Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) menyelenggarakan webinar refleksi akhir tahun dengan tema “Dinamika dan Perkembangan Hukum Pidana Sepanjang Tahun 2021”. Webinar daring yang diadakan pada hari Jumat (24/12) itu menghadirkan Hanafi Amrani, S.H., M.H., LL.M., Ph.D., Dr. Mahrus Ali, S.H., M.H. dan Dr. Aroma Elmina Martha, S.H., M.H. Ketiganya merupakan para Dosen Hukum Pidana di FH UII.

Read more

Potensi wakaf uang di Indonesia menurut Badan Wakaf Indonesia (BWI) di tahun 2020 sebesar Rp 188 triliun per tahun. Dengan angka yang dapat dikatakan besar, masih banyak yang perlu dioptimalisasi dalam proses penghimpunan, pengembangan, dan pendistribusian. Merujuk hal tersebut, Yayasan Badan Wakaf Universitas Islam Indonesia (YBW UII) melakukan inovasi baru dengan membentuk Lembaga Wakaf Uang UNISIA (LWU Unisia). Soft Launching pun berhasil digelar bertempat di Hall YBW UII, Jalan Cik Di Tiro No. 1 Yogyakarta, Rabu (22/12).

Read more

Tim mahasiswa Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) yang beranggotakan Ilya Marsya Rohila, Andika Wahyu Wardana, dan Iffa Tsabita Rahmadanti Suganda berhasil meraih medali emas dalam gelaran International Green Inovation Competition for Sustainable Campus (IGICSC) 2021. Kompetisi lintas negara ini dihelat oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia bekerja sama dengan Universitas Islam Negeri Sultan Thaha, Jambi.

Read more

Selamat kepada para arsitek muda atas pencapaiannya dalam menyelesaikan pendidikan profesi arsitek di Universitas Islam Indonesia, dan hari ini mengikuti wisuda profesi dan janji arsitek. Semoga ini menjadi awal baik dengan hentakan kuat yang mendorong Saudara berkarya dengan tekun, yang akhirnya akan mengantarkan Saudara menjadi arsitek profesional mandiri yang akan diambil sumpah profesinya oleh Dewan Arsitek Indonesia (DAI).

 

Misi desainer

Sampai saat ini saya masih percaya, bahwa yang dibangun seorang desainer, termasuk arsitek, bukanlah gedung atau ruang lain, tetapi afordans (affordance). Artefak yang dihasilkan oleh desainer sudah seharusnya menghadirkan afordans, kemungkinan-kemungkinan tindakan (action possibilities), yang dapat dilakukan ketika seorang aktor berinteraksi dengan artefak arsitektural.

Ketika konsep ini disepakati, maka konteks akan sangat mempengaruhi nilai yang akan disuntikkan oleh desainer dan juga kemungkinan deviasi penggunaan artefak tersebut. Nilai desain sebuah artefak tidak selalu dipahami dan direspons yang sama oleh beragam aktor.

Situasi pandemi dan pascapandemi nanti, dapat menjadi wakil dari konteks tersebut. Kesadaran baru publik yang lebih peduli dengan kelestarian lingkungan atau pemanfaatan bahan lokal, juga merupakan contoh konteks lain. Perubahan ini memberikan tekanan kepada desainer, untuk direspons, dengan baik.

 

Ragam respons

Responsnya pun sangat mungkin beragam. Ada respons yang berangkat dari kesadaran normatif: hasil pembelajaran (learning), baik individual maupun kolektif. Contohnya adalah kesadaran kolektif untuk memberikan perhatian terhadap perubahan iklim yang dimitigasi untuk menjamin masa depan manusia. Arsitek yang tersadar akhirnya menjadikan isu ini menjadi salah satu konsiderans atau bahkan nilai penting dalam mendesain.

Ada juga tekanan yang bersifat memaksa atau koersif. Peraturan yang memaksa dari otoritas atau lembaga superior, seperti Dewan Arsitek Indonesia (DAI), Ikatan Arsitek Indonesia (IAI), atau Asosiasi Pendidikan Tinggi Arsitektur Indonesia (APTARI), merupakan contohnya. Tekanan seperti ini bersifat membatasi (constraining). Arsitek tidak punya pilihan lain selain mengikutinya, baik dengan suka maupun maupun tidak suka.

Akhirnya, tidak semua pilihan bersifat rasional, meskipun bisa juga keterpaksaan tersebut akhirnya menghadirkan kesadaran. Ini mirip dengan seseorang yang mengampayekan sadar lingkungan di ruang publik, tetapi menjadi perusak ekosistem di tempat lain, yang tersembunyi.

Satu lagi, ada juga tekanan yang direspons secara mimetik, meniru saja tanpa proses pembelajaran yang cukup. Ini mirip dengan proses pengklonaan (cloning). Apa contohnya? Desain yang mengekspos kerangka baja, korden dengan pembagi ruang, atau pilihan warna monokrom yang dipadukan dengan warna aksen, taman di dalam atau di atas gedung, misalnya, bisa jadi tidak selalu mudah dicarikan justifikasinya selain karena menjadi fesyen atau mode untuk merespons selera zaman yang berubah di sebuah konteks.

Fesyen ini akhirnya teramplifikasi di konteks lain, yang bahkan berbeda sama sekali. Ini mirip dengan pembuatan bangunan di daerah tropis yang meniru desain dari wilayah empat musim. Atau, bangunan di Indonesia menyontoh yang didesain untuk daerah gurun. Akhirnya, kita paham bahwa respons terhadap tekanan tidak selalu rasional.

