Universitas Islam Indonesia (UII) menjadi penyelenggara The 2nd National Sustainability University Leaders Meeting 2021 pada 21-22 Juli 2021. Kegiatan digelar mulai pagi ini, Rabu (21/7), sebagai rangkaian dari UI Greenmetric World University Ranking Network (GWURN), sebuah pemeringkatan perguruaan tinggi berdasarkan lingkungan berkelanjutan. Kegiatan lainnya yang menjadi rangkaian dari kegiatan (GWURN) yakni lokakarya dan rapat koordinasi nasional.

Read more

Tema yang diangkat dalam The 2nd National Sustainability University Leaders Meeting ini adalah Kepemimpinan dalam Transformasi Kampus Berkelanjutan Pascapandemi. Acara ini merupakan kerja bareng antara Universitas Indonesia dan Universitas Islam Indonesia.

 

Optimis menghadapi pandemi

Tema ini menyiratkan optimisme (semoga yang terukur), karena akan memperbincangkan masa depan: pascapandemi, meski sampai hari ini kita tidak tahu kapan pandemi akan berakhir, meski sudah 1,5 tahun berjalan. Optimisme tersebut harus terus dirawat.

agi pemimpin perguruan tinggi, siapapun dia, tidak sulit untuk memahami adanya tantangan berat yang dihadapi untuk menjamin keberlanjutan operasi dan akademik di masa pandemi ini. Pandemi bukan hanya masalah kesehatan, tetapi masalah multidimensi. Termasuk di dalamnya adalah masalah ekonomi dan pendidikan.

Saya yakin, derajat tantangan yang dihadapi oleh perguruan tinggi berbeda-beda. Setiapnya mempunyai basis terinstal (installed base) yang beragam. Termasuk di antaranya, diindikasikan oleh kematangan infrastuktur teknologi informasi, kesiapan sumber daya manusia, dan keterjaminan sumber pendanaan.

Di masa pandemi Covid-19, pemimpin perguruan tinggi diharuskan memahami masalah dan meresponsnya dengan cepat dan (diikhtiarkan juga) tepat. Kecepatan dan ketepatan respons ini sangat penting untuk menjaga keberlanjutan operasi dan akademik. Namun, setelah 1,5 tahun berjalan, alasan kedaruratan telah berkurang validitasnya.

Perspektif baru perlu digunakan. Pandemi sudah seharusnya tidak hanya dilihat sebagai musibah yang harus dimitigasi, namun juga mengandung berkah tersamar (a blessing in disguise) yang perlu dimanfaatkan. Sikap yang terkesan subtil ini, menurut saya sangat penting, bisa menjadi titik balik: dari mengutuk kegelapan ke menyalakan lilin penerang; dari ratapan menuju harapan; dari hujatan menuju lompatan.

Pespektif ini juga akan menumbuhkan sikap menerima keadaan secara objektif dan memikirkan inovasi untuk meresponsnya, termasuk meningkatkan kualitas akademik. Termasuk di dalamnya adalah inisiatif penguatan ekosistem pembelajaran daring dan peningkatan pengalaman pembelajaran mahasiswa.

Kami di Universitas Islam Indonesia membingkai respons pandemi Covid-19 dengan tiga pendekatan yang saling terkait: cermat bertahan, sehat berbenah, dan pesat bertumbuh. Bingkai tersebut bisa kita kaitkan dengan keberlanjutan perguruan tinggi, dalam artian yang sangat luas.

 

Berorientasi ke dalam dan ke luar

Pola pikir di atas, jika tidak diletakkan pada perspektf yang luas dan horison yang jauh dapat menjebak kita dalam egoisme, karena cenderung berorientasi ke dalam (inward looking). Keberlanjutan perguruan tinggi juga harus berorientasi ke luar (outward looking) dan dikaitkan dengan pembangunan berkelanjutan untuk kebermanfaatan yang lebih luas.

