Akhir-akhir ini, saya mencoba menghindari penggunaan kata pandemi dan Covid-19 dalam sambutan. Tapi, ternyata tidak selalu mudah. Mengapa ini penting? Paparan dari informasi terkait pandemi, ternyata dapat menimbulkan atau menambah tekanan atau stres bagi mereka yang tidak siap. Demikian temuan sebuah penelitian. Ini satu sisi.
Di sisi lain, pengurangan pemberitaan terkait Coivid-19, ternyata juga bisa membuat efek yang tidak diinginkan. Banyak dari kita yang lupa kalau pandemi masih mengancam, sehingga protokol kesehatan sebagai ikhtiar menghindari penularan, pun diabaikan begitu saja.
Saya pikir, yang diperlukan di sini adalah konsistensi menjaga akal tetap sehat. Kita memang tidak sedang baik-baik saja. Namun demikian, kita tetap harus menjaga harapan.
Kita perlu mengembangkan sikap optimisme yang terukur. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari melakukan langkah-langkah mitigasi untuk bertahan, berbenah dengan beragam adaptasi, sampai dengan melihat pandemi dari sudut pandang positifnya. Selain sebagai musibah yang perlu dimitigasi, pandemi juga insyaallah membawa beragam berkah.
Ketika pandemi menyerang di awal tahun ini, perhatian banyak berfokus ke sisi kesehatan, terutama kesehatan fisik. Tetapi, ketika pandemi sudah berlangsung agak lama, kita semakin sadar, banyak industri yang terdampak.
Sebagian industri bahkan terdampak sangat akut, seperti penerbangan dan pariwisata. Korbannya sudah berjatuhan. Kita bisa sebut beberapa contoh. Air Asia sudah merumahkan 2.400 pegawainya. Singapore Airline melakukan langkah serupa untuk 4.300 pegawainya. KLM memutus hubungan kerja dengan 5.000 pegawainya. Air France melakukannya ke 7.500 pegawainya. Daftar contoh ini dapat diperpanjang, karena banyak maskapai yang sudah di ambang kebangkrutan.
Namun sebaliknya, sebagian industri lain justru seakan mendapatkan durian runtuh, karena peluang yang dimunculkan oleh pandemi yang membatasi mobilitas fisik. Termasuk di dalamnya adalah industri penyedia layanan telekomunikasi, retail daring, layanan pendukung pembelajaran daring, dan obat-obatan. Satu contoh ekstrim: kekayaaan Eric Yuan, pendiri dan pemegang saham terbesar zoom, naik Rp 169 triliun hanya dalam waktu enam bulan atau naik Rp 10 juta per detik (!).
Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pandemi ini. Mari kita lakukan refleksi atas apa yang sudah terjadi dan masuk dalam radar kita.
Salah satunya adalah bagaimana pendemi telah memaksa untuk mengasah kurva pembelajaran dalam waktu yang singkat. Kita dilatih membaca situasi dengan cermat dan sekaligus meresponsnya dengan keputusan cepat.
Konsep dan praktik lampau perlu dimaknai kembali. Sebagian bisa didesain ulang, sebagian lainnya, sudah saatnya ditinggalkan dan diganti. Niat utamanya adalah menjadikan organisasi kita menjadi lebih lincah dan tahan banting. Keputusan yang sudah dibuat pun perlu dikawal dengan komitmen.
Kala pandemi ini adalah saat berbenah. Model bisnis baru tersebut (seperti penggunaan layanan daring), hasil berbenah, sangat mungkin menjadi bagian permanen. Model bisnis baru ini bahkan bisa jadi terputus dengan yang sebelumnya, untuk bertahan.
Kita bisa ambil beberapa contoh. Thai Airways yang membuka bisnis kuliner dan berencana menjadikannya jaringan waralaba dan Singapore Air yang menawarkan pengalaman unik menikmati makan di dalam pesawat di landasan. Bisnis inti mereka masih di sektor penerbangan, yang model bisnisnya pun, yang sudah disesuaikan di banyak hal, termasuk terkait dengan protokol kesehatan.
Saya yakin, ada akan titik keseimbangan baru yang terbentuk, meski mungkin tidak terasa nyaman untuk semua orang. Misalnya, penyedia barang atau layanan (seperti pelaku ekonomi) akan merasa terbiasa, khalayak pun menyambutnya. Karenanya, bahkan insyaallah tidak mustahil, model bisnis baru tersebut perlu ditingkatkan skalanya.
