Imaji Satu Abad Universitas Islam Indonesia
Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar sarasehan bertajuk Imaji Satu Abad UII pada Senin (22/7) di Gedung Kuliah Umum Sardjito Kampus Terpadu UII. Acara yang merupakan rangkaian dari kegiatan Milad Ke-79 UII ini menghadirkan narasumber Dr. Siti Anisah, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum., Prof. Drs. Agus Widarjono, M.A., Ph.D., Dr. Drs. Asmuni, M.A., Dr. dr. Isnatin Miladiyah, M.Kes., dan Ahmad Munasir Raf’ie Pratama, S.T., M.I.T., Ph.D. Kesemuanya merupakan dosen UII dari berbagai disiplin ilmu.
Mengawali sarasehan, Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S. T., M.Sc., Ph.D. mengemukakan bahwa masa depan itu jamak dan bukan tunggal. Menurutnya semua orang yang hadir dalam acara sarasehan memiliki imajinasi masa depan UII yang berbeda –beda. “Adanya keragaman perspektif perbedaan mimpi perlu didiskusikan lebih lanjut, sehingga masa depan tersebut tidak bersifat elitis,” tutur Prof. Fathul.
Disampaikan Prof. Fathul Wahid, lari dari jebakan merupakan hal sulit, sehingga yang dilakukan adalah bersiasat dengan semua praktek yang tidak dianggap lazim. “Seperti pemeringkatan yang mengabaikan nilai, menghalalkan semua cara, jebakan penelitian yang diorientasikan kepada pasar untuk kepentingan sesaat atau bahkan sesat, kampus menjadi tukang stempel kebijakan yang tidak memihak rakyat, anti kelestarian lingkungan dan lain –lain,” paparnya.
Jebakan ini menurut Prof. Fathul Wahid menjadikan posisi tidak mudah, sehingga perlu mulai mendiskusikan bagaimana cara bersiasat. “Bagaimana kita menjaga nilai yang kita yakini kepada publik yang kadang tidak jelas argumentasinya, tetapi dengan muatan-muatan yang kita tidak selalu tahu apa di belakangnya. Salah satu kata kuncinya adalah melalui nilai yang selalu kita rawat yaitu i’m UII (Islami, Mondial, Unggul, Intelektual, Indonesiawi), terang Prof. Fathul Wahid.
Sementara itu, Sekretaris Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII Prof. Dr. M. Syamsudin, S.H., M.H. menyatakan Sarasehan Imaji Satu Abad UII akan menjadi ilmu yang sangat penting untuk evaluasi, refleksi, mawas diri, untuk UII lebih maju. Dalam Al-Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 18 memberikan petunjuk agar kita senantiasa memperhatikan apa yang telah kita perbuat sebagai dasar untuk menyusun strategi di masa depan. “Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok,” ungkapnya.
Lebih lanjut Prof. Syamsudin mengutip hadits nabi yang menyatakan bahwa barangsiapa yang hari ini lebih baik daripada hari kemarin maka tergolong beruntung. Barang Siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin itu termasuk orang yang merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk daripada hari kemarin adalah termasuk orang yang celaka. “Ini sangat tepat barangkali jika dihubungkan sebagai pegangan kita melangkah untuk yang akan datang,” tandasnya.
Berikutnya dalam sesi diskusi, Prof. Dr. Budi Agus Riswandi, S.H., M.Hum. yang saat ini mengemban amanah sebagai Dekan Fakultas Hukum dalam pemaparannya berharap UII memiliki dana wakaf abadi. Adanya dana wakaf ini menurutnya sebagai strategi yang tepat untuk dana pendidikan di UII. “UII adalah Universitas Swasta Tertua di Indonesia, di mana seluruh operasional kegiatannya tidak ditunjang oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Indonesia (APBN),” sebutnya.
Alumni Fakultas Hukum UII ini menyatakan UII telah berkembang sedemikian rupa, sehingga membutuhkan dukungan dana operasional yang tidak sedikit. Perlu dikembangkan strategi baru untuk menciptakan sumber pendanaan operasional universitas yang didasarkan pada ide Implementasi wakaf uang untuk mendapatkan dana abadi pendidikan di masa yang akan datang.
