Halalbihalal UII Digelar Secara Daring
Halalbihalal merupakan salah satu dari sekian tradisi yang telah melekat di masyarakat Indonesia. Tradisi yang biasa diadakan selepas bulan Ramadan ini dimanfaatkan untuk saling silaturrahmi dan bermaafan. Namun kali ini, umat muslim tidak dapat melaksanakan halalbihalal secara tatap muka seperti di tahun-tahun sebelumnya dikarenakan wabah Covid-19.
Untuk kali pertama, keluarga besar Universitas Islam Indonesia (UII) menyelenggarakan halalbihalal secara daring pada Selasa 2 Juni 2020 bertepatan 10 Syawal 1441 Hijriyah. Halalbihalal Idul Fitri 1441 H ini diikuti oleh segenap jajaran pembina, pengawas, dan pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, para pimpinan UII di tingkat Rektorat, Fakultas, Jurusan dan Program Studi, para pengurus dan anggota Ikatan Keluarga Ibu-ibu UII, Ikatan Keluarga Alumni UII, Pensiunan UII, perwakilan Lembaga Kemahasiswaan serta para tamu undangan.
Mengawali sambutannya, Rektor UII Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mengucapkan selamat Idul Fitri 1441 H. Mewakili jajaran pimpinan ia menyampaikan permohonan maaf kepada seluruh keluarga besar UII yang mengikuti acara dari penjuru daerah. “Mohon maaf lahir dan batin untuk janji yang belum terpenuhi, untuk layanan yang belum memuaskan, untuk tutur kata yang membuat hati terluka, dan untuk ketukan jari yang menusuk hati,” tuturnya.
Dalam sambutannya, Fathul Wahid mengingatkan akan misi utama berpuasa yaitu menjadikan seorang hamba sebagai insan yang bertaqwa. Sebagaimana di dalam hadist, Rasulullah Saw. bersabda; Bertaqwalah kepada Allah dimanapun engkau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik (HR Ahmad & Tirmidzi). “Demikianlah tiga amalan yang harus tetap dijaga agar selalu dalam keadaan istiqomah sehingga menjadi hamba-Nya yang bertaqwa,” terang Fathul Wahid.
Dari Hadist tersebut, Fathul Wahid menghimbau seluruh keluarga besar UII untuk dapat saling mengingatkan jika ada kesalahan. Menolong orang yang berbuat dzolim dengan cara menasehatinya sehingga mampu merubahnya kepada kebaikan. Hal inilah merupakan wujud istiqomah seorang hamba dengan nasehatnya telah mengerjakan kebajikan. “Menolong orang yang didzalimi sudahlah jelas, namun menolong yang dzolim dengan mengingatkannya,” ungkapnya.
Ketua Umum Pengurus Yayasan Badan Wakaf UII, Drs. Suwarsono Muhammad, M.A. dalam sambutannya menjelaskan perihal naik dan turunnya perkembangan unit-unit yang berada di lingkungan badan wakaf UII selama pandemi Covid-19. “Semua ini demi kepentingan kita, yayasan badan wakaf akan selalu survive dalam mengelola unit-unit yang ada,” ucapnya.
Tak lupa dalam momen ini, Suwarsono Muhammad juga menyampaikan permohonan maaf jika terdapat kesalahan. Ia juga mengucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menjaga nama baik institusi, dan berhadap keadaan kedepan dapat lebih baik lagi.
Sementara Drs. Imam Mujiono, M.Ag. dalam tausiyahnya mengingatkan kembali akan pentingnya merawat tauhid di dalam diri. Seperti salah satu contoh mimpi founding father yang dikemukakan oleh Mohammad Natsir adalah bagaimana para tenaga didik dan mahasiswa UII belajar dan mengajarkan Alqur’an, memperaktekkan akhlaqul karimah, dan memiliki komitmen terhadap ilmu serta mengembangkannya.
Imam Mujiono menegaskan, khususnya bagaimana para tenaga didik dan mahasiswa UII, mau dan mampu merawat tauhid. Karena sesungguhnya tauhid sudah melekat di dalam diri manusia semenjak ditiupkannya ruh, dan hal ini harus direalisasikan di dalam kehidupan kita terutama di masa pandemi Covid-19 dengan mendekatkan diri kepada sang pencipta. “Begitulah mimpi founding father Mohammad Natsir, dan tugas kita sebagai penerus untuk mewujudkannya,” pesannya. (HA/RS)