Ada banyak pendekatan dalam melihat pembangunan. Di antaranya adalah pembangunan sebagai pertumbuhan ekonomi (development as economic growth), pembangunan sebagai kehidupan yang lestari (development as sustainable livelihood), dan juga pembangunan sebagai kemerdekaan (development as freedom).

Setiap bingkai mempunyai asumsi dan juga konsekuensi, baik yang dikehendaki (intended consequences) maupun yang tidak dikehendaki (unintended consequences). Tentu, tulisan ini terlalu singkat untuk mendiskusikan beragam pendekatan tersebut.

 

Dimensi keberlanjutan

Dengan ilustrasi ringkas di atas, pesan yang ingin saya bagi adalah bahwa pemahaman terhadap konsep keberlanjutan sangat beragam. Sebagai ikhtiar membuat koridor bersama, saya mengusulkan, perbincangan terkait keberlanjutan perguruan tinggi, minimal mempunyai tiga dimensi yang saling terkait.

Pertama adalah dimensi temporal. Kita seharusnya tidak hanya berfokus pada kekinian atau horison waktu yang pendek, tetapi juga masa depan yang jauh. Kata keberlanjutan sendiri mengindikasikan hal itu.

Kedua adalah dimensi spasial, perguruan tinggi seharusnya tidak hanya terpaku pada area di dalam pagar kampus, tetapi juga menyentuh khalayak dan kawasan yang lebih luas. Tujuan pembangunan keberlanjutan (sustainable development goals/DSGs) bisa menjadi salah satu bingkai bergerak untuk melebatkan manfaat dari kehadiran perguruan tinggi di tengah bangsa. Hal ini diperlukan, salah satunya, untuk menjamin keberlanjutan negara di rel yang benar, yang kehadirannya ditujukan untuk menjamin kesejahteraan warganya. Saya sangat berharap, dengan konsistensi sikap dan programnya, perguruan tinggi bisa ikut berandil di dalamnya.

Ketiga adalah dimensi kontekstual. Di sini, konsep tiga p dalam the triple bottom line, bisa kita jadikan bingkai: planet, people, profit. Keberlanjutan tidak hanya soal lingkungan, tetapi juga terkait dengan manusia, dan juga manfaat. Dalam konteks perguruan tinggi, tiga p ini perlu dikontesktualisasi dengan baik. Kombinasi optimal ketiganya pun perlu diikhtiarkan bersama.

Sambutan pada pembukaan The 2nd National Sustainability University Leaders Meeting 2021 “Kepemimpinan dalam Transformasi Kampus Berkelanjutan Pascapandemi” di Universitas Islam Indonesia pada 21 Juli 2021.

Peran Pemuda

Takmir Masjid Al-Azhar, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) mengadakan kajian idul Adha 1442 H dengan mengangkat tema “Tata Cara Berqurban di Tengah Pandemi”, dengan menghadirkan pembicara Dosen FH UII Moh. Hasyim S.H., M.Hum. pada Senin (19/7).

Read more

Hari Raya Idul Adha merupakan hari besar yang ditunggu-tunggu oleh seluruh umat muslim di dunia. Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia mempunyai cara sendiri untuk menyambutnya yakni dengan menggelar rangkaian acara yang disebut Adha Fest. Salah satu acara dalam kegiatan Adha Fest adalah kajian senja yang dilaksanakan pada Senin (19/07).

Kajian kali ini menghadirkan Ustadz Hilman Fauzi sebagai pembicara dengan tema “Milenial Bangkit, Berbagi, dan Menginspirasi”. Tema yang dibawakan meski cukup serius namun menyedot perhatian audiens jelang berbuka puasa hari Arafah.

Read more

Momen perayaan Idul Adha identik dengan ibadah kurban atau menyembelih hewan ternak sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt. Di balik kurban, ada makna mendalam yang dapat dipetik oleh setiap muslim. Kurban mengajarkan dua hal kepada manusia. Pertama, bahwa moment kurban adalah waktu yang tepat sebagai seorang muslim untuk berbagi. Kedua, adanya aspek transendensi yaitu aspek kesucian.

