Untuk kelulusan Saudara, atas nama UII, saya mengucapkan selamat. Semoga di hadapan Saudara terbentang jalan terang untuk meneguhkan khidmat di tengah-tengah masyarakat.
Barengi capaian ini dengan ungkapan syukur kepada Allah yang tak pernah lupa meliputi kehidupan Saudara dengan guyuran nikmat yang tak pernah tersendat. Jangan sampai kesibukan dengan beragam aktivitas yang menjauhkan Saudara dari bermunajat kepada Zat yang Maha Hebat.
Wujud syukur juga bisa mewujud dalam ungkapan terima kasih kepada orang-orang yang telah berandil dalam studi Saudara, terutama orang tua. Mereka telah mengorbankan banyak hal yang bahkan di luar perkiraan Saudara. Doa mereka kepada Saudara tidak pernah terputus. Tidak terhitung sudah berapa malam sajadah terbasahi oleh air mata orang tua Saudara sebagai pertanda keinginan yang kuat ingin melihat Saudara berhasil dan bahagia.
Bekal berharga
Inilah saatnya Saudara mulai membuka pintu gerbang membuka halaman baru dalam kehidupan Saudara. Bekal ilmu dan kecakapan yang sudah Saudara timba di kampus, insyaallah sudah cukup menjadi modal berkarya. Namun, selalu asah kecakapan diri dengan terus belajar.
Dunia terus berubah, dalam kecepatan yang sulit dibayangkan dan arah yang tidak mudah diprediksi. Dengan terus belajar, Saudara akan selalu adaptif.
Jangan lupa, kehidupan kampus tidak hanya membekali Saudara dengan beragam kecakapan. Ada harta karun lain yang sering dilupakan: kampus adalah tempat menyemai dan membangun jaringan.
Karenanya, mumpung masih segar, sebagai alumni, saya juga mengajak Saudara untuk bergabung dengan Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (IKA UII) di daerah tempat Saudara nanti berkarya.
Insyaallah dengan demikian, Saudara akan tetap terhubung dengan sumber energi positif yang saling mengingatkan dan saling meningkatkan.
Peduli Palestina
Acara wisuda kali ini dikemas dengan agak berbeda. Tema yang diangkat adalah peduli Palestina.
Saya yakin, dunia berkarya akan menantang, tetapi semua itu jangan sampai menumpulkan nurani kita dan menjadi abai dengan sesama. Saya termasuk yang percaya, semoga juga Saudara, kasih yang kita berikan kepada sesama, justru akan membuka berjuta pintu kebaikan dan kemudahan.
Tema ini diangkat untuk mengasah sisi kemanusiaan kita melihat kesewenang-wenangan terjadi.
Saya juga berdoa, momentum ini dapat menambah rasa syukur kita karena hidup di Indonesia yang damai, meski tetap dengan banyak perkerjaan rumah yang menunggu diselesaikan.
Tema wisuda ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengusik kebahagiaan Saudara di hari ini. Justru sebaliknya, kisah Palestina berikut justru diharapkan menambah kelezatan nikmat yang kita terima hari ini, karena apa yang menurut kita sesuatu yang lumrah, ternyata menjadi kesempatan mewah saudara-saudara kita di Palestina.
Bagi Saudara yang karena kesibukan tidak sempat mengikuti perkembangan mutakhir, izinkan saya merangkumnya sebagai berikut.
Menurut data yang dihimpun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (ochaopt.org), sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2023, jumlah korban jiwa di Palestina sudah mencapai lebih dari 35.000, sedangkan lebih dari 79.000 lainnya mengalami luka-luka. Lebih dari 70.000 rumah rusak, dan sekitar 1,7 juta jiwa kehilangan tempat tinggal.
Sampai hari ini, belum ada tanda-tanda serangan tersebut akan dihentikan, meskipun beragam lembaga dunia sudah berteriak untuk meminta penghentian.
Ini ada cerita miris dari penjajahan yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina. Israel sudah sejak lama menjalankan politik apartheid berupa “tindakan tidak manusiawi yang dilakukan demi membangun dan melanggengkan dominasi oleh satu kelompok rasial terhadap kelompok rasial lainnya, dan secara sistematis bersifat menindas”. Mereka juga telah melakukan genosida secara bertahap (Chomsky & Pappé, 2016), berupa pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkannya dari muka bumi.
Saat ini, semakin banyak negara di dunia yang mengakui negara Palestina. Selasa lalu (21/05/2024), Spanyol, Irlandia, dan Norwegia secara resmi menyatakan pengakuan ini yang berlalu efektif mulai 28 Mei 2024. Pengakuan ini telah membuat Perdana Menteri Israel geram.
Indonesia sendiri sudah mengakui secara resmi negara Palestina pada 1988, beberapa saat setelah Palestina diproklamasikan sebagai negara merdeka, pada 15 November 1988. Proklamasi itu dilakukan oleh Yasser Arafat, Pimpinan PLO (Palestine Liberation Organization, Organisasi Pembebasan Palestina) dari Aljazair.
