Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Wilayah V Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar Pelantikan Pengurus Masa Bakti 2023-2027 bertempat di Universitas Amikom Yogyakarta pada Senin (5/8). Pelantikan Pengurus ini juga secara resmi mengangkat Rektor UII, Fathul Wahid sebagai Ketua APTISI Wilayah V DIY untuk kedua kalinya. Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan kegiatan Jalan Sehat dalam rangka peringatan Milad ke-81 yang mengusung tema “Dedikasi untuk Negeri”. Acara yang digelar pada Minggu (4/8) di Kampus Terpadu UII ini berlangsung semarak dengan diikuti sekitar 10.000 peserta yang terdiri dari dosen dan tenaga kependidikan (tendik) beserta keluarga inti, purna tugas, serta tamu undangan dari tokoh masyarakat dan mitra UII. Read more

Ketika kami berdua mendiskusikan soal budaya membaca, seorang sahabat bertanya secara retoris kepada saya, “Apakah kawan-kawan tidak punya kegelisahan, ya?”. Timpal saya dengan setengah bercanda, “Mungkin kawan-kawan kita sudah mempunyai jawaban untuk banyak hal.” Sahabat ini merespons sambil tersenyum, “Tenane?”. Jangan-jangan kami berdua yang salah membaca keadaan.

Obrolan ringan kami pun berlanjut. Tidak selalu mendiskusikan hal penting menurut banyak orang. Kami berdua mempunyai kebiasaan saling menghadiahi buku. Oleh-oleh perjalanan tidak dalam bentuk kudapan, tetapi asupan untuk menjawab beragam kegelisahan.

 

Komitmen membaca

Ketika membuat tulisan ini, saya teringat seorang kawan ketika kuliah dulu, sekitar 30 tahun yang lalu. Dia merasa berdosa ketika tidak mengalokasikan waktu membaca setiap hari. Ucapan itu dibuktikannya. Saya terinspirasi, meski belum bisa segalak itu.

Akhirnya, sebuah ritual kecil kami buat. Setiap pekan mendiskusikan satu buku, yang dipresentasikan oleh kawan-kawan secara bergantian. Ritual kecil menjadikan setiap pesertanya seakan membaca sebuah setiap pekannya. Kegiatan tersebut kami jalankan di sebuah masjid di Jl. Sancang, Bandung. Alhamdulillah ikhtiar tersebut berjalan beberapa kali, meski akhirnya harus gulung tikar juga.

Membudayakan membaca ternyata memang berat. Dalam konteks Indonesia, tidak terkecuali. Sebagian orang berdalih, karena budaya kita adalah budaya lisan. Bisa jadi ada benarnya. Tetapi untuk dunia akademik, bagaimana budaya lisan bisa membantu penyebaran ilmu pengetahuan dengan efektif?

Tanpa berpikir panjang, sebagian orang mungkin langsung menukas, “Itu, tradisi di pondok pesantren, para kiai menyampaikan ilmu dengan lisan”. Eit, tunggu dulu! Para kiai yang menyampaikan banyak hal berat dengan kemasan sederhana itu, bermula dari bacaan yang dahsyat. Berikut ada beberapa ilustrasi.

Kiai saya di Kudus, Almarhum Mbah Yai Ma’ruf Irsyad ketika akan memberikan ceramah atau khotbah, biasanya membaca beberapa kitab di ruang tamu. Persiapan dilakukan dengan serius. Khotbahnya yang terdokumentasi dalam bentuk tulisan. Sebagiannya masih terlacak dan dirangkum menjadi bagian buku biografi Beliau, yang disiapkan oleh para santrinya.

Sewaktu sowan ke Gus Baha di Rembang, saya temukan anotasi di papan putih di ruang tamu dalam bahasa Arab. Saya tanyakan ke adiknya, Gus Fuad, “Siapa yang menulis?”. Ternyata itu tulisan Gus Baha sendiri. Ketika kami berdiskusi, juga terungkap, ceramah Gus Baha yang terkesan sederhana itu, berasal dari perenungan yang mendalam. Gus Baha sendiri yang menyampaikan ke saya. Semuanya itu tak mungkin tanpa belanja perspektif dengan membaca. Saya juga sempat diundang masuk ke perpustakaan pribadinya, yang terhubung dengan ruang tamu.