Jika dibutuhkan rumus singkat, apa yang perlu kita lakukan, adalah: (1) lakukan refleksi, (2) ambil keputusan dengan cepat, (3) jalani pilihan dengan penuh komitmen, (4) jadikan sebagai bagian proses sehari-hari, dan (5) tingkatkan skalanya.
Saat ini, kita tidak punya banyak pilihan, tapi bukan alasan untuk berpangku tangan. Mengharapkan pandemi tiba-tiba berakhir hanya seperti menunggu Bang Thoyib yang tak kunjung pulang. Waktu terus berjalan. Sayang sekali jika terlewat tanpa perubahan bermakna yang kita lakukan untuk pijakan lompatan ke depan.
Saya mengajak kita semua untuk menyudahi ratapan. Mari semai dan pupuk harapan. Adaptasikan diri kita. Sesuaikan model bisnis kita. Bantu mereka yang rentan untuk kembali menggeliat dan bangkit. Tak lupa, doa terbaik kepada Sang Pencipta terus terpanjatkan.
Kombinasi semua ini nampaknya dapat menjadi semacam ikrar damai dengan pandemi. Wallahualam.
Sambutan pada pembukaan Growth Festival 2020 yang diselenggarakan oleh Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia pada 17 November 2020.
Sinergi Bangkitkan UMKM di Kala Pandemi
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi DIY, Ir. Srie Nurkyatsiwi, M.M.A mengapresiasi langkah Universitas Islam Indonesia (UII) yang membuka platform pasar daring Warung Rakyat selama pandemi. Platform tersebut digunakan para pelaku usaha lokal untuk memasarkan barangnya secara online. Setidaknya sekitar 500 lebih pengusaha di beberapa wilayah di Jogja sudah tergabung dalam platform ini.
Hal itu disampaikannya dalam Webinar Growth Festival IBISMA UII yang diselenggarakan secara daring di UII belum lama ini. “Warung rakyat menjadi gambaran bagian dari peran perguruan tinggi untuk membangkitkan pelaku usaha yang sekarang semuanya mengalami kontraksi berbeda-beda. Dari kontraksi yang berbeda-beda antar pelaku usaha diharapkan menciptakan kolaborasi yang baik. Ada tujuan yang harus kita capai bersama-sama, siapa yang harus berbuat apa, apa yang harus dilakukan agar tepat sasaran,” ujarnya.
Read more
Kiat Menjadi UMKM Profesional
Dr. Jacky Mussry, Presiden International Council for Small Business (ICSB) Indonesia menyampaikan pelaku usaha UMKM tidak hanya dapat mengandalkan dana yang diberikan pemerintah. UMKM juga harus membangun dan membangkitkan sendiri usahanya melalui cara-cara dan inovasi baru. Hal itu disampaikannya dalam acara Webinar IBISMA Growth Festival yang diadakan secara daring di UII belum lama ini. Dalam webinar ini, ia banyak memberikan gambaran bagaimana ICSB menggerakkan bisnis pada sektor UMKM serta memberikan tips dan trik untuk bertahan ataupun bangkit disaat krisis.
Read more
UII Kembangkan Bahan Alam Menjadi Nanopartikel
Kurun waktu sepuluh tahun terakhir nanoteknologi berkembang pesat di berbagai aspek, termasuk dalam bidang farmasi. Para ahli percaya, nanopartikel mampu membuahkan khasiat yang lebih unggul dibandingkan produk biasa. Pasalnya, dimensi nano akan membantu kelarutan suatu partikel di dalam air yang mempercepat proses absorbsi.
Read more
Strategi Wujudkan Kampus Bersemangat Kewirausahaan
Universitas yang ingin membangun semangat wirausaha tidak hanya mengandalkan mahasiswanya saja melainkan juga seluruh civitas akademika. Terdapat strategi pendekatan triangular yang diimplementasikan di Universitas Islam Indonesia untuk menciptakan lingkungan kewirausahan dalam lingkungan universitas. Pendekatan tersebut meliputi graduate entrepreneurship, entrepreneur creation, dan business university collaboration.