Read more

Peran Pemuda

Komunitas Peradilan Semu Lembaga Eksekutif Mahasiswa (KPS LEM) Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) menyelenggarakan kajian aktual bertemakan “Tinjauan Hukum terhadap Kebencian Berpendapat di Indonesia Kebebasan Berpendapat Vs Penafsiran Hukum” pada Sabtu (17/7). Kajian menghadirkan pembicara Dosen FH UII & Direktur PUSHAM UII Eko Riyadi, S.H., M.H. dan Direktur YLBHI Asfinawati Direktur YLBHI.

Read more

Seiring berjalannya waktu eksistensi masyarakat muslim di berbagai negara terus bertambah. Akan tetapi, eksistensi negara mayoritas muslim dinilai masih perlu ditingkatkan agar mampu berkembang pesat seperti kejayaannya pada masa silam. Oleh karena itu, dalam rangka menyusun kesadaran pola pikir masyarakat muslim, Fakultas Ilmu Agama Islam (FIAI) Prodi Pendidikan Agama Islam (PAI) UII mengadakan acara yang bertemakan “Imajinasi Membingkai Peradaban Islam”. Acara pada Kamis (15/07) tersebut menghadirkan Prof. Fathul Wahid, S.T., M,Sc., Ph.D. selaku Rektor UII dan Drs. Imam Mudjiono, M.Ag., sebagai pembicara melalui platform daring.

Prof. Fathul Wahid mengungkap beberapa hal yang membuat umat Islam saat ini sedikit mengalami kemunduran. Ia menyebut masyarakat kurang mengapresiasi bakat di dalam dirinya, kurang mampu mengikuti perkembangan zaman, dan lamban dalam menelaah realita sosial. 

Read more

Roadshow Gerakan Nasional 1000 Startup Digital Kembali hadir di 20 kota dan salah satunya di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta pada Rabu (14/7). Bekerjasama dengan Inkubasi Bisnis & Inovasi Bersama (IBISMA) UII, acara ini dilakukan guna mempopulerkan dunia digital di Yogyakarta.

Kegiatan yang dilaksanakan secara daring tersebut, dipandu langsung oleh Manajer Pengembangan Inovasi IBISMA UII, Achmad Zankie. Sementara salah satu sambutan disampaikan oleh Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan UII, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D.

Read more

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Lembaga Eksekutif Mahasiswa Universitas Islam Indonesia (LEM UII) menyelenggarakan kajian keilmuan dengan bertemakan “PPKM: Efisiensi atau Insinuansi” dengan menghadirkan pembicara Founder of Lokataru, Haris Azhar pada Senin (12/7).

Read more

Akhir semester ini, kali kesepuluh, kami, Jurusan Studi Informatika Universitas Islam Indonesia, menggelar pameran karya mahasiswa. Pertama kali, pameran dilaksanakan pada 2016, ketika kami “memerdekakan” kurikulum, empat tahun sebelum konsep serupa diperkenalkan secara nasional.

Sebelum pandemi Covid-19, acara dihelat laksana pameran betulan, dengan stan untuk setiap tim dan terbuka untuk publik. Pengunjung bisa ikut memberikan penilaian yang menjadi salah satu komponen nilai akhir.

Pameran ini diselenggarakan setiap akhir semester. Biasanya kami gunakan auditorium terbesar kampus yang bisa menampung lebih dari 100 stan. Promosi terbuka pun kami jalankan. Setiap tim mendesain stan sebaik mungkin untuk menarik pengunjung.

 

Pembangunan keberlanjutan

Sejak tahun lalu, ketika pandemi Covid-19 menyerang, inovasi pun dilakukan. Pameran diganti dengan format daring. Pengunjung bisa melihat semua karya di laman khusus yang dikembangkan.