 

Perintah membaca

Jangan lupa, tradisi mengaji di pondok pesantren juga banyak didasarkan pada kitab klasik (turats) yang merupakan warisan tradisi menulis. Tradisi menulis tidak akan pernah terbentuk tanpa budaya membaca yang baik. Membaca dan menulis ibarat dua sisi koin yang sama.

Bagi seorang muslim, perintah membaca sudah sangat jelas. Bahkan wahyu pertama juga soal membaca.

Daftar manfaat dari membaca bisa kita buat dan sangat panjang. Di dalamnya ada mendapatkan pengetahuan baru, memperluas perspektif, menambah kosa-kata, meningkatkan nalar kritis, dan mengasah kemampuan menulis. Jika ingin ditambah, di sana ada memperbaiki daya ingat, menstimulasi imajinasi, dan juga mengurangi stres.

Tetapi apakah membaca, dengan keragaman tafsirnya, sudah menjadi tradisi di kalangan muslim? Kita bisa refleksikan masing-masing secara jernih dan jujur.

Semoga kita terus mempunyai kegelisahan untuk dijawab. Membaca adalah salah satu pintu mendapatkan jawaban tersebut.

Tulisan sudah tayang di UIINews edisi Juli 2024.

Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar acara pelepasan mahasiswa yang mengikuti program Mobilitas Nasional dan Internasional (PKKM, Global Engagement Grant, dan Mandiri) pada Rabu, 31 Juli 2023. Acara pelepasan yang diselenggarakan di ruang Audiovisual Gedung Perpustakaan UII ini dihadiri oleh pimpinan Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya (FPSB), dosen PBI UII, dan mahasiswa yang telah lolos seleksi program Mobilitas Nasional dan Internasional. Read more

Tergerak dari kontribusi Mangunwijaya, penggagas dan kurator platform internasional dari Jerman “Encounters with Southeast Asian Modernism”, Sally Below, urbanis, dan Moritz Henning, arsitek, dengan dukungan dari Kantor Luar Negeri Republik Federal Jerman, menginisiasi proyek “Learning from Mangunwijaya”. Kegiatan yang terselenggara atas kerja sama dengan Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia (UII) ini diikuti lebih dari 50 mahasiswa dari tujuh universitas di lima negara (India, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand), serta kurator dari Jerman dan Indonesia.

Read more

Sebagai perguruan tinggi nasional di Indonesia yang berdiri sejak 1945, Universitas Islam Indonesia (UII) kian konsisten dalam menguatkan upaya peningkatan dampak di tingkat global melalui kemitraan. Hingga 2024, UII telah merajut kemitraan dengan ratusan instansi pemerintah, lembaga, dan perguruan tinggi yang terjalin di 32 negara, termasuk salah satunya di Jerman.

Read more

Program Studi Bisnis Digital Sarjana Terapan Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar annual meeting Asosiasi Profesi dan Pendidikan Bisnis Digital (APBISDI) 2024 dengan mengangkat tema “Developing Small Medium Enterprises (SMEs) Community Through Digital Business” pada Kamis (1/8) di Gedung Sardjito Kampus terpadu UII. Read more

Universitas Islam Indonesia (UII) kembali menggelar wisuda jenjang Doktor, Sarjana, dan Diploma pada Sabtu-Minggu (27-28/7) di Auditorium Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir. Pada periode VI Tahun Akademik 2023/2024 ini, UII mewisuda 970 lulusan terdiri dari 2 doktor, 78 magister, 868 sarjana, 18 sarjana terapan, dan 4 ahli madia. Tercatat hingga periode kelulusan ini UII telah memiliki 127.042 alumni.

Read more

Tim Laboratorium Mahasiswa (LabMa) Universitas Islam Indonesia (UII) sukses meraih pendanaan pada Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) 2024, kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh ormawa yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud Ristek) Republik Indonesia. Read more

Izinkan saya mengajak para wisudawan untuk melakukan refleksi singkat tentang arti penting meninggalkan jejak. Setiap dari kita pasti memainkan peran, kadang tunggal dan tak jarang berganda, beragam peran dimainkan di waktu yang sama.