 

Lensa lain

Sebagai penikmat karya arsitektur, yang bukan arsitek, saya percaya, lensa ini masih relevan untuk digunakan, untuk memotret praktik di lapangan. Itulah mengapa banyak karya arsitek yang serupa dan saling menginspirasi. Lensa tersebut terinspirasi oleh teori institusional rasa Amerika.

Jika ingin menjadi berbeda, pertanyaannya bukan “mengapa banyak karya atau artefak arsitektur serupa”, tetapi “bagaimana supaya karya artektur menjadi berbeda atau bahkan keluar dari pakem yang selama ini ada?”. Jika fokusnya yang kedua, lensa lain perlu digali dan diperkenalkan. Teori institusional rasa Eropa, dapat menjadi salah satu alternatifnya.

Saya percaya bahwa “gaya” yang ditampilkan dalam setiap karya arsitektur ibarat puncak dari gunung es. Ada proses panjang sebelumnya dan banyak konsiderans yang membingkainya. Bagian inilah yang tidak kasat di mata publik.

Karenanya, saya bertanya, apakah mungkin, desain yang partisipatif bisa digaungkan dalam konteks arsitektur? Saya yakin, jawabannya ya. Tetapi, apakah semua arsitek “mengimaninya”: mempercayai dalam hati, mengikrarkan dengan lisan atau tulisan, dan membuktikan dalam praktik nyata? Jika jawabannya ya, pertanyaan lanjutannya: apakah “keimanan” ini dijalankan secara istikamah atau konsisten?

Tujuan pertanyaan ini adalah untuk menyadarkan Saudara supaya arsitek profesional yang inovatif dan sekaligus bertanggung jawab.

Saya membiarkan pertanyaan ini tetap terbuka, untuk direfleksikan oleh semua aristek, terutama arsitek muda, yang hadir saat ini. Mohon maaf, jika pertanyaan ini cenderung menggelitik dan nakal.

Terakhir, saya ingin menitipkan pesan kepada arsitek muda. Saudara dituntut terus untuk mengembangkan kemampuan adaptif dengan tidak lelah dan lengah dalam mengikuti perkembangan serta mengasah sensitivitas untuk meresponsnya.

Sekali lagi, saya ucapkan selamat untuk pencapaiannya. Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah Saudara untuk berkontribusi di dunia nyata.

Sambutan pada Wisuda Profesi dan Janji Arsitek, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia angkatan ke-7 dan ke-8, 23 Desember 2021.

Lembaga pelatihan bahasa memiliki posisi strategis dalam mengembangkan skill bahasa asing yang dimiliki karyawan maupun dosen. Keterampilan bahasa asing saat ini sangat dibutuhkan, bahkan menjadi syarat utama yang harus dimiliki untuk menghadapi persaingan. Kemajuan teknologi dan pesatnya pembangunan di berbagai bidang semakin memperketat tensi persaingan tersebut.

Read more

Merespon perubahan praktik bisnis dan ekonomi pada era digital pasca pandemi Covid-19, Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Bisnis dan Ekonomi Universitas Islam Indonesia (FBE UII) menggelar UII Business & Accounting Competition 2021 (UII-BAC 2021). Kompetisi nasional yang diperuntukkan bagi para pelajar dan guru SMA/sederajat dalam skala nasional ini berlangsung secara daring dan luring.

Read more

Alumni yang berkualitas dan mampu menghasilkan ‘artefak’ akademik guna memecahkan masalah bangsa merupakan aset berharga bagi perguruan tinggi. Ketika hal ini bisa dijamin, perguruan tinggi khususnya Universitas Islam Indonesia (UII) masih punya alasan untuk tetap hidup.

Read more

Saat mendengar nama Artidjo Alkostar, maka hal yang akan terlintas dalam benak adalah sosok “Algojo” bagi para koruptor. Ketegasannya begitu ditakuti para koruptor karena Ia tak segan menjatuhkan vonis lebih tinggi bagi para koruptor yang mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA RI).

Read more

Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Universitas Islam Indonesia (UII) di Pekan Olahraga (POR) Badan Pembinaan Olahraga Mahasiswa (BAPOMI) Daerah Istimewa Yogyakarta yang diselenggarakan pada tanggal 24-28 November 2021. Mahasiswa UII berhasil meraih 3 kejuaraan sekaligus pada cabang olahraga (cabor) badminton. Adalah Ravi Evan Adi Hartawan (2019) dan Fahmi Aulia Rahman (2019) berhasil meraih emas dengan peringkat Juara 1 untuk badminton Ganda Putra. Sedangkan Ahmad Raihan Ishak (2021) berhasil meraih emas dengan peringkat Juara 1 untuk badminton Tunggal Putra. Juara lainnya diperoleh Alvianto Nugroho (2020) dengan peringkat Juara 3 untuk badminton Tunggal Putra. 

Read more

Tim mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) yang beranggotakan Jihan Irbah Salsabila, Afsana Fairuza Mushollin, dan Dian Syafira Fitriani berhasil membawa pulang gelar Juara Poster Favorit dalam Soedirman Medical Scientific Competition (Somatic) pada Minggu (12/12). Lomba tersebut diselenggarakan oleh Universitas Jenderal Soedirman secara daring.

Read more