Sebanyak 144 dari 193 negara anggota PBB telah menyetujui Palestina bergabung ke PBB (Reuters, 2024). Meski demikian, sebagian kecil negara lain, tidak menyetujui, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara di Eropa Barat (Aljazeera, 2024). Sampai hari ini, Palestina belum bisa menjadi anggota penuh PBB. Pada April lalu, Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk menolak usulan tersebut (UN, 2024).
Hipokrisi dunia
Ini menjadi bukti bahwa banyak negara di dunia yang menggunakan standar ganja dalam menyikapi kasus Palestina. Kita menyaksikan hipokrisi atau kemunafikan yang nyata di pentas dunia.
Hari ini, melalui mimbar ini, saya mengajak semua wisudawan dan hadirin sekalian, untuk meningkatkan empati atas penjajahan yang terjadi di Palestina. Kita bisa sisihkan sebagian rezeki untuk membantu mereka. Banyak lembaga yang menggalang dana. UII juga menggalang melalui UIIPeduli.
UII juga sudah sejak lama memberikan beasiswa ke mahasiswa dari Palestina: lima kursi per tahun, meski tidak selalu terpenuhi, karena beragam alasan. UII juga mengirimkan bantuan ke sana, baik melalui Kedutaan Palestina di Jakarta, maupun melalui lembaga kemanusiaan yang beraktivitas di sana, seperti MER-C yang mengelola Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Kita bisa jika lantangkan suara kita untuk mendukung mereka. Apa yang kita lakukan hari ini adalah bagian dari itu. Kita bisa juga sisipkan doa untuk dilangitkan demi kebaikan dan perdamaian permanen di Bumi Palestina.
Tidak perlu menjadi muslim untuk tersentuh dengan tragedi kemanusiaan yang ada di Palestina. Yang kita perlukan hanyalah dengan tetap menjadi manusia yang jujur dan tidak kehilangan nurani dan kemanusiaannya.
Palestina dalam penantian
Izinkan saya menutup sambutan ini dengan membacakan sebuah puisi tentang Palestina yang ditulis oleh Riyam Kafri Abu Laban. Riyam adalah profesor kimia di Universitas Al-Quds. Dia lulusan Universitas Tenesse, Amerika Serika. Alih-alih memilih menetap berkarier di Amerika Serikat, dia memilih pulang ke Palestina untuk mengajar dan menulis.
Berikut adalah puisi karya Profesor Riyam, untuk menjadi wasilah dalam mengasah empati kita. Puisi tersebut saya terjemahkan. Puisi ini menjadi penutup buku Palestine speaks: Narratives of life under occupation, yang disunting oleh Hoke dan Malek (2014).
Jika diperlukan, sila pejamkan mata ketika mendengarkan puisi ini.
Dalam Penantian
Oleh Riyam Kafri Abu Laban
Selamat datang di tanah penantian. Orang-orang di sini lahir dalam penantian.
Menanti untuk kembali ke tanah air yang hilang, dan, dari yang terlihat, dalam momen-momen paling putus asa, hilang selamanya.
Menanti untuk kembali ke rumah yang masih mereka pegang kuncinya di tangan, dan ingatan di hati; sebuah gambar yang tersembunyi dalam lipatan mimpi mereka, dan yang, sayangnya, dalam momen-momen paling realistis mereka tahu tidak lagi ada.
Di Palestina kau menanti Ramadan, seperti menanti napas segar di restoran penuh sesak di Kota New York. Kau menanti izin untuk bepergian. Kau menanti sekolah dibuka, menanti pemogokan berakhir, menanti pos pemeriksaan dihapus, menanti puing-puing kecelakaan dibersihkan. Kau menanti Jembatan Allenby kosong, menanti dokter yang akhirnya datang tepat waktu.
Di Palestina kau menanti. Kau menanti mimpimu menjadi kenyataan.
Kau menanti untuk meninggalkan kamp pengungsi, kau menanti untuk meninggalkan desa, kau menanti untuk tiba di Ramallah, kau menanti takdir untuk memelukmu—tapi dia sebenarnya tidak pernah melakukannya. Faktanya, di perhentian pertama dia menamparmu keras di wajah dan meninggalkan bekasnya padamu, dan kemudian kau menghabiskan seumur hidup menanti luka itu sembuh. Itu tidak pernah sembuh.
Di Palestina kau menanti untuk lulus, kau menanti untuk mendapatkan pekerjaan, kau menanti pekerjaan berikutnya lebih baik daripada yang pertama.
Di Palestina kau menanti untuk menikah, kemudian kau menanti untuk memiliki anak, kemudian kau menanti mereka tumbuh. Kemudian kau menanti mereka menjadi dokter—tapi percayalah, mereka tidak akan.
Di Palestina kau menanti dalam antrean tanpa akhir untuk menerima izin melihat Palestina yang milikmu. Dan setelah akhirnya kau mendapatkan kesempatan untuk melihatnya, kau menyadari bahwa dia tidak terlihat seperti yang digambarkan oleh kakek-nenekmu, dan tidak seperti negara yang ibumu tangisi. Kau menanti untuk melihatnya, hanya untuk menyadari bahwa dia telah bergerak maju, dan tidak menantimu.