 

Menjalankan peran

Apapun peran itu, baik di ruang publik maupun wilayah privat, pastikan kita selalu berikhtiar untuk memberikan yang terbaik. Memang kadang, tidak semua harapan akhirnya mewujud, karena beragam faktor yang terlibat. Tetapi, saya termasuk yang percaya bahwa kerja dengan sepenuh hati, meski hasilnya belum seperti yang diharapkan, tidak akan menimbulkan penyesalan. Kerja manusia tidak hanya dicatat ujungnya, tetapi juga kualitas prosesnya.

Proses inilah yang harus menjadi perhatian setiap saat. Tanpa perhatian penuh, kita bisa terjebak pada angan-angan tinggi, yang tak jarang menjauhkan kita dari melakukan ikhtiar yang seharusnya. Apa yang dilakukan oleh para koruptor, misalnya, juga karena ini. Mereka mengangankan menjadi kaya, tetapi tidak mau melalu tangga kerja keras, dan akhirnya mengabaikan etika dan melanggar hak liyan.

Keseriuan dalam mengerjakan setiap peran juga yang akan diingat oleh orang lain. Sebagai manusia biasa yang tidak kalis kesalahan, jangan heran jika orang lain akan mengingat yang paling terbaru atau yang terakhir. Kita selalu berdoa kepada Allah supaya mendapat akhir terbaik, husnul khatimah.

 

Konsistensi proses

Konsistensi dalam proses sejatinya merupakan ikhtiar ke sana. Jika orang selalu menebar kebaikan, insyaallah akan diwafatkan dalam kondisi serupa. Begitu juga sebaliknya. Kita berharap kebiasaan yang baik akan terbawa sampai akhir hayat.

Itulah mengapa, dalam tradisi Nahdlatul Ulama, yang diperingati dari seorang muslim yang sudah wafat adalah hari kematian, dan bukan hari kelahirannya. Berbeda dengan Nabi Muhammad saw. yang diperingati hari lahirnya. Rasulullah sejak lahir bersifat maksum yang terjaga dari berbuat maksiat.

Berbuat baik untuk meninggalkan jejak juga tidak terbatas ruang dan waktu. Di mana pun, kapan pun. Tidak perlu menunggu orang lain melakukan hal serupa. Ibrah atau pelajaran yang diberikan oleh Allah Swt. dalam surat An-Nahl ayat 66 sangat menarik untuk direnungkan. Ayat tersebut berarti:

“Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara kotoran dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya.” (QS An-Nahl 66)

Kita harus terus berikhtiar secara konsisten menjadi susu, meski kita dikelilingi darah dan kotoran. Adagium yang mengajak kita menjadi tidak waras supaya kebagian (saiki zaman edan, yen ora edan, ora keduman), harus dilupakan. Jika kita ikuti adagium ini, maka kita akan berubah menjadi kotoran.

Konfirmasi dari orang lain memang kadang diperlikan, tetapi tidak selalu. Allah Swt. juga akan menjadi saksi yang tidak akan melewatkan hal terkecil sekalipun. Perintah Allah Swt. dalam surat At-Taubah ayat 1-5, menegaskan.

“Dan katakanlah, ‘Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.'” (QS At-Taubah 105)

Pandai bersyukur

Di kesempatan yang baik ini, saya juga mengajak semua wisudawan untuk selalu bersyukur atas semua kebaikan yang sudah kita terima. Kita tak akan pernah sanggup menghitung nikmat yang diberikan Allah Swt. kepada kita, baik langsung maupun melalui perantara orang lain.

Karena itu, tetaplah kita berikhtiar menjadi hamba yang taat. Selain itu, bergaullah dengan orang lain dengan baik. Sampaikan terima kasih kepada orang tua yang telah mendukung Saudara dengan beragam ikhtiar yang kadang di luar kadar yang bisa dibayangkan.

Ungkapan terima kasih juga layak diberikan kepada mereka yang pernah bertemu dalam lintasan hidup Saudara, termasuk para guru, kerabat, dan sahabat. Mereka semua mempunyai andil dalam mengantarkan Saudara sampai pada kondisi saat ini. Pandai bersyukur dan berterima kasih merupakan kecapakan yang harus selalu diasah.

Sambutan acara wisuda Universitas Islam Indonesia pada 27 & 28 Juli 2024.