Read more
Larangan Riba di Dalam Alqur’an
Umat Islam dilarang mengambil riba dan melibatkan diri dengan riba. Keharamannya yang sudah jelas bersumber dari beberapa surah di Al-qur’an dan Hadist Rasulullah Saw. Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, dan setiap kegiatan usaha haruslah berdasarkan prinsip syariah dan kehati-hatian. Pembahasan mengenai riba tersebut menjadi topik bahasan dalam Webinar Series on Islamic Economics yang diadakan oleh Program Studi Ekonomi Islam, Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (FIAI UII), pada Selasa (17/11). Read more
Munculnya Islamphobia di Dunia Barat
Menjaga hak-hak minoritas etnis dan agama merupakan bagian dari Hak Asasi Manusia (HAM). Setiap individu berhak menentukan agama yang akan dianutnya dan setiap negara harus menjamin kesetaraan semua warga negara. Akan tetapi yang terjadi saat ini adalah kaum muslim minoritas di Eropa selalu menghadapi ancaman, pembatasan dan larangan. Terlebih lagi media yang menjadikan islamphobia dan cara warga Eropa memandang Islam semakin memburuk.
Read more
UII Gelar Growth Festival 2020
Inkubasi Bisnis dan Inovasi Bersama Universitas Islam Indonesia (IBISMA UII) tahun ini kembali menggelar Growth Festival. Seluruh acara, mulai dari rangkaian webinar, temu bisnis, pameran, hingga pitching dilakukan sepenuhnya secara daring, mengingat kondisi pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret silam. Sambutan Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dan Bupati Sleman Dr. H. Sri Purnomo M.Si., Selasa (17/11) menjadi pembuka agenda tahunan ini.
Read more
Berdamai dengan Pandemi?
Akhir-akhir ini, saya mencoba menghindari penggunaan kata pandemi dan Covid-19 dalam sambutan. Tapi, ternyata tidak selalu mudah. Mengapa ini penting? Paparan dari informasi terkait pandemi, ternyata dapat menimbulkan atau menambah tekanan atau stres bagi mereka yang tidak siap. Demikian temuan sebuah penelitian. Ini satu sisi.
Di sisi lain, pengurangan pemberitaan terkait Coivid-19, ternyata juga bisa membuat efek yang tidak diinginkan. Banyak dari kita yang lupa kalau pandemi masih mengancam, sehingga protokol kesehatan sebagai ikhtiar menghindari penularan, pun diabaikan begitu saja.
Saya pikir, yang diperlukan di sini adalah konsistensi menjaga akal tetap sehat. Kita memang tidak sedang baik-baik saja. Namun demikian, kita tetap harus menjaga harapan.
Kita perlu mengembangkan sikap optimisme yang terukur. Bentuknya bisa bermacam-macam, mulai dari melakukan langkah-langkah mitigasi untuk bertahan, berbenah dengan beragam adaptasi, sampai dengan melihat pandemi dari sudut pandang positifnya. Selain sebagai musibah yang perlu dimitigasi, pandemi juga insyaallah membawa beragam berkah.
Ketika pandemi menyerang di awal tahun ini, perhatian banyak berfokus ke sisi kesehatan, terutama kesehatan fisik. Tetapi, ketika pandemi sudah berlangsung agak lama, kita semakin sadar, banyak industri yang terdampak.
Sebagian industri bahkan terdampak sangat akut, seperti penerbangan dan pariwisata. Korbannya sudah berjatuhan. Kita bisa sebut beberapa contoh. Air Asia sudah merumahkan 2.400 pegawainya. Singapore Airline melakukan langkah serupa untuk 4.300 pegawainya. KLM memutus hubungan kerja dengan 5.000 pegawainya. Air France melakukannya ke 7.500 pegawainya. Daftar contoh ini dapat diperpanjang, karena banyak maskapai yang sudah di ambang kebangkrutan.
Namun sebaliknya, sebagian industri lain justru seakan mendapatkan durian runtuh, karena peluang yang dimunculkan oleh pandemi yang membatasi mobilitas fisik. Termasuk di dalamnya adalah industri penyedia layanan telekomunikasi, retail daring, layanan pendukung pembelajaran daring, dan obat-obatan. Satu contoh ekstrim: kekayaaan Eric Yuan, pendiri dan pemegang saham terbesar zoom, naik Rp 169 triliun hanya dalam waktu enam bulan atau naik Rp 10 juta per detik (!).
Ada banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari pandemi ini. Mari kita lakukan refleksi atas apa yang sudah terjadi dan masuk dalam radar kita.
