Iduladha Momentum Meneladani Kisah Nabi Ibrahim
Takmir Masjid Ulil Albab Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar shalat Iduladha 1439 Hijriah pada hari ini, Rabu (22/8) di Lapangan Sepak Bola UII Jl. Kaliurang Km. 14,5. Pelaksanaan shalat dihadiri ribuan jama’ah dari sivitas akademikaa UII serta warga sekitar.
Bertindak sebagai khatib Rektor UII Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. dan imam shalat oleh Akh. Arif, Mahasiswa Ilmu Komunikasi UII angkatan 2016. Pada pelaksanaan Iduladha kali ini, Takmir Masjid Ulil Albab UII juga melakasanakan penyembelihan hewan kurban 2 ekor sapi dan 32 ekor kambing.
Dalam khutbahnya Fathul Wahid menyampaikan Iduladha merupakan momen yang mengingatkan pada kisah profetik (kenabian) yang dapat diteladani. Seraya mengajak jama’ah melacak ulang kisah Nabi Ibrahim dan melakukan refleksi terhadap kisah tersebut,
Ia menjelaskan hanya Nabi Ibrahim yang selalu disebut dalam salat selain Nabi Muhammad. Doa yang dibaca untuk Nabi Muhammad ketika tasyahud juga selalu disetarakan dengan doa kepada Nabi Ibrahim.
“Nama Ibrahim disebut sebanyak 69 kali di 24 surat dalam Alquran. Nama Ibrahim juga diabadikan menjadi nama sebuah surat dalam Al quran, yaitu surat ke-14. Ibrahim adalah Bapak Para Nabi, Abulanbiya, karena sebanyak 19 keturunannya menjadi nabi, dari 25 nabi yang disebut dalam Alquran,” imbuhnya
Lebih lanjut Fathul Wahid menuturkan ada 3 keistimewaan yang dimiliki Nabi Ibrahim. Pertama, Nabi yang sangat disayang oleh Allah, Kekasih Allah, Khalilullah. Pemberian predikat ini terekam pada ayat 125 Surat An-Nisa. Kedua, Nabi Ibrahim adalah manusia pilihan terbaik, Al-Mustafa yang terekam dalam QS. Shaad ayat 47. Ketiga, Nabi Ibrahim juga termasuk salah satu nabi yang dijuluki Ulul Azmi, karena keteguhan hati yang dimilikinya.
Fathul Wahid menceritakan kisah Nabi Ibrahim dalam pensyariatan kurban, selain erat kaitnnya dengan perintah ketaqwaan juga erat kaitannya dengan hubungan dan komunikasi yang baik antara orang tua dan anaknya yang patut untuk dicontoh. Dialog Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ketika diperintah Allah untuk disembelih menggambarkan itu semua.
“Meski Nabi Ibrahim jelas diperintah oleh Allah, namun tidak serta merta menyembelih Nabi Ismail. Nabi Ibrahim bahkan bertanya kepada Nabi Ismail tentang pendapatnya. Hal ini sangat demokratis,” paparnya.
Dalam khutbahnya, Fathul Wahid juga menghimbau agar umat Islam dapat meneladani kisah tersebut. “Mari momentum Iduladha ini kita jadikan momentum untuk memperbaiki diri. Pelajaran dari para Nabi dan orang-orang saleh sebelum kita, dapat dijadikan cermin. Semuanya kita ikhtiarkan dalam rangka meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah,” ujarnya.