Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. berpesan kepada lulusan UII agar menjadi manusia kreatif yang menyeimbangkan otak kiri dan otak kanan. Selain itu para lulusan UII diharapkan menjadi pribadi yang pandai berterima kasih.

Hal tersebut dikemukakan Fathul Wahid saat mewisuda 645 lulusan di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Sabtu (29/2). Pada Wisuda Periode III Tahun Akademik 2019/2020 ini lulusan UII terdiri dari 21 ahli madya, 506 sarjana, 105 magister, dan 13 doktor. Hingga kelulusan ini, tercatat UII telah meluluskan 104.784 alumni.

Read more

Pendapat konvensional percaya bahwa beberapa orang terlahir dengan kreativitas tinggi, sedang yang lain jarang memiliki pemikiran yang orisinal. Kreativitas tergantung dengan DNA yang dibawa sejak hadir di dunia. Apakah Saudara penganut pola pikir konvensional ini? Maaf, saya tidak.

Saya termasuk yang percaya bahwa kreativitas dapat diasah. Bagi siapapun yang menginginkannya dengan serius. Banyak pendekatan dan metode yang sudah dikembangkan. Kreativitas yang menghadirkan ide-ide orisinal inilah juga yang menjadi salah satu penentu keberhasilan ketika kita diamanahi menjadi seorang pemimpin.

Penelitian mutakhir menemukan bahwa ternyata para kreator yang hebat tidak selalu harus mempunyai pengetahuan yang sangat mendalam, tetapi yang dibutuhkan adalah justru keluasan perspektif. Kreator yang hebat tidak terjebak melihat pohon secara detail, tetapi harus melihat hutan, kumpulan beragam pohon. Kreator mempunyai pemahaman yang sangat baik terkait dengan konteks.

Adam Grant dalam buku larisnya yang berjudul Originals menawarkan pendekatan menarik. Selama ini kita mengenal istilah deja vuketika kita menemukan sesuatu yang baru yang terasa bahwa kita pernah menjumpainya di waktu lampau. Grant mengenalkan konsep vuja de, yaitu ketika kita bertemu dengan sesuai yang sudah kita kenal sebelumnya, tetapi kita melihatnya dari perspektif lain yang lebih segar. Perspektif ini akan memantik tilikan-tilikan (insights) baru untuk memecahkan beragam masalah lama.

Berikut salah satu contohnya. Di Indonesia, ojek telah menjadi salah satu layanan transportasi publik informal sejak beberapa dekade lalu, mulai sekitar awal 1970an. Dulu, ojek dilayani menggunakan sepeda, dan akhirnya beralih ke sepeda motor. Ojek telah memberikan alternatif menyenangkan ketika layanan transportasi publik formal yang cukup dan andal tidak tersedia. Layanan serupa ojek juga dapat ditemukan di beberapa negara Asia lain, seperti Thailand dan Vietnam. Lahirnya layanan serupa yang diberikan oleh Grab dan Go-Jek, misalnya, merupakan hasil penggunaan perspektif baru untuk menyelesaikan masalah lama.

Sebagai contoh lain, kita bisa melihat Ritesh Agarwal, pendiri dan pemilik jaringan hotel OYO. Dia sekarang berumur 26 tahun, dan sudah menjalankan bisnis jaringan hotel terbesar kedua di dunia, yeng menghubungkan 43.000 hotel di seluruh dunia, dan memperkerjakan 350.000 orang. Semua dimulai dengan cara pandang dia yang berbeda ketika melihat hotel tidak laku di dekat dia tinggal pemukiman miskin di Rayagada, India. Dia menghubungi pemilik hotel dan hadir dengan ide untuk memasarkan hotel dengan menjadikannya lebih atraktif. Ritest Agarwal menawarkan perspektif segar dan percaya ketika sebuah hotel bisa diubah, maka ribuan hotel di dunia juga bisa.

Tentu, daftar panjang contoh dapat diberikan di sini.

Temuan mutakhir lain berbeda dengan pemahaman intuitif kita: kesuksesan ternyata tidak selalu harus menjadi yang pertama, tetapi dapat dicapai dengan menunggu momen yang tepat untuk meluncurkan kreasi. Gojek dan jaringan OYO hotel bisa menjadi contoh.

Periset dari Michigan State University menawarkan temuan menarik lain, terkait kombinasi unik kedalaman dan keluasan pengalaman, yang diyakininya sangat kritikal menentukan kreativitas. Studi dilakukan terhadap pemenang Hadiah Nobel mulai 1901 sampai dengan 2005. Mereka dibandingkan dengan ilmuwan dengan kedalaman pengalaman yang sama. Ternyata, para pemenang Hadiah Nobel secara dramatis lebih banyak terlibat dalam kegiatan kesenian dibandingkan dengan bukan ilmuwan bukan pemenang.

Ilmuwan yang terlibat dalam bidang musik (seperti memainkan instrumen dan menulis lagu) mempunyai peluang memenangkan Hadiah Nobel dua kali lebih besar dibandingkan dengan ilmuwan biasa. Peluang di sini berkaitan dengan kreativitas dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Jika ilmuwan menyukai seni menggambar atau melukis, peluangnya lebih besar tujuh kali lipat. Kegemaran menulis puisi, novel, cerita pendek, buku populer akan meningkatkan peluang menjadi 12 kali lipat. Ingin lebih tinggi lagi? Teribatlah dalam seni pertunjukkan semacam menjadi aktor amatir atau pesulap. Ilmuwan yang terlibat dalam kegiatan nyeniterakhir ini, peluangnya melonjak menjadi 22 kali lebih besar.

Singkatnya, keterlibatan seseorang dalam bidang kesenian yang mengasah otak kanannya, akan meningkatkan kreativitasnya dalam bidang yang ditekunikan. Riset lain menguatkan temuan ini. Para wirausahaan dan penemu di Amerika mempunyai keterlibatan yang lebih dibandingkan lainnya dalam bidang seni, termasuk menggambar, melukis, arsitektur, dan literatur.

Berikut adalah ilustrasi lain. Suatu malam, pada 1609 atau 411 tahun lalu, Galileo Galilei menggunakan teleskop untuk melihat bulan. Ketika itulah, Galileo menemukan fakta adanya gunung dan lembah di bulan. Apakah teleskop pada waktu itu sudah sangat canggih? Pada saat itu, teleskop baru setahun ditemukan, karena diperkenalkan pertama kali oleh Hans Lippershey pada 1608. Ternyata kedalaman pengalaman Galileo pada bidang fisika dan astronomi (otak kiri) dilengkapi dengan keluasan pengalamannya dalam bidang melukis dan menggambar (orak kiri) memampukannya mengenali pola zigzag gelap terang di bulan sebagai gunung dan lembah. Dalam seni menggambar dikenal teknik chiaroscuro yang mempelajari kontras gelap dan terang. Astronomer lain tanpa pengalaman chiaroscuro yang menggunakan teleskop yang sama, sangat mungkin tidak akan menemukan gunung dan lembah di bulan.

Nampaknya otak kanan dan otak kiri memang harus diseimbangkan untuk memberikan dampak yang tinggi pada kreativitas. Kreativitas akan mempersenjatai Saudara ketika kelak menjadi pemimpin masa depan.

Saya yakin Saudara sepakat dengan ini.

Menjadi pembelajar sukses adalah cita-cita setiap mahasiswa. Seringkali untuk mencapai cita-cita itu dibutuhkan beberapa skill kunci yang penting. Di antaranya kemampuan membaca, mendengar, mengingat, berpikir kritis, dan menulis. Hal inilah yang kemudian dibidik oleh UII Learning Center dengan menyelenggarakan workshop bagi mahasiswa dengan tema Learning Skills di Gedung GBPH Prabuningrat UII pada Kamis (27/2). UII Learning Center merupakan lembaga di bawah Kantor Urusan Internasional (KUI) UII.

Kegiatan ini menghadirkan dua orang narasumber internasional yaitu Megan Mcintosh dari Arts Teaching Innovation, University of Melbourne, Australia yang membawakan materi berjudul “Increasing Students Succes With Active Learning”. Kemudian pemateri kedua diisi oleh Fabio De Oliveira Coelho dari USA yang saat ini aktif di Language Assessment Consultant, British Council. Ia mengisi materi berjudul “Critical Thinking and Internet Literacy In The Era 4.0”.

Read more

Skuad Tim Nasional (Timnas) U-16 memilih UII Training Ground (UTG) sebagai tempat pemusatan latihan selama di Yogyakarta, jelang gelaran Piala AFF U-16 dan Piala Asia U-16 2020. Pemusatan latihan yang dihelat sejak dua pekan terakhir ini diikuti oleh 24 pemain, yang sebelumnya telah melalui seleksi cukup ketat.

Skuad Garuda Muda, biasa disebut, di damping jajaran pelatih. Di antaranya legenda sepak bola Indonesia Bima Sakti, mantan penjaga gawang Markus Horison (Markus Haris Maulana), dan Gilang. Dipilihnya (UTG) sebagai tempat latihan tentunya bukan tanpa alasan. Salah satunya untuk memberikan suasana baru kepada pemain, setelah sebelumnya hanya berkutat di stadion dengan pemandangan yang sama.

“Lapangan UII (UTG) ini bagus sekali, saya juga kemarin mendapat rekomendasi dari coach Markus sama coach Gilang, yang sebelumnya melakukan lisensi B AFC di sini. Lapangan juga sangat bagus, cuaca, suhu juga bagus, pemain juga merasa nyaman, karena tidak melulu berupa stadion ada tribun, ada atap tribun, itu kadang bikin bosan juga. Di sini beda, bisa melihat alam bebas, ada suara burung dan yang lainnya,” papar Bima Sakti pada Kamis (27/2) di sela-sela latihan.

Bima Sakti mengungkapkan selama Training Camp (TC) di UTG, anak asuhnya telah menunjukkan banyak perkembangan yang baik. “Alhamdulillah hampir dua minggu kita TC di Yogyakarta, progresnya sangat signifikan, banyak pemain yang secara individu, tak-tik mereka sudah banyak yang paham. Kita berharap besok saat uji coba melawan Sleman, yang notabene kemarin kita juga sempat ketemu, timnya juga bagus,” ujarnya.

Mereka (Sleman) banyak memberikan tekanan kepada kita, semoga besok kita bisa sama-sama improve, take and give, sama-sama belajar, dan kita bisa memahami kekurangan kita,” lanjut Bima Sakti.

Bima sakti, usai latihan sempat ungkapkan kekecewaan karena dibatalkannya pertandingan dengan kesebelasan Thailand. Kendati demikian, Timnas U-16 akan tetap melaksanakan laga uji coba dengan PSS Sleman U-16, yang pada laga uji coba sebelumnya berakhir dengan skor imbang 0-0.

“Yang pasti kecewa, karena kita berharap ada pertandingan internasional melawan tim negara lain. Ya kita berharap bulan depan bisa ada pertandingan internasional dari negera lain, karena kemarin kondisi virus Corona. Kami berharap tidak menjadi kerugian bagi kita. Jadi kita positif saja, kita gantikan pertandingan besok (28/2) melawan Sleman,” jelas mantan gelandang Timnas Indonesia.

Komposisi pemain menurut Bima Sakti sudah cukup lengkap, setelah sebelumnya kehilangan bek kanan karena meninggalnya seorang pemain, Alfin Lestaluhu pada 31 Oktober 2019 lalu. “Mungkin setelah kepergian Alfin, kami kekurangan di bek kanan ya, tapi kita sudah ada pengganti, seperti ada Rangga, ada Yandra juga yang bisa mengisi posisi tersebut,” ungkapnya.

Rencanannya, setelah TC dan uji coba melawan PSS Sleman U-16, para pemain akan kembali ke tempat masing-masing. “Setelah uji coba kita rencana balik ke rumah masing-masing, karena mereka juga harus izin sekolah lagi, kembali ke sekolah dan kembali ke klub masing-masing,” tandas Bima Sakti. (D/RS)

Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan pertemuan dengan orangtua dan wali mahasiswa FTI angkatan 2019. Kegiatan ini dilangsungkan di Gedung Olahraga Ki Bagoes Hadikoesoemo pada Sabtu (22/02). Acara yang juga dihadiri oleh pimpinan FTI, dosen, karyawan dan tenaga kependidikan, dan mahasiswa berprestasi ini mengusung tema “Membangun Sinergi, Meraih Prestasi.” Tujuan diadakannya pertemuan tersebut adalah untuk meningkatkan tali silaturahmi antara civitas akademika FTI UII dan orangtua / wali mahasiswa.

Kegiatan dimulai dari perkenalan dekan, dosen, dan setiap jurusan yang ada di FTI UII. Dilanjutkan dengan paparan mengenai sarana dan prasarana perkuliahan serta kegiatan yang akan dilaksanakan oleh para mahasiswa. Sehingga orangtua atau wali dapat mengetahuinya dan tidak risau selama anak-anaknya menjalankan perkuliahan. Temu orangtua atau wali mahasiswa ini juga dapat menumbuhkan sifat kedekatan dan kerjasama yang baik antara pihak kampus dan orang tua atau wali mahasiswa.

Read more

Tidak hanya piawai dalam hal akademik, atau mengurus berbagai hal di kampus, tak disangka sivitas akademika UII juga tidak kalah di bidang olahraga. Tim sepak bola yang menamakan dirinya Tim Dokar UII (Dosen dan karyawan UII) menunjukkan kepiawaiannya dalam mengolah si kulit bundar pada pertandingan melawan tim sepak bola Universitas Negeri Yogyakarta (UNY). Pertandingan persahabatan tersebut berlangsung di Lapangan UII Training Ground (UTG) pada Jum’at (21/2).

Read more

Sebagian orang menikmati hidup yang berjalan linier. Sebagian lain menyukai hentakan tak terduga. Yang pertama mengasumsikan perubahan perlahan, yang kedua memaksa kita untuk menyiapkan diri menghadapi kejutan. Tidak selalu mengenakkan, tetapi juga tidak selamanya menyakitkan. Tidak jarang kejutan ini memicu titik balik.

Titik balik dalam hidup tidak selalu dirangsang oleh peristiwa besar. Tidak jarang peristiwa kecil mempunyai efek yang dahsyat. Unsur kejutan di saat yang pas menjadi penentu. Unsur anti kelaziman dan anti serba intuitif sangat penting. Mirip dengan konsep angsa hitam yang dibahas oleb Nassim Nicholas Taleb dalam bukunya yang berjudul The Black Swan. Kejutan ini muncul persis ketika sebagian kita mencari angsa putih dan justru menemukan angsa hitam. Berkah atau musibah?

Atau, tentang melihat dari perspektif lain yang dibahas oleh Malcolm Gladwell dalam bukunya What the Dog Saw. Kita tanpa sadar terlalu sering menjebakkan diri dalam bingkai kelaziman yang kita buat sendiri. Untuk membongkar bingkai ini, diperlukan kejutan. Sesuatu yang membangunkan kita dari tidur panjang, sesuatu pemahaman yang dianggap mapan tanpa bisa diganggu gugat. Mudahkah? Tidak selalu. Kejutan adalah misterinya.

Hal yang sama ketika dipaparkan kepada orang yang berbeda bisa jadi menghadirkan unsur magnitudo kejutan yang tidak serupa. Banyak faktor saling berkelindan. Ekspektasi dan pengalaman lampau kita mungkin mempengaruhi. Gaya hadir atau waktu hadirnya pesan yang berpotensi mempunyai daya kejut, bisa juga mempunyai andil.

Berikut beberapa ilustrasi ringan yang melintasi lini masa hidup saya.

Beberapa tahun lalu saya termasuk sering menghindar jika diminta untuk memberikan ceramah, terutama tentang agama. Apa pasal? Banyak sekali pertimbangan. Salah satunya, adalah kekhawatiran akut belum bisa menjalankan apa yang diceramahkan. Orang Jawa dengan berseloroh sering menyebutnya: jarkoni, “iso ngajar, ora iso ngelakoni”, “bisa mengajarkan, tetapi tidak bisa menjalankan”.

Kejutan hadir tanpa diduga ketika saya berdiskusi ringan dengan kolega di kantor. Mas Kholid Haryono, mengatakan ke saya, “Pak Fathul, ilmu yang tidak ditularkan belum dianggap ilmu yang bermanfaat”. Teng. Pesan sederhana yang mungkin sudah dilupakan oleh pengucapnya ini memberikan daya kejut ribuan volt. Akhirnya, perlahan, ketika saya diminta memberikan ceramah, pesan berdaya kejut itu selalu teringat. Memang tidak semua permintaan saya terima. Alasan penolakan selama ini cenderung teknis: soal waktu.

Apakah saya selalu nyaman ketika berceramah? Tidak selalu. Saya nampaknya memerlukan kejutan lain. Kejutan itu datang di waktu lain. Terjadi selepas Salat Zuhur di Masjid Ulil Albab.

Setiap Senin sebulan sekali, insyaallah Gus Baha’ (K.H. Ahmad Bahaudiddin Nursalim), yang sangat mumpuni dalam ilmu tafsir dan fikih itu, mengisi ceramah di masjid kampus Universitas Islam Indonesia. Jika waktu memungkinkan, sehabis salat, saya akan menunggu Gus Baha’ di ruang takmir untuk transit sebelum ceramah dimulai. Siang itu Allah memberikan kesempatan kepada saya.

Dalam pertemuan yang singkat tersebut, saya minta nasehat kepada Gus Baha’. “Gus, saya ini ilmunya belum dalam, tetapi kadang diminta ceramah agama. Menurut Gus Baha’, sikap saya sebaiknya seperti apa?” Ini permintaan nasehat yang tulus. Jawaban anti kelaziman dari Gus Baha’ memberikan kejutan, “Itu supaya Pak Rektor terus belajar!”. Teng. Singkat, padat, mengena. Berdaya kejut.

Terima kasih Gus untuk nasehatnya! Insyaallah saya terus belajar, ikhtiar memantaskan diri untuk berceramah, meningkatkan kebermanfaatan ilmu.

Renungan ringan ini ditulis dalam penerbangan Makassar-Yogyakarta, 20 Februari 2020.

Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Islam Swasta (BKSPTIS) bekerjasama dengan Universitas Islam Indonesia (UII) dan Universitas Muhammadiyah Makassar menyelenggarakan Workshop Studi Pelacakan Alumni dan Internasionalisasi Perguruan Tinggi. Workshop digelar dalam rangka peningkatan kualitas akademik perguruan tinggi, khususnya dalam merespons paket kebijakan Merdeka Belajar: Kampus Merdeka oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Workshop yang digelar di Ruang UBC, Menara Iqra, Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh Makassar) pada 19-20 Februari 2020 ini diikuti oleh anggota BKSPTIS, khususnya pengambil kebijakan dan pelaksana studi pelacakan alumni dan internasionalisasi perguruan tinggi. Jalannya workshop terbagi dalam di dua sesi besar guna berdiskusi dan berbagi pengalaman terkait dengan studi pelacakan alumni dan survei kepuasan pengguna alumni internasionalisasi perguruan tinggi.

Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) terus mengikuti kegiatan pameran pendidikan nasional di berbagai pelosok negeri. Kali ini, UII turut serta dalam kegiatan pameran pendidikan bertajuk “Sulawesi Education and Techno Expo 2020”, yang diselenggarakan pada tanggal 18 – 20 Februari 2020 di Celebes Convention Center, kota Makassar. Sebelumnya, UII juga berpartisipasi dalam International Education & Training Expo (IIETE), pada 6-9 Februari 2020 di Jakarta Convention Center.

Read more

Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Dr. Sri Hastuti Puspitasari, S.H., M.H. berhasil mempertahankan desertasinya yang berjudul “Pelibatan Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pengisian Jabatan Hakim Agung dan Hakim Konstitusi Menurut Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945” pada Sidang Terbuka Promosi Doktor Fakultas Hukum Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM).

Read more