Selain itu, Prof. Budi Agus Riswandi juga mengemukakan pentingnya mengubah pandangan masyarakat bahwa UII bukanlah universitas yang isinya kelompok borjuis, tetapi harus dijawab dengan tindakan dan perbuatan yang salah satunya adalah bagaimana mengembangkan dana wakaf untuk pendidikan kepada semua pihak, termasuk kepada calon mahasiswa.
“Rata-rata kenaikan biaya pendidikan tinggi itu hampir 7%, sementara peningkatan pendapatan s1 itu nggak sampai 3%, sehingga perlunya wakaf uang untuk memperbaiki stimulus pendidikan,” jelas Prof. Budi Agus Riswandi.
Narasumber berikutnya, Guru Besar Ilmu Ekonomi UII Prof. Drs. Agus Widarjono, M.A., Ph.D. mengemukakan bahwa i’m UII saat ini belum terealisasi dengan baik. Dalam pemaparannya ia menggunakan konsep labelisasi universitas terhebat di Indonesia. Dengan melabeli ini, dapat menetapkan tujuan UII akan menjadi apa 100 tahun ke depan, dan hal ini menjadi akar pondasi saat ini.
Disampaikan Prof. Agus Widarjono, pondasi dasar univeristas juga dapat dilihat dari berapa doktor yang sudah ada di UII, publikasi karya, serta jabatan akademik/keahlian. Jika hal ini tidak direalisasikan sangat sulit UII menjadi universitas terbaik di Indonesia. Tidak hanya itu, perlunya keterlibatan badan wakaf untuk dana pendidikan mahasiswa.
Sedangkan Dekan Fakultas Ilmu Agama Islam UII, Dr. Drs. Asmuni, M.A. dalam materinya mengemukakan untuk tidak hanya menghadirkan Tuhan pada shalat saja, tetapi bagaimana Tuhan itu hadir dalam ruang dan waktu. “Artinya adanya pengawasan Tuhan pada kita, kemudian semesta, sehingga inilah yang menjadi pola nalar keilmuwan yang saya bayangkan yang terjadi di UII,” tuturnya.
Menurut Dr. Asmuni, tidak ada lagi salafisme atau liberalisme yang terlalu melampaui nilai-nilai. Sehingga yang dibutuhkan adalah filsafat ilmu perspektif Universitas Islam Indonesia. Bagaimana Islam rahmatan lil alamin dan Islam Ulil Albab dalam bingkai ilmu.
Berikutnya Dekan Fakultas Kedokteran UII Dr. dr. Isnatin Miladiyah, M.Kes. menyatakan apa yang dilakukan UII melalui Badan Sistem Informasi (BSI) sebelum pandemi menunjukkan UII mampu mengatasi perubahan-perubahan yang tak terduga di masa depan dan mampu bertahan. Karena bukanlah hal yang mudah bagi institusi pendidikan di masa pandemi, dimana pandemi telah mengubah semua keadaan.
Lebih lanjut Dr. dr. Isnatin Miladiyah menggaris bawahi bagaimana lulusan yang dihasilkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat. Selain itu bagaimana peran institusi di dalam menyelesaikan masalah yang ada di dalam masyarakat. Hal yang menurutnya dapat dimunculkan UII di 20 tahun kedepan.
Dr. dr. Isnatin Miladiyah berharap peran dari alumnus UII dalam 20 tahun ke depan sudah lebih merata dari semua Program Studi. Sebagai perguruan tinggi, menurutnya perlu menanamkan pondasi dasar yang baik dan benar pada mahasiswa, hingga pondasi itu melekat dan menjauhkan mereka dari hal hal yang tidak baik.
Ahmad Munasir Raf’ie Pratama, S.T., M.I.T., Ph.D, Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Teknologi Industri berpesan agar waspada akan Inovasi Disruptif. Dikatakan komputer dan internet telah menjadi sarana utama munculnya berbagai inovasi disruptif dalam 1-2 dekade terakhir. Berbagai bidang kehidupan manusia telah terdampak. Seperti hiburan, transportasi, ritel dan komersial, hingga kesehatan. “Dunia pendidikan tak luput dari inovasi disruptif, meski Peguruan Tinggi masih belum terkena dampak yang teramat besar,” paparnya. (PN/RS)