Salah satunya adalah bagaimana pendemi telah memaksa untuk mengasah kurva pembelajaran dalam waktu yang singkat. Kita dilatih membaca situasi dengan cermat dan sekaligus meresponsnya dengan keputusan cepat.
Konsep dan praktik lampau perlu dimaknai kembali. Sebagian bisa didesain ulang, sebagian lainnya, sudah saatnya ditinggalkan dan diganti. Niat utamanya adalah menjadikan organisasi kita menjadi lebih lincah dan tahan banting. Keputusan yang sudah dibuat pun perlu dikawal dengan komitmen.
Kala pandemi ini adalah saat berbenah. Model bisnis baru tersebut (seperti penggunaan layanan daring), hasil berbenah, sangat mungkin menjadi bagian permanen. Model bisnis baru ini bahkan bisa jadi terputus dengan yang sebelumnya, untuk bertahan.
Kita bisa ambil beberapa contoh. Thai Airways yang membuka bisnis kuliner dan berencana menjadikannya jaringan waralaba dan Singapore Air yang menawarkan pengalaman unik menikmati makan di dalam pesawat di landasan. Bisnis inti mereka masih di sektor penerbangan, yang model bisnisnya pun, yang sudah disesuaikan di banyak hal, termasuk terkait dengan protokol kesehatan.
Saya yakin, ada akan titik keseimbangan baru yang terbentuk, meski mungkin tidak terasa nyaman untuk semua orang. Misalnya, penyedia barang atau layanan (seperti pelaku ekonomi) akan merasa terbiasa, khalayak pun menyambutnya. Karenanya, bahkan insyaallah tidak mustahil, model bisnis baru tersebut perlu ditingkatkan skalanya.
Jika dibutuhkan rumus singkat, apa yang perlu kita lakukan, adalah: (1) lakukan refleksi, (2) ambil keputusan dengan cepat, (3) jalani pilihan dengan penuh komitmen, (4) jadikan sebagai bagian proses sehari-hari, dan (5) tingkatkan skalanya.
Saat ini, kita tidak punya banyak pilihan, tapi bukan alasan untuk berpangku tangan. Mengharapkan pandemi tiba-tiba berakhir hanya seperti menunggu Bang Thoyib yang tak kunjung pulang. Waktu terus berjalan. Sayang sekali jika terlewat tanpa perubahan bermakna yang kita lakukan untuk pijakan lompatan ke depan.
Saya mengajak kita semua untuk menyudahi ratapan. Mari semai dan pupuk harapan. Adaptasikan diri kita. Sesuaikan model bisnis kita. Bantu mereka yang rentan untuk kembali menggeliat dan bangkit. Tak lupa, doa terbaik kepada Sang Pencipta terus terpanjatkan.
Kombinasi semua ini nampaknya dapat menjadi semacam ikrar damai dengan pandemi. Wallahualam.
Sambutan pada pembukaan Growth Festival 2020 yang diselenggarakan oleh Simpul Tumbuh Universitas Islam Indonesia pada 17 November 2020.
Perbankan Syariah Belum Mampu Dominasi Sektor Jasa Keuangan
Market share keuangan syariah di Indonesia sebagai negara berpopulasi muslim terbesar terus mengalami peningkatan dibandingkan sektor keuangan konvensional. Khususnya pertumbuhan market share perbankan syariah, dinilai tetap solid di tengah krisis dan justru semakin menanjak. Pewarisan sistem yang baik dari perbankan syariah ini perlu dijaga konsistensinya dari tahun ke tahun.
Sebagaimana disampaikan Banjaran Surya Indrastomo, Ph.D dalam diskusi daring bertajuk “Merger Tiga Bank Syariah BUMN, Apa Manfaatnya Bagi Bangsa?”. Kegiatan ini diselenggarakan Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) bekerjasama dengan Forum Silaturahmi Advokat Alumni FH UII. Narasumber lain yang turut hadir yakni Dosen FH UII, Dr. Siti Anisah, M.Hum.
Read more
Tips Produktif Menulis di Tengah Pandemi
Menulis merupakan suatu pemberian manfaat kepada orang lain. Sama halnya dengan meneliti, hasil karya yang ditulis merupakan suatu karya monumental sumbangsih dari si penulis bagi pembacanya. Karena di dalamnya lahir gagasan dan pemikiran. Keterampilan menulis sebagian besarnya dapat diperoleh dengan banyak membaca. Dengan membaca mampu memperkaya kosa kata.
Read more