Universitas Islam Indonesia (UII) kembali memperluas jejaring dan relasi internasionalnya. Kali ini UII melakukan pertemuan dan berdiskusi dengan Detasering dari Széchenyi István University of Gyor Hungaria, Prof.em. Dr. Habil Zoltan Szegedi pada Kamis (26/10). Diskusi yang dikemas dalam jamuan makan malam tersebut berlangsung di Kolona Kitchen & Coffee, Jl. Palagan No.8 Yogyakarta. 

Read more

Dua dosen Universitas Islam Indonesia (UII) yakni Prof. Drs. Allwar, M.Sc., Ph.D. dikukuhkan sebagai professor dalam Bidang Ilmu Kimia dan Prof. Ar. Suparwoko, Ir. MURP. Ph.D. IAI. IAP. sebagai professor dalam Bidang Ilmu Pengantar Rancang Kota dalam Rapat Terbuka Senat UII pada Selasa (31/10), di Auditorium Abdul Kahar Mudzakkir.

Dalam pidato pengukuhannya yang bertajuk Komposit Sebagai Material Maju Untuk Energi

dan Lingkungan, Prof. Allwar yang juga menjabat sebagai Ketua Pengembangan Pendidikan, Yayasan Badan Wakaf (YBW) UII ini mengemukakan tentang dampak negatif dari kemajuan industri serta pemanfaatan material maju sebagai bagian dari mitigasi dampak negatif tersebut.

Disampaikan Prof. Allwar, nanokomposit menjadi fokus utama dalam penelitiannya kali ini, yakni meliputi nanokomposit sebagai adsorben serta katalis untuk proses hidrokraking atau hidrogenasi dalam mencari sumber energi terbarukan.

Menurutnya, Aplikasi nanomaterial komposit sangat menjanjikan sebagai adsorben dan fotokatalis terutama untuk menjaga kesehatan lingkungan perairan. Sintesis nanomaterial seperti Fe304/karbon aktif, NiO-ZnO/karbon aktif, Fe304-Ti02/karbon Aktif, CuO/karbon aktif, Ag2O-ZnO/nanoselulosa telah di analisis dan di uji kapasitasnya sebagai adsorben pada proses adsorpsi fenol dan klorofenal, zat warna sentetik seperti rhodamine B dan metil orange, limbah obat-obatan seperti metformin, terasiklin, ibuprofen dll.

Di samping pembahasan utama mengenai nanomaterial, Prof. Allwar yang juga masih aktif mengajar di program studi kimia UII ini juga mengemukakan beragam tantangan dalam perkembangan nanoteknologi di Indonesia, seperti perkembangannya yang masih relatif lambat, hasil riset yang masih berada dalam skala kecil, dan penelitian potensial yang masih belum mampu mencapai tahap implementasi.

Tantangan lain juga muncul dari belum banyaknya orang yang mengetahui manfaat besar dari nanomaterial khususnya karbon aktif. “tidak banyak orang mengetahui keistimewaan dari karbon aktif, hingga banyak Masyarakat tidak tertarik melakukan bisnis karbon aktif,” tutur Prof. Allwar.

Inovasi Pengembangan Kota Kecil

Dalam kesempatan penyampaian pidato pengukuhan selanjutnya, Prof. Suparwoko mengangkat materi tentang Inovasi Pengembangan Kota Kecil Berbasis Perumahan Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Indonesia. Pria yang meraih gelar Doktor dari Victoria University of Technology, Australia ini mengemukakan beberapa topik dalam rangkum penelitiannya antara lain Hilirisasi Desa Kota, Inovasi Pengembangan Kota Kecil, Inovasi Tipologi Rumah MBR, serta Inovasi Material.

Dalam topik pembuka, Prof. Suparwoko membawa Pantai Selatan Jawa Tengah sebagai studi kasus untuk hilirisasi desa kota dengan kajian wisata Pantai. Seraya memaparkan keindahan lanskap beberapa Pantai di Jawa Tengah, dikemukakan juga lonjakan jumlah objek wisata yang menurutnya memerlukan waktu kurang lebih 20 tahun untuk mencapai tingkat yang demikian signifikan.

Menurut Prof. Suparwoko, upaya penelitian yang juga mengawal perkembangan Pembangunan infrastruktur dari beragam dimensi di wilayah tersebut juga turut mengantarkan arus kesejahteraan yang cukup kuat, terutama dalam dimensi Pendidikan dan ekonomi Masyarakat. Bagian paruh pertama ini ditutup dengan visi pengembangan perumahan untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Selanjutnya, Prof. Suparwoko mengemukakan bahwa pembangunan kota kecil berbasis perumahan MBR sangat signifikan dibutuhkan dan perlu dilakukan secara simultan kerjasama top down dan bottom up. Pembangunan ini sangat baik dan rasional untuk dirancang, mengingat pendekatan yang digunakan adalah local genius dari Surya Mandala dan Catur Gatra Tunggal dari Kerjaan Majapahit.