Di Palestina kau menanti kelahiran seorang anak dengan cemas, dengan harapan dia tidak akan lahir di pos pemeriksaan.
Di Palestina kau menanti serangan kelaparan berakhir. Kau menanti putra dan putri dibebaskan dari penjara—hanya untuk ditangkap lagi, di pos pemeriksaan berikutnya saat mereka berusaha mencari pekerjaan dan memulai hidup.
Di Palestina kau menanti gaji hanya untuk dibajak oleh pembayaran utang kelaparan dan harga bensin yang membara.
Di Palestina, kau menanti tanpa akhir di Qalandiya untuk pulang. Terus menanti. Ini mungkin memakan waktu berjam-jam.
Kau menanti musim panas berakhir dengan harapan bahwa musim dingin akan membawa lebih banyak kedamaian, dan kau menanti musim dingin berakhir dengan harapan bahwa musim panas akan membawa lebih banyak kehangatan.
Di Palestina kau menanti segalanya dan semua orang.
Di Palestina kau menanti letusan berikutnya, Intifadah berikutnya, serangan berikutnya, perang berikutnya—yang selalu datang.
Epilog
Saya yakin, setelah mengetahui kisah nestapa Palestina, Saudara akan menjadi manusia yang lebih bersyukur dan menggunakan segenap kesempatan untuk berbuat baik kepada sesama.
Izinkan saya mengakhiri sambutan ini, dengan iringan doa, semoga Allah senantiasa melindungi orang-orang yang masih menjaga kemanusiaannya, termasuk kita, di muka bumi ini, dan memberikan hidayah kepada mereka yang lupa dengan kemanusiaannya.
Referensi
Aljazeera (2024, 22 Mei). Mapping which countries recognise Palestine in 2024. Aljazeera, https://www.aljazeera.com/news/2024/5/22/mapping-which-countries-recognise-palestine-in-2024
Chomsky, N., & Pappé, I. (2016). On Palestine. Penguin.
Hoke, M., & Malek, C. (Ed.). (2014). Palestine speaks: Narratives of life under occupation. McSweeney’s.
Reuters (2024, 22 Mei). Israel infuriated by Ireland, Spain, and Norway’s recognition of a Palestinian state. Reuters, https://www.reuters.com/world/europe/ireland-recognise-palestinian-state-2024-05-22/
United Nations (UN) (2024, 18 April). Security council fails to recommend full united nations membership for State of Palestine, owing to veto cast by United States, https://press.un.org/en/2024/sc15670.doc.htm
Sambutan pada acara wisuda Universitas Islam Indonesia pada 25 Mei 2024
UII Tunjukan Empati atas Penjajahan di Palestina pada Pelaksanaan Wisuda
Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar prosesi wisuda pada jenjang Doktor, Magister, Sarjana, dan Diploma Periode V Tahun Akademik 2023/2024. Pada periode ini UII menambah 676 alumni terdiri dari 3 doktor, 91 magister, 581 sarjana, dan 1 ahli madya. Sejak berdirinya hingga saat ini UII telah meluluskan 126.059 alumni. Berbeda dengan pelaksanaan wisuda sebelumnya, acara wisuda UII yang digelar dua hari, Sabtu-Minggu (25-26/5), dikemas dengan mengangkat tema Peduli Palestina.
Read more
Palestina dan Kemanusiaan Kita
Untuk kelulusan Saudara, atas nama UII, saya mengucapkan selamat. Semoga di hadapan Saudara terbentang jalan terang untuk meneguhkan khidmat di tengah-tengah masyarakat.
Barengi capaian ini dengan ungkapan syukur kepada Allah yang tak pernah lupa meliputi kehidupan Saudara dengan guyuran nikmat yang tak pernah tersendat. Jangan sampai kesibukan dengan beragam aktivitas yang menjauhkan Saudara dari bermunajat kepada Zat yang Maha Hebat.
Wujud syukur juga bisa mewujud dalam ungkapan terima kasih kepada orang-orang yang telah berandil dalam studi Saudara, terutama orang tua. Mereka telah mengorbankan banyak hal yang bahkan di luar perkiraan Saudara. Doa mereka kepada Saudara tidak pernah terputus. Tidak terhitung sudah berapa malam sajadah terbasahi oleh air mata orang tua Saudara sebagai pertanda keinginan yang kuat ingin melihat Saudara berhasil dan bahagia.
Bekal berharga
Inilah saatnya Saudara mulai membuka pintu gerbang membuka halaman baru dalam kehidupan Saudara. Bekal ilmu dan kecakapan yang sudah Saudara timba di kampus, insyaallah sudah cukup menjadi modal berkarya. Namun, selalu asah kecakapan diri dengan terus belajar.
Dunia terus berubah, dalam kecepatan yang sulit dibayangkan dan arah yang tidak mudah diprediksi. Dengan terus belajar, Saudara akan selalu adaptif.
Jangan lupa, kehidupan kampus tidak hanya membekali Saudara dengan beragam kecakapan. Ada harta karun lain yang sering dilupakan: kampus adalah tempat menyemai dan membangun jaringan.
