Habib Jafar: Sains Tidak Bertentangan dengan Al-Quran
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia (FMIPA UII) menyelenggarakan pengajian akbar dengan tema besar Sains dan Al-Quran yang mengundang Habib Husein Jafar Al-Hadar pada Jumat (5/11). Pengajian akbar init merupakan salah satu dari rangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam menyemarakkan Milad FMIPA UII yang ke-26 tahun.
Dekan FMIPA UII Prof. Riyanto, S.Pd., M.Si., Ph.D., pada sambutannya mengungkapkan rasa syukur kepada Allah SWT atas perkembangan pesat yang telah diraih FMIPA UII pada usianya yang kini telah menginjak 26 tahun. “Sesuai dengan amanah pendiri UII, maka kami akan terus berikhtiar mencetak generasi Ulil Albab, generasi yang cinta Alloh dan unggul dalam tiga hal yaitu keislaman, cinta tanah air, dan keilmuan”.
Lebih lanjut Prof. Riyanto menuturkan bahwa ilmu pