Hidup di Dunia yang Saling Terkoneksi
Dunia yang dulu nampak luas, kini semakin terasa menyempit. Perubahan itu bukan karena faktor alam, melainkan manusia saat ini yang sedang meluas dan berusaha membangun relasi antar negara dengan teknologi. Tak terkecuali dalam dunia perguruan tinggi. Kegiatan internasional sangat disukai civitas akademika sebagai motivasi bagi mahasiswa untuk menambah relasi dengan negara lain.
Hal inilah yang mendorong prodi Ilmu Komunikasi Internasional Program (ILKOM IP UII) mengadakan webinar “Crash Landing on the Connected World” pada Jumat (10/7) yang menghadirkan Zaki Habibi, M.Comm sebagai pemateri.
Menurut Zaki Habibi, dunia sudah berubah ditandai dengan negara yang saling terkoneksi melalui aspek teknologi seperti saat ini. Ia mencontohkan dalam kehidupan keluarga ada anggotanya yang berada di luar negeri seperti orang tua yang menetap di Indonesia sedangkan anaknya tengah studi di luar negeri.
Dalam contoh yang lebih kompleks misalnya terkait wilayah negara yang saling berdekatan memiliki kemiripan seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, Thailand, dan Singapura. Mereka masih terkoneksi secara berdekatan satu sama lain.
“Jadi dunia berubah dengan cepat bukan hanya karena aspek teknologi namun juga karena hubungan manusia serta peran setiap negara melakukan hubungan dengan negara lainnya. Hubungan tersebut dimulai dari hubungan antar orang, antar masyarakat, antara lembaga pemerintahan, serta antara negara”, ujarnya.
Dalam dunia perguruan tinggi, hubungan antar negara dapat dilihat dengan adanya kunjungan internasional atau terdapat mahasiswa dari negara asing yang menuntut ilmu di kampus atau sekolah. Perguruan tinggi juga jamak membuka program internasional untuk menjaring mahasiswa asing.
“Koneksi tersebut dimulai dengan sifat alamiah manusia yang ingin terkoneksi dengan orang lainnya. Perguruan tinggi memiliki hubungan transnasional guna membahas permasalahan yang dihadapi di tingkat global seperti nutrisi dalam makanan, ekonomi, rasisme, dan lainnya”, imbuhnya.
“Jika kita peduli terhadap sesuatu yang terjadi saat ini di tempat kita mungkin saja dapat dipahami oleh masyarakat luar di lain tempat. Kita sesungguhnya dapat belajar satu sama lain bagaimana memecahkan masalah tersebut”, pungkasnya. (FNJ/ESP)