Karenanya, mumpung masih segar, sebagai alumni, saya juga mengajak Saudara untuk bergabung dengan Ikatan Keluarga Alumni Universitas Islam Indonesia (IKA UII) di daerah tempat Saudara nanti berkarya.
Insyaallah dengan demikian, Saudara akan tetap terhubung dengan sumber energi positif yang saling mengingatkan dan saling meningkatkan.
Peduli Palestina
Acara wisuda kali ini dikemas dengan agak berbeda. Tema yang diangkat adalah peduli Palestina.
Saya yakin, dunia berkarya akan menantang, tetapi semua itu jangan sampai menumpulkan nurani kita dan menjadi abai dengan sesama. Saya termasuk yang percaya, semoga juga Saudara, kasih yang kita berikan kepada sesama, justru akan membuka berjuta pintu kebaikan dan kemudahan.
Tema ini diangkat untuk mengasah sisi kemanusiaan kita melihat kesewenang-wenangan terjadi.
Saya juga berdoa, momentum ini dapat menambah rasa syukur kita karena hidup di Indonesia yang damai, meski tetap dengan banyak perkerjaan rumah yang menunggu diselesaikan.
Tema wisuda ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengusik kebahagiaan Saudara di hari ini. Justru sebaliknya, kisah Palestina berikut justru diharapkan menambah kelezatan nikmat yang kita terima hari ini, karena apa yang menurut kita sesuatu yang lumrah, ternyata menjadi kesempatan mewah saudara-saudara kita di Palestina.
Bagi Saudara yang karena kesibukan tidak sempat mengikuti perkembangan mutakhir, izinkan saya merangkumnya sebagai berikut.
Menurut data yang dihimpun oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) (ochaopt.org), sejak serangan Israel pada 7 Oktober 2023, jumlah korban jiwa di Palestina sudah mencapai lebih dari 35.000, sedangkan lebih dari 79.000 lainnya mengalami luka-luka. Lebih dari 70.000 rumah rusak, dan sekitar 1,7 juta jiwa kehilangan tempat tinggal.
Sampai hari ini, belum ada tanda-tanda serangan tersebut akan dihentikan, meskipun beragam lembaga dunia sudah berteriak untuk meminta penghentian.
Ini ada cerita miris dari penjajahan yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina. Israel sudah sejak lama menjalankan politik apartheid berupa “tindakan tidak manusiawi yang dilakukan demi membangun dan melanggengkan dominasi oleh satu kelompok rasial terhadap kelompok rasial lainnya, dan secara sistematis bersifat menindas”. Mereka juga telah melakukan genosida secara bertahap (Chomsky & Pappé, 2016), berupa pembantaian besar-besaran secara sistematis terhadap satu atau sekelompok suku bangsa dengan maksud memusnahkannya dari muka bumi.
Saat ini, semakin banyak negara di dunia yang mengakui negara Palestina. Selasa lalu (21/05/2024), Spanyol, Irlandia, dan Norwegia secara resmi menyatakan pengakuan ini yang berlalu efektif mulai 28 Mei 2024. Pengakuan ini telah membuat Perdana Menteri Israel geram.
Indonesia sendiri sudah mengakui secara resmi negara Palestina pada 1988, beberapa saat setelah Palestina diproklamasikan sebagai negara merdeka, pada 15 November 1988. Proklamasi itu dilakukan oleh Yasser Arafat, Pimpinan PLO (Palestine Liberation Organization, Organisasi Pembebasan Palestina) dari Aljazair.
Sebanyak 144 dari 193 negara anggota PBB telah menyetujui Palestina bergabung ke PBB (Reuters, 2024). Meski demikian, sebagian kecil negara lain, tidak menyetujui, termasuk Amerika Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Korea Selatan, dan beberapa negara di Eropa Barat (Aljazeera, 2024). Sampai hari ini, Palestina belum bisa menjadi anggota penuh PBB. Pada April lalu, Amerika Serikat menggunakan hak vetonya untuk menolak usulan tersebut (UN, 2024).
Hipokrisi dunia
Ini menjadi bukti bahwa banyak negara di dunia yang menggunakan standar ganja dalam menyikapi kasus Palestina. Kita menyaksikan hipokrisi atau kemunafikan yang nyata di pentas dunia.
Hari ini, melalui mimbar ini, saya mengajak semua wisudawan dan hadirin sekalian, untuk meningkatkan empati atas penjajahan yang terjadi di Palestina. Kita bisa sisihkan sebagian rezeki untuk membantu mereka. Banyak lembaga yang menggalang dana. UII juga menggalang melalui UIIPeduli.
UII juga sudah sejak lama memberikan beasiswa ke mahasiswa dari Palestina: lima kursi per tahun, meski tidak selalu terpenuhi, karena beragam alasan. UII juga mengirimkan bantuan ke sana, baik melalui Kedutaan Palestina di Jakarta, maupun melalui lembaga kemanusiaan yang beraktivitas di sana, seperti MER-C yang mengelola Rumah Sakit Indonesia di Gaza.
