Hikmah Qurban di Masa Pandemi
Takmir Masjid Al-Azhar, Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) mengadakan diskusi bertemakan “Hikmah Idul Adha di Tengah Pandemi” dengan menghadirkan pembicara Lanang Hutama (Mahasiswa Fakultas Syariah Universitas Rayyan, Yaman) pada Sabtu (10/7).
Mengawali pemaparannya, Lanang Hutama mengemukakan beberapan hikmah Qurban yang dapat diambil ketika masa Pandemi sedang melanda seperti saat ini. Pertama tentang ketaatan Nabi Ibrahim. Ibadah Qurban mengenang ketaatan Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih anaknya, Ismail. Lewat mimpinya yang dijelaskan dalam Surah As-Saffat 102-107. Begitupun, anaknya Ismail yang juga taat kepada bapaknya setelah menjabarkan mimpinya. Mengingat, Ismail adalah anak yang didambagakan Nabi Ibrahim setelah mengalami masa susah karena tidak dikaruniakan anak.
Begitupun di masa Pandemi ini, banyak hal yang kita dambakan sebelumnya namun harus merelakannya karena pandemi. Dalam ibadah Qurban terdapat nuansa esoteric (Ketuhanan) dan eksoterik (Kemanusiaan). Nuansa Ketuhanan terletak sebagai momentum kesetiaan dan ketaatan hamba dengan Tuhan-Nya seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail yang tanpa berpikir atau menegosiasi perintah-Nya langsung tunduk dan taat. Nuansa kemanusiaan terletak pada manfaat sosial yang ditimbulkan dalam ritualitas tersebut. Adanya komunikasi dan interaksi antar kalangan manusia. Setiap manusia berlomba-lomba menunjukkan afektifitasnya terhadap sesama manusia disertai mengharapkan Ridho Allah.
Kedua yakni meraih ketakwaan. Takwa adalah mendekatkan diri kepada Allah dan menjauhi hal yang dilarangNya. Di dalam ibadah Qurban ini, bukan melakukan sesembahan daging dan darahnya. Namun, semua umat muslim berlomba-lomba meraih ketakwaan. Maka, inilah perbedaan antara ibadah Qurban dan mereka yang melakukan untuk sesembahan, sesajen dan lainnya. Allah tidak menyuruh hamba-Nya untuk bertakwa diluar batas kemampuan kita. Namun, semampu kita semaksimal mungkin kita bertakwa. Tidak ada paksaan jika kita tidak mampu.
Di dalam situasi pandemi ini, tidak ada paksaan yang melebihi kemampuan manusia untuk melakukan ketakwaan termasuk Ibadah Qurban. Jika memang situasi kondisi tidak memungkinkan dikarenakan kebutuhan/keuangan/hal mendesak lainnya, maka wajib bagi kita mendahulukan hal yang mendesak. Dan itu juga termasuk ketakwaan kita kepada Allah. Bukan berarti, kita tidak melakukan ibadah Qurban kita berpaling dari ketakwaan Allah. Namun, dalam hal ketakwaan sangatlah luas. Termasuk ketakwaan seperti menjadi petugas keseharan, sukarelawan dan lainnya. Dalam kondisi seperti ini, ketakwaan yang paling besar selain hal peribadatan adalah yang bermanfaat bagi umat dan membantu dengan semaksimal mungkin.
Ketiga adalah syiar Islam. Selain melakukan dakwah di berbagai tempat, Ibadah Qurban merupakan ibadah mengandung Syiar dan Dakwah kepada masyarakat luas, QS. Al-Hajj 36 diterangkan bahwa dalam Ibadah Qurban ini merupakan syiar yang dilakukan umat muslim. Di dalamnya memperoleh banyak hal kebaikan. Begitupun dalam masa pandemi ini, Ibadah Qurban menjadi momentum bersatunya umat Islam di tengah sulitnya ekonomi akibat pandemi, namun tetap menjalankan syariat. Tidak ada agama apapun di dunia yang seperti ini. Di hari Idul Adha ini, umat muslim berbahagia di saat masa pandemi. Saling berbagi, merasakan indahnya kebersamaan dan lain hal.
Keempat sebagai bentuk syukur kepada Allah. Meskipun dalam masa pandemi, tidak ada alasan untuk setiap manusia tidak bersyukur kepada Allah. Dihempit oleh keadaan, tidak memutus semangat umat muslim melakukan Ibadah Qurban. Seakan-akan pandemi hari raya Idul Adha tanpa mengesampingkan prokes. Ini semua wujud rasa syukur terhadap Allah. Dan bagi yang terdampak covid, ingat 3 perkara antara lain Allah sedang menegur kita agar kembali padanya, teguran diatas diberikan sekaligus untuk menggugurkan dosa kita, bias jadi penyakit ini akan menjadikan kedudukan kita tinggi disisi Allah yang tidak bias kita raih dengan amal saleh kita.
Kelima adalah momentum persatuan umat Islam, semua umat muslim tanpa memperhatikan golongan apapun akan fokus terhadap perayaan Idul Adha dengan protokol covid. Umat muslim bersatu untuk melaksanakan ibadah Qurban mengharapkan ridho Allah. Tanpa mementingkan ras, golongan apapun, dapat saling memberi, berbagi kebahagian, melupakan sejenak kesedihan karena covid di Hari Raya Qurban ini. “Begitupun, melawan covid kita harus bias melupakan larut kesedihan, saling membantu, dan hal lainnya untuk bangkit melawan corona. Salah satunya adalah dengan menaati prokes, taat pada pemerintah dan melakukan vaksinasi. (FHC/RS)