Humas dan Pemanfaatan Teknologi
Pandemi Covid-19 telah membuat hampir dari seluruh aktivitas manusia dilakukan secara online. Pembatasan sosial ini juga berlaku pada provesi Public Relation (PR) atau yang juga biasa disebut dengan Hubungan Masyarakat. Kondisi ini memantik perhatian Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia (UII) menggelar sharing session dengan tema Digital PR During Pandemic pada Jum’at (15/5) secara daring.
Kegiatan webinar menghadirkan pembicara Digital Strategist Team Lead Forest Interactive, Aziz Malek, Corporate PR Specialist Regional Forest Interactive, Ricky Iskandar serta dosen Program Studi Ilmu Komunikasi UII, Ratna Permata Sari, S.I.Kom., M.A. yang saat ini juga sebagai Kepala Bidang Humas UII.
Ricky Iskandar dalam paparannya menjelaskan Humas dalam pemanfaatan teknologi. Menurutnya seorang Humas harus menguasai manajemen reputasi, manajemen isu, relasi media, branding, komunikasi digital, media sosial, hubungan industri, serta hubungan komunitas.
Menurut Ricky Iskandar teknologi membutuhkan Humas karena dinilai memiliki kekuatan dalam mempengaruhi masyarakat. Selain juga sebagai juru bicara perusahaan serta sebagai penjaga reputasi dalam sebuah perusahaan atau instansi.
Misalnya dalam isu baru-baru ini terdapat persoalan yang dialami aplikasi zoom, dimana zoom dinilai tidak aman dan dapat membobol privasi penggunanya. “Humas yang bekerja pada perusahaan zoom akan turun tangan menangani dan mengembalikan citra zoom agar kembali dipandang baik oleh masyarakat luas,” jelasnya.
Di saat mewabahnya pandemi, terlepas harus tetap mengutamakan kesehatan dan keselamatan, pekerjaan Humas juga harus tetap berjalan. Dijelaskan Ricky Iskandar langkah pertama yang dapat diambil antara lain mengidentifikasi resiko dan rencana, komunikasi yang efektif, dan mengganti kegiatan offline menjadi online.
Langkah kedua yakni komunikasi internal yang efektif, ikatan internal menjadi lebih penting, serta memberi empati dan support terhadap ketua dan staf. “Yang diperlukan Humas saat ini adalah kolaborasi, sinergi, kepedulian satu sama lain, dan adaptasi,” terangnya
Aziz Malek dalam paparannya membahas tentang digital PR dan komunikasi. Dikatakan bahwa dalam satu menit di internet penuh dengan kegiatan orang di media sosial. Dalam satu menit terdapat 1,3 juta orang yang masuk di Facebook, 694.444 orang yang scrool Instagram, 1.400 orang mendownload tiktok setiap menitnya, dan aplikasi lain yang juga tak kalah banyak.
Dalam uraiannya ia juga memberikan tanggapan perbandingan antara tradisional marketing dengan digital marketing. Menurutnya hampir seluruh kegiatan didominasi digital sebagai solusi marketing yang lebih praktis, mudah, dan cepat.
Adapun digital PR menurut Aziz Malek yakni sebuah strategi pemasaran online yang dipakai oleh pembisnis untuk meningkatkan persentasi online mereka. Selanjutnya tipe yang digunakan antara lain optimisasi mesin pencari, pembayaran perklik, social media marketing, konten marketing, email marketing, influencer marketing, viral marketing, mobile marketing, iklan, serta papan iklan elektronik.
“Tipe tersebut sangat banyak dijumpai dalam dunia marketing, hanya saja setiap perusahaan berbeda-beda dalam memperkenalkan produknya. Tergantung tipe marketing mana yang akan dipilih,” jelasnya.
Sementara Ratna Permatasari dalam kesempatannya membahas materi berjudul Merangkul Ketidak Pastian: Bagaimana Komunikasi Humas di Tengah Pandemi Covid-19. Ia mencontohkan beberapa tantangan yang ada dikala pandemi Covid-19 di lingkungan UII. Seperti tidak jarang sivitas menanyakan kapan kondisi dapat normal kembali. Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab oleh Humas dikarenakan belum ada yang dapat menjamin kapan berakhir pandemi tersebut.
“Terkait Covid-19, UII menyediakan sebuah layanan berupa UII Siaga Covid-19. Layanan ini berisi peta respons universitas terhadap wabah Covid-19, memuat beberapa hal seperti UIIPeduli, Info Covid-19, dan lain sebagainya,” paparnya.
Mengenai wewenang Humas UII di tengah pandemi yang pertama mengumpulkan dan mengelola informasi dari berbagai divisi di UII terutama mengenai kebijakan. Kedua, memberikan informasi. Ketiga, menyediakan pusat panggilan. Keempat, mengundang para ahli untuk menulis artikel tentang pandemi. Kelima, berhubungan dengan jurnalis. Di akhir materi Ratna Permatasari menyampaikan bahwa Humas adalah sarana manajemen komunikasi antara organisasi dan masyarakat. (FNJ/RS)