Kita bisa jika lantangkan suara kita untuk mendukung mereka. Apa yang kita lakukan hari ini adalah bagian dari itu. Kita bisa juga sisipkan doa untuk dilangitkan demi kebaikan dan perdamaian permanen di Bumi Palestina.
Tidak perlu menjadi muslim untuk tersentuh dengan tragedi kemanusiaan yang ada di Palestina. Yang kita perlukan hanyalah dengan tetap menjadi manusia yang jujur dan tidak kehilangan nurani dan kemanusiaannya.
Palestina dalam penantian
Izinkan saya menutup sambutan ini dengan membacakan sebuah puisi tentang Palestina yang ditulis oleh Riyam Kafri Abu Laban. Riyam adalah profesor kimia di Universitas Al-Quds. Dia lulusan Universitas Tenesse, Amerika Serika. Alih-alih memilih menetap berkarier di Amerika Serikat, dia memilih pulang ke Palestina untuk mengajar dan menulis.
Berikut adalah puisi karya Profesor Riyam, untuk menjadi wasilah dalam mengasah empati kita. Puisi tersebut saya terjemahkan. Puisi ini menjadi penutup buku Palestine speaks: Narratives of life under occupation, yang disunting oleh Hoke dan Malek (2014).
Jika diperlukan, sila pejamkan mata ketika mendengarkan puisi ini.
Dalam Penantian
Oleh Riyam Kafri Abu Laban
Selamat datang di tanah penantian. Orang-orang di sini lahir dalam penantian.
Menanti untuk kembali ke tanah air yang hilang, dan, dari yang terlihat, dalam momen-momen paling putus asa, hilang selamanya.
Menanti untuk kembali ke rumah yang masih mereka pegang kuncinya di tangan, dan ingatan di hati; sebuah gambar yang tersembunyi dalam lipatan mimpi mereka, dan yang, sayangnya, dalam momen-momen paling realistis mereka tahu tidak lagi ada.
Di Palestina kau menanti Ramadan, seperti menanti napas segar di restoran penuh sesak di Kota New York. Kau menanti izin untuk bepergian. Kau menanti sekolah dibuka, menanti pemogokan berakhir, menanti pos pemeriksaan dihapus, menanti puing-puing kecelakaan dibersihkan. Kau menanti Jembatan Allenby kosong, menanti dokter yang akhirnya datang tepat waktu.
Di Palestina kau menanti. Kau menanti mimpimu menjadi kenyataan.
Kau menanti untuk meninggalkan kamp pengungsi, kau menanti untuk meninggalkan desa, kau menanti untuk tiba di Ramallah, kau menanti takdir untuk memelukmu—tapi dia sebenarnya tidak pernah melakukannya. Faktanya, di perhentian pertama dia menamparmu keras di wajah dan meninggalkan bekasnya padamu, dan kemudian kau menghabiskan seumur hidup menanti luka itu sembuh. Itu tidak pernah sembuh.
Di Palestina kau menanti untuk lulus, kau menanti untuk mendapatkan pekerjaan, kau menanti pekerjaan berikutnya lebih baik daripada yang pertama.
Di Palestina kau menanti untuk menikah, kemudian kau menanti untuk memiliki anak, kemudian kau menanti mereka tumbuh. Kemudian kau menanti mereka menjadi dokter—tapi percayalah, mereka tidak akan.
Di Palestina kau menanti dalam antrean tanpa akhir untuk menerima izin melihat Palestina yang milikmu. Dan setelah akhirnya kau mendapatkan kesempatan untuk melihatnya, kau menyadari bahwa dia tidak terlihat seperti yang digambarkan oleh kakek-nenekmu, dan tidak seperti negara yang ibumu tangisi. Kau menanti untuk melihatnya, hanya untuk menyadari bahwa dia telah bergerak maju, dan tidak menantimu.
Di Palestina kau menanti kelahiran seorang anak dengan cemas, dengan harapan dia tidak akan lahir di pos pemeriksaan.
Di Palestina kau menanti serangan kelaparan berakhir. Kau menanti putra dan putri dibebaskan dari penjara—hanya untuk ditangkap lagi, di pos pemeriksaan berikutnya saat mereka berusaha mencari pekerjaan dan memulai hidup.
Di Palestina kau menanti gaji hanya untuk dibajak oleh pembayaran utang kelaparan dan harga bensin yang membara.
Di Palestina, kau menanti tanpa akhir di Qalandiya untuk pulang. Terus menanti. Ini mungkin memakan waktu berjam-jam.
Kau menanti musim panas berakhir dengan harapan bahwa musim dingin akan membawa lebih banyak kedamaian, dan kau menanti musim dingin berakhir dengan harapan bahwa musim panas akan membawa lebih banyak kehangatan.
Di Palestina kau menanti segalanya dan semua orang.
Di Palestina kau menanti letusan berikutnya, Intifadah berikutnya, serangan berikutnya, perang berikutnya—yang selalu datang.
Epilog
Saya yakin, setelah mengetahui kisah nestapa Palestina, Saudara akan menjadi manusia yang lebih bersyukur dan menggunakan segenap kesempatan untuk berbuat baik kepada sesama.