Karya dikelompokkan sesuai dengan 17 tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setiap tim mendesain solusi terkait dengan salah satu tujuan tersebut, seperti pengentasan kemiskinan, kesehatan yang mendukung kesejahteraan, pendidikan berkualitas, sampai dengan pengadaan pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.

Selain etalase daring, sesi sinkron gelar wicara daring dengan tim terpilih pun dilaksanakan. Diskusi antarpeserta pun mengalir segar. Iklim yang terbentuk sangat membanggakan: saling mengapresiasi dan menyemangati. Salah satu komentar di tayangan langsung Youtube selama tiga jam sangat menggembirakan: “Loh, kok sudah selesai.”. Para peserta nampaknya sangat menikmati gelar wicara.

 

Pelajaran

Ikhtiar kami ini mungkin terlihat sederhana, namun semuanya didasarkan pada kesadaran yang mendalam. Gagasan memamerkan karya mahasiswa dari tugas kelas ini pun mengemban kurikulum tersembunyi dengan beragam tujuan.

Pertama, kami ingin mahasiswa terlibat dalam penyelesaian masalah riil di lapangan. Karenanya, komponen penugasan ke lapangan menjadi bagian penting. Tentu, ketika pandemi seperti pendekatan daring menjadi pilihan paling bijak. Intinya, mereka bertemu dengan aktor lapangan. Hal ini penting untuk mengasah sensitivitas mereka terhadap masalah di sekitarnya. Ini soal kepedulian.

Kedua, kami berharap mahasiswa menerjemahkan apa yang dipelajarinya sebagai bagian solusi masalah nyata. Dengan cara inilah, relevansi materi ajar bisa dipastikan dan ditingkatkan. Di tahap awal ini, bisa jadi, solusi ugahari yang dihasilkan, tetapi ini adalah mula yang baik untuk belajar memecahkan masalah yang lebih kompleks dengan gagasan yang lebih besar. Ini perihal kreativitas mendesain solusi yang kontekstual.

Ketiga, dengan pameran karya, mahasiswa pun belajar menjual gagasan ke khalayak luas. Di saat yang sama, mereka juga berlatih mengapresiasi dan saling menginspirasi. Keterampilan hidup ini sangat penting sebagai calon warga global yang akan berinteraksi dengan banyak budaya yang berbeda. Di samping mampu mengomunikasikan gagasan  dengan baik, mereka juga akan menghargai keragaman yang mutlak diperlukan untuk maju bersama. Ini merupakan aspek memasarkan gagasan dan sekaligus menghargai perbedaan.

Keempat, situasi pandemi telah menjadikan mahasiswa semakin terbiasa bekerja bersama dengan kawan yang terpisah secara geografis. Tidak jarang mereka juga mempunyai masalah koneksi Internet. Bahkan, banyak di antara mereka yang belum pernah berjumpa secara fisik sejak menjadi mahasiswa pada 2020. Namun, mereka dengan segala kreativitasnya dapat menjaga semangat tim dan memecahkan tantangan yang diberikan. Ini adalah kemampuan penting untuk masa depan: kolaborasi dan semangat pantang menyerah. Ini juga tentang melatih keterampilan bekerja secara daring.

Sampai hari ini, tak seorangpun tahu kapan pandemi Covid-19 berakhir. Baik cepat maupun lambat, semua keterampilan tersebut di atas harus tetap diasah.

Perspektif melihat pembelajaran daring sebagai solusi darurat pun perlu dihentikan. Inilah saatnya meningkatkan pengalaman pembelajaran untuk memanen manfaat sebanyak mungkin. Kekurangan pasti ada, termasuk pekerjaan rumah untuk memastikan tidak ada anak bangsa yang tertinggal kereta. Namun, itu bukan alasan untuk terus mengutuk keadaan.

Tulisan ini sudah dimuat alam rubrik Opini Kedaulatan Rakyat, 15 Juli 2021.