Temuan Prof. Suparwoko terinspirasi dari Pembangunan kota Barcelona, Spanyol sejak tahun 1830-an mengenai Kerjasama antara Madrid dan Barcelona dalam peneluran konsep perluasan kota dan mengutamakan daerah di luarnya. Pendekatan ini juga ditemukan dalam Surya Majapahit meski belum digunakan untuk pendekatan spasial. Ia juga menitik beratkan pada Local Genius Catur Gatra Tunggal, yakni integrasi ideal antara Keraton, Agama, Alun-alun, serta Pasar yang diolah menjadi alternatif pengembangan kota kecil di Indonesia.

Di samping temuan-temuannya, tidak lupa Prof. Suparwoko mengingatkan tentang pentingnya Upaya integrasi dan kerja kolektif antar stakeholder yang seharusnya terlibat. “Pembangunan kota kecil berbasis MBR di Indonesia perlu kebersamaan potensi integrasi PENTAHELIX (konsep multi pihak) yang bekerja sama antara Pemerintah, Masyarakat, Perguruan Tinggi, Dunia Usaha, dan Media Masa” tutur Prof. Suparwoko.

Dalam hal ini, dikemukakan Prof. Suparwoko peranan perguruan tinggi diharapkan dapat menjadi lebih proaktif untuk meningkatkan alokasi dana kegiatan dan fasilitas laboratorium untuk kepentingan lapangan. Salah satu Upaya yang dapat dilakukan adalah melalui percobaan dan pembuatan model pembangunan kawasan dan perumahaan, serta pembuatan puwarupa bangunan rumah MBR beserta komponen atau konstruksinya.

“Ilmu adalah sesuatu yang lapang dan berada di lapangan – kampus adalah bagian sangat penting berada di lapangan,” tutup Prof. Suparwoko. (HM/RS)

Lingkungan perguruan tinggi berubah. Asumsi yang di waktu lampau masih valid, saat ini kembali ditantang. Banyak di antaranya yang berguguran karena relevansinya memudar. Namun, ada juga asumsi yang tetap relevan dan bahkan perlu lebih ditekankan.

Apa pun perubahan tersebut, seharusnya tidak menjauhkan perguruan tinggi dari nilai-nilai baik yang dirawatnya. Bisa jadi setiap perguruan tinggi mempunyai basis pijakan nilai yang spesifik dan tidak mudah disatukan. Universitas Islam Indonesia (UII) tidak muncul di ruang hampa dan berangkat dari nilai-nilai yang disemai oleh para pendirinya.

 

Kontestasi nilai-nilai

Sangat mungkin nilai-nilai lama itu dikontestasi dengan nilai-nilai baru. Keduanya tidak selalu kompatibel, dan bisa jadi berseberangan. Jika ini terjadi, perguruan tinggi berada dalam posisi yang tidak mudah. Pilihan ekstremnya adalah mengikuti arus dan mengabaikan nilai-nilai yang diyakini, atau melakukan perlawanan, meskipun kecil, supaya masih bertumbuh dengan tetap memegang nilai-nilai.

Pilihan UII jatuh kepada yang kedua. Tidak semua orang sepakat, dan jujur, termasuk di dalam UII sendiri. Sesuatu yang wajar, asalkan adu argumen akademik sehat yang dikedepankan.

Tentu pilihan itu pun bukan tanda tantangan. Tantangannya adalah bagaimana tetap mendapatkan legitimasi ketika tidak mengikuti logika khalayak. Salah satu pendekatan yang diambil adalah mengedepankan pertumbuhan substantif dengan tetap menjaga nilai-nilai.

Pilihan ini merupakan ikhtiar kembali menegaskan asumsi (baca: nilai-nilai) lama yang masih relevan dan di saat yang sama juga mengadopsi asumsi baru sebagai bentuk respons kreatif. Pilihan ini didasarkan pada prinsip al-muhafadhatu ala al-qadimi al-shalih wa al-akhdzu bi al-jadidi al-ashlah, memelihara tradisi lama yang baik dan mengambil tradisi baru yang lebih baik. Salah satu asumsi lama yang ditegaskan adalah kolegialitas, yang dipadukan dengan harmoni.

 

Kolegialitas yang memudar

Jika mempelajari tata kelola perguruan tinggi yang dijalankan, kita tidak mungkin menafikan nilai-nilai yang mendasarinya. Beragam kategorisasi ditemukan dalam literatur, baik klasik maupun modern.

Kita ambil saja salah satunya. Model tata kelola perguruan tinggi ada yang lebih dominan ke arah akademik, di kelompok satu, dan yang lebih dominan ke korporat, di kelompok lainnya. Distingsi ini pada tataran nilai pijakan utama. Dalam praktik, sangat mungkin terlihat ada irisan, meski berangkat dari nilai dominan yang berbeda.

Kelompok yang pertama mengedepankan kolegialitas. Dalam konteks ini, kolektivitas dalam pengambilan keputusan penting menjadi budaya. Iklim demokrasi tumbuh subur. Warga kampus tidak takut untuk menyatakan pendapat dengan argumentasi akademik. Namun di saat yang sama, konflik dianggap sebagai sesuatu yang tidak normal, karena dieliminasi oleh komunitas intelektual yang cenderung menjaga harmoni.

Ada dua model yang mungkin dimasukkan ke dalam kelompok kedua, yaitu model birokrasi dan model korporasi. Apa bedanya? Pada model birokrasi, ada pembagian jenjang dan kerja yang saklek. Termasuk di dalamnya adalah ukuran-ukuran administrasi yang kaku. Pendekatan yang digunakan adalah atas-bawah. Pada model korporasi, persaingan pasar dan pemenuhan kebutuhan konsumen sangat dominan.

Tata kelola model korporasi ini tidak dikenal di 1970an, tetapi sudah mendominasi untuk saat ini, terutama di perguruan tinggi di Amerika Serikat. Mereka sangat berorientasi kepada pasar. Persaingan menjadi konsekuensi logisnya.

Sampai level tertentu, persaingan ini dapat mengabaikan nilai-nilai baik yang seharusnya dijaga oleh perguruan tinggi, yang oleh banyak pihak dianggap sebagai salah satu benteng terakhir moralitas. Nilai-nilai dapat diabaikan untuk memenangkan persaingan, meski dalam banyak kesempatan yang dikhotbahkan adalah kolaborasi. Ini merupakan indikasi hipokrisi yang sangat nyata.

Sialnya, pendekatan ini juga diadopsi di banyak perguruan tinggi di belahan dunia yang lain. Tak ketinggalan juga perguruan tinggi di Indonesia. Bahkan, kebijakan negara pun didominasi pendekatan yang cenderung mengadopsi paham neoliberalisme ini.

Meski banyak kritik dialamatkan kepada tren ini, tetapi tampaknya gaungnya belum cukup membuat perubahan. Penekanan pada ‘harmoni kolegial’ untuk membingkai program di 2024 merupakan salah satu bentuk ‘perlawanan kecil’ UII. Semoga!

Tulisan ini sudah dimuat di UIINews edisi Oktober 2023.

Kekeringan yang tengah melanda warga di beberapa desa di wilayah Gunungkidul mengakibatkan semakin langka dan bahkan tidak ada lagi sumber mata air yang bisa dimanfaatkan oleh warga desa. Mata air yang sudah mulai mengering menjadikan beberapa warga desa semakin sulit mendapatkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Read more

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Ikhtiar Universitas Islam Indonesia (UII) meningkatkan kualitas di banyak aspek, kembali diapresiasi lembaga pemeringkatan bereputasi internasional. Kali ini, UII masuk Times Higher Education World University Rankings (THE WUR) 2024. 

Read more

Dalam rangka merayakan Hari Santri Nasional 2023, Direktorat Pondok Pesantren Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan Moslem Youth Competition (MYC) 2023, pada Ahad (22/10). Bertemakan “Santri Berdedikasi: Lestarikan Bumi dan Ibu Pertiwi”, babak final kegiatan perlombaan untuk siswa/i tingkat SMA/sederajat tersebut digelar di Auditorium Fakultas Teknologi Industri (FTI), Gedung K.H. Mas Mansur, Kampus Terpadu UII. Lomba tingkat nasional tersebut dihadiri para finalis lomba Hadroh dan Pidato yang berasal dari sejumlah sekolah.

Read more

Direktorat Pengembangan Akademik (DPA) Universitas Islam Indonesia (UII) melaksanakan “Workshop UIIKurikulum: Optimalisasi Penggunaan Aplikasi UIIKurikulum di Lingkungan Program Studi UII” pada Sabtu (21/10) di Ruang Teatrikal Lantai 1, Gedung Kuliah Umum (GKU) Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII.

Read more

Kunci kemajuan peradaban suatu bangsa adalah pembangunan yang merata dan memiliki dampak yang berkelanjutan di berbagai bidang. Memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang melimpah, menjadi salah satu keuntungan bagi Indonesia untuk menjadi negara dengan kekuatan ekonomi dan politik yang kuat, khusunya di wilayah Asia.

Read more

Sejumlah 12 mahasiswa Universiti Kuala Lumpur (UniKL) menjadi partisipan dalam kegiatan Indonesian Culture & Society (ICS) yang dilaksanakan Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) pada 3-14 Oktober 2023. Bertempat di Ruang Sidang Datar, Gedung Kuliah Umum Prof. Dr. Sardjito, Kampus Terpadu UII, Kaliurang, Jumat (13/10), rangkaian kegiatan ditutup dengan proyek presentasi dari tiap kelompok mengenai pembelajaran menarik yang diperoleh selama berada di Indonesia.

Read more

Sebanyak lebih dari 60 orang terdaftar sebagai peserta Bambooland Walk dan 100-an orang bergabung di platform daring zoom Bambooland Talk dalam gelaran acara Tetralogi Bambo, kerjasama sindikasi Bambooland Indonesia dan Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu 21 Oktober 2023.

Read more