Izinkan saya mengakhiri sambutan ini, dengan iringan doa, semoga Allah senantiasa melindungi orang-orang yang masih menjaga kemanusiaannya, termasuk kita, di muka bumi ini, dan memberikan hidayah kepada mereka yang lupa dengan kemanusiaannya.
Referensi
Aljazeera (2024, 22 Mei). Mapping which countries recognise Palestine in 2024. Aljazeera, https://www.aljazeera.com/news/2024/5/22/mapping-which-countries-recognise-palestine-in-2024
Chomsky, N., & Pappé, I. (2016). On Palestine. Penguin.
Hoke, M., & Malek, C. (Ed.). (2014). Palestine speaks: Narratives of life under occupation. McSweeney’s.
Reuters (2024, 22 Mei). Israel infuriated by Ireland, Spain, and Norway’s recognition of a Palestinian state. Reuters, https://www.reuters.com/world/europe/ireland-recognise-palestinian-state-2024-05-22/
United Nations (UN) (2024, 18 April). Security council fails to recommend full united nations membership for State of Palestine, owing to veto cast by United States, https://press.un.org/en/2024/sc15670.doc.htm
Sambutan pada acara wisuda Universitas Islam Indonesia pada 25 Mei 2024
Pentingnya Komunikasi Bisnis yang Efektif di Era Digital
Prodi Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) menggelar seminar Manajemen Komunikasi Efektif: Mengasah Kemampuan Komunikasi Bisnis di Era Digital pada Selasa (21/5) di Audiovisual Lantai 4 Gedung Fakultas Hukum UII. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan bekal kepada mahasiswa hukum bisnis terkait kemampuan komunikasi efektif di era digital dalam dunia kerja. Hadir sebagai narasumber Bahren Nurdin, S.S., M.A. Read more
DPPM UII Gelar Workshop dan Klinik Penulisan Jurnal Internasional Bereputasi
Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat Universitas Islam Indonesia (DPPM UII) menyelenggarakan Workshop dan Klinik Penulisan Jurnal Internasional Bereputasi pada Rabu (22/5), di Ruang Sidang DPPM, Kampus Terpadu UII. Hadir dalam workshop Prof. Jaka Sriyana, S.E., M.Si., Ph.D., dan Prof. Dr. Is Fatimah, S.Si., M.Si., sebagai reviewer. Read more
Menjadi Duta Indonesia Dengan Program IISMA
Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) merupakan salah satu program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang diikuti oleh mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII). Hingga saat ini, sejumlah 65 mahasiswa telah menjadi penerima beasiswa (awardee) IISMA di 35 perguruan tinggi luar negeri (PTLN) di 36 negara.
Dalam rangka meningkatkan kapasitas awardee, Direktorat Kemitraan/Kantor Urusan Internasional (DK/KUI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar “UII IISMA Gathering” pada Rabu (22/5). Acara yang dihadiri baik oleh awardee IISMA 2024 maupun alumni IISMA 2021-2023 tersebut digelar di Ruang Audiovisual, Gedung GBPH Prabuningrat, Kampus Terpadu UII, Kaliurang.
Dalam sambutannya, Wakil Rektor Bidang Kemitraan & Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D., memberi ucapan selamat kepada para mahasiswa yang dinyatakan diterima sebagai awardee. Menurutnya, kesempatan belajar keluar negeri merupakan pengalaman yang dapat mengubah hidup (life-changing experience).
“Anda belajar budaya baru. Karena memang tujuan dari program IISMA ini tidak hanya kuliah ya, tapi yang lebih penting di situ adalah ada dimensi belajar budaya. Jadi cross-cultural learning yang ini tentu akan menambah kapasitas Anda dalam menghadapi perbedaan,” tuturnya.
Di samping itu, Dr. Wing juga berpesan bahwa para awardee tidak hanya berperan sebagai individu, namun juga wakil Indonesia. Awardee pula diharapkan dapat menyiapkan diri dengan wawasan soal Indonesia yang menjadi kelak bekal ketika berkomunikasi sebagai warga global.
“Behavior Anda itu akan dilihat oleh mereka. Jadi ini mungkin yang penting untuk Anda antisipasi, bahwa posisi Anda tidak hanya mahasiswa biasa, tapi duta Indonesia. Oleh karena itu, penting untuk mempersiapkan diri, pengetahuan mengenai Indonesia. Jangan kaget kalau tidak banyak yang tahu,” ujarnya.
Pada 2024, sejumlah 17 mahasiswa berhasil menjadi penerima beasiswa IISMA, baik dari skema Reguler maupun Co-Funding. Dalam paparannya mengenai rencana dan persiapan IISMA di UII, Direktur DK/KUI, Dr.rer.nat. Dian Sari Utami, S.Psi., M.A., menerangkan bahwa setiap awardee mesti mengoptimalkan kesempatan belajarnya di luar negeri dengan berjejaring.
“Dari 36 negara ini, itu bisa dimanfaatkan untuk membangun jejaring. Jadi membangun hubungan baik dengan KUI di sana juga teman-teman. Nanti kalau adik-adik melaksanakan program IISMA, itu tidak cukup bergaulnya dengan teman-teman IISMA saja, walaupun belum kenal,” ujarnya.
