasi internasional level tertinggi untuk masa waktu enam tahun dari Korea Architectural Accrediting Board (KAAB), di bawah naungan Canberra Accord.

Read more

Kondisi Padukuhan Ngandong, Desa Girikerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman yang saat ini mengalami kesulitan air bersih mendorong Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) turut mengambil peran memberikan solusi. Hal ini diwujudkan melalui program pengabdian masyarakat dengan dukungan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari PT Vinilon Rusli Sakti.

Read more

Arsitektur merupakan cerminan komunitas sekaligus ekspresi kebudayaan yang dipengaruhi agama, bahasa, tradisi, dan seni. Perubahan pada salah satu faktor tersebut, dapat mengakibatkan perubahan ekspresi budaya. Demikian disampaikan oleh Prof. İbrahim Numan dari Fatih Sultan Mehmet Vakif University (FSMVU), Istanbul Turki, pada Seminar Karya dan Pameran Arsitektur Indonesia Sakapari 2020, pada Sabtu (1/2).

Read more