Kesempatan melatih kesadaran multikultural (multicultural awareness) dan meningkatkan kompetensi (competence development) menjadi sejumlah poin yang ditekankan bagi awardee selama mengikuti program. Selain itu, Dr. Dian juga mengingatkan para awardee agar menjaga sikap selama menjalankan kegiatan.
“Mohon dilihat-lihatlah begitu, ya. Teman-teman masih sekolah, maksudnya masih studi, ini fokus dengan studinya. Ke sana mau ngapain, niat dan tujuannya harus jelas, kembali akan seperti apa, apa yang mau dibawa,” pesan Dr. Dian.
Selain perkenalan Divisi Mobilitas Internasional DK/KUI, acara juga diiringi dengan diskusi antara awardee dan alumni terkait IISMA di UII. Beberapa topik yang diangkat di antaranya mengenai networking, community engagement, IISMA Coaching, serta website portofolio IISMA UII. (JRM/AHR/RS)
Pusdiklat FH UII Adakan Pelatihan Hukum Negosiasi dan Mediasi
Pusat Pendidikan dan Latihan (Pusdiklat) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) mengadakan Pelatihan Hukum Negosiasi dan Mediasi dalam Penyelesaian Sengketa Hak Kekayaan Intelektual (HKI) pada Selasa hingga Rabu (21-22/05). Hadir tiga pemateri yang berasal dari Direktorat Jenderal Kekayaan Intelektual (DJKI) Kementerian Hukum dan HAM Indonesia (Kemenkumham RI), yaitu Ruslinda Dwi Wahyuni, S.S., M.Si., LL.M., Erlan Nopri, S.H., M.Hum., C.L.A., C.R.A., dan R. Syaifullah Hadiyanto S, S.H., M.Kn. Read more
UII Luncurkan Pusat Studi Agama dan Demokrasi
Di tengah merosotnya demokrasi dan memudarnya peran agama di Indonesia dan sejumlah negara, Universitas Islam Indonesia (UII) meluncurkan Pusat Studi Agama dan Demokrasi, pada Rabu (22/5). Peluncuran ditandai dengan pemukulan 26 kentongan oleh sejumlah tokoh di Auditorium Gedung Sardjito, Kampus Terpadu UII. Selain sebagai tanda lahirnya Pusat Studi Agama dan Demokrasi, pemukulan 26 kentongan sekaligus merupakan peringatan penting untuk terus merawat dan menjalankan agenda reformasi yang kini bertepatan dengan 26 tahun usia reformasi, sejak 21 Mei 1998.
Read more
Pendirian Pusat Studi Agama dan Demokrasi UII Mendapat Dukungan Sejumlah Tokoh
Pendirin Pusat Studi Agama dan Demokrasi Universitas Islam Indonesia (PSAD UII) mendapat dukungan dari Sejumlah Tokoh. Keberadaan PSAD merupakan hasil kolaborasi antara UII dengan MMD Initiative yang memiliki komitmen dan kontribusi dalam pemecahan masalah peran agama dalam harmoni kehidupan demokrasi Indonesia. Pusat studi yang diluncurkan pada Rabu (22/5) di Gedung Sardjito Kampus Terpadu UII ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya visi UII yang berilmu amaliah dan beramal ilmiah. Read more
Kebajikan Moral Demokrasi
Kita semua menjadi saksi, bahwa dalam beberapa tahun terakhir, praktik berbangsa dan bernegara di Indonesia, mengalami tantangan berat. Episode praktik bernegara, terutama menjelang pemilihan umum, telah memancing kegaduhan yang luar biasa. Suara kritis banyak intelektual lintaskampus saling menguatkan. Suara kritis itu didelegitimasi dan tidak didengarkan dengan serius.
Pembajakan demokrasi
Kita perlu menumbuhkan kesadaran kolektif bahwa pembajakan terhadap demokrasi tidak lagi dengan cara kekerasan, penggunaan militer, atau kudeta. Pasca Perang Dingin, di banyak negara, kemunduran demokrasi justru dilakukan oleh pemerintahan terpilih. Demokrasi dibunuh oleh anak kandungnya sendiri. Kemunduran demokrasi bahkan dimulai dari bilik pemungutan suara ketika pemilu (e.g. Guriev & Treisman, 2022; Levitsky & Ziblat, 2018).
Melalui pendirian Pusat Studi Agama dan Demokrasi Universitas Islam Indonesia, kami ingin melantangkan pesan dan mengedukasi publik bahwa pembajakan demokrasi dapat dilakukan dengan modus operandi baru yang mengelabui, dan karenanya kesadaran baru perlu ditumbuhkan. Praktik bernegara yang berlangsung bisa jadi terlihat legal karena disahkan dengan peraturan dan bahkan upaya tersebut dikesankan sebagai upaya meningkatkan demokrasi.
Dalam bahasanya Levitsky dan Ziblat (2018) dalam bukunya How Democracies Die, “Autokrat terpilih memelihara bungkus demokrasi, tetapi menggerogoti substansinya.”
Kesan itu digaungkan dengan menguasai narasi publik dan memutarbalikkan fakta. Inilah yang oleh Guriev dan Triesman (2022) disebut sebagai kemunculan autokrat informasi (informationoal autrocrat) yang kemudian digantinya istilah tersebut dengan diktator pemutarbalik fakta (spin dictator).
Mereka adalah para pencabut ruh demokrasi yang sejati, meski label demokrasi tetap dipakai karena mereka berpura-pura bersikap demokratis. Diktator jenis ini tidak menebar teror dan kekerasan. Diktator varian ini bahkan dicintai dan tidak ditakuti karena mereka populer dan menggunakan beragam sumber daya untuk mengkonsolidasi kekuasaan. Mereka juga menghindari represi kekerasan secara terbuka.
Dalam iklim demokrasi seperti ini, media masih menulis tetapi sejatinya mereka telah terbeli atau ditekan supaya melakukan sensor internal. Warga negara masih terus memberikan kritik kepada pemerintah, tetapi suara mereka tidak didengar dan dijadikan konsiderans dalam pengambilan kebijakan (e.g. Levitsky dan Ziblat, 2018).
Kebajikan moral
Kampus sebagai bagian masyarakat sipil merasa terpanggil untuk terus menyelamatkan dan menguatkan demokrasi di Indonesia. Masyarakat sipil di Indonesia harus tetap kuat. Menurut Acemoglu dan Robinson (2019:) dalam bukunya The Narrow Corridor: “Kebebasan akan muncul dan berkembang jika negara dan warga kuat. Negara yang kuat diperlukan untuk mengendalikan kekerasan, menegakkan hukum, dan menyediakan layanan publik yang memberdayakan. Di sisi lain, warga yang kuat dibutuhkan untuk mengontrol dan mengekang negara. Intelektualisme yang tumbuh di kalangan warga, terutama kaum terpelajarnya, adalah salah satu upaya menguatkan warga.”
Karenanya, ruh dari demokrasi harus diselamatnya supaya tidak mati sia-sia dan gentayangan menghantui kita semua. Apa ruhnya? Jika kita lihat “kitab kuning” (turats) demokrasi besutan Plato (2012), yang terekam dalam buku The Republic yang ditulis pada 360 S.M., negara ideal dibangun atas empat hal: kebijaksanaan, keberanian, disiplin diri, dan keadilan. Bahkan bagian awal buku ini yang merekam diskusi antara Socrates dengan para sahabat dan muridnya adalah tentang keadilan.
Salah satu pesan penting buku ini adalah bahwa kebajikan moral (moral virtue) sangat penting dalam menjalankan demokrasi. Agamanya bisa menjadi salah satu rujukan kebajikan moral.
Tanpa kebajikan moral, demokrasi akan cenderung menjadi pengaturan oleh gerombolan yang tidak berpendidikan, dengan para politisi yang menggiring para pemilih untuk menyampaikan apa ingin mereka dengar untuk tetap menjaga kekuasaan. Bagi Plato, kebajikan moral hanya muncul dari pengetahuan atau pendidikan.
Demokrasi bagi Plato merupakan bentuk negara yang paling adil. Secara indah, negara seperti ini: “… bagaikan jubah bersulam yang ditaburi berbagai jenis bunga. Dan hanya kaum perempuan dan anak-anak yang berpikir bahwa keragaman warna adalah sesuatu yang paling menawan, sehingga banyak laki-laki yang menganggap negara ini, yang dipenuhi dengan akhlak dan karakter manusia, akan tampak sebagai negara yang paling adil.” (Plato, 2012).
Sekali lagi terima kasih untuk para penasihat, tim ahli, kepala dan semua tim Pusat Studi Agama dan Demokrasi. Kita semua berharap, pusat studi ini dapat memantapkan eksistensinya untuk berandil dalam menyelamatkan dan merawat demokrasi di Indonesia.
Referensi
Acemoglu, D., & Robinson, J. A. (2020). The narrow corridor: States, societies, and the fate of liberty. Penguin.
Guriev, S., & Treisman, D. (2022). Spin dictators: The changing face of tyranny in the 21st century. Princeton University Press.
Levitsky, S., & Ziblatt, D. (2018). How democracies die. Crown.
Plato (2012). The republic. Terjemahan Benjamin Jowett. Capstone.
Sambutan pada Peluncuran Pusat Studi Agama dan Demokrasi Universitas Islam Indonesia, 22 Mei 2024
Pusat Studi Agama dan Demokrasi Universitas Islam Indonesia
Kepala: Prof. Masduki
Penasehat:
Tim ahli, a.l.:
Sebanyak 19 Lulusan Program Studi Profesi Arsitek UII Diambil Sumpah
Program Studi Profesi Arsitek (PPAr) Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam Indonesia (FTSP UII) meluluskan 19 arsitek baru. Pada angkatan ke-13 ini, sebanyak 14 arsitek berhasil lulus dengan predikat cumlaude dan 5 arsitek dengan predikat sangat memuaskan. Para arsitek lulusan UII tersebut secara resmi diambil sumpah pada Sabtu (18/5) di Auditorium Gedung KH. Mohammad Natsir, kampus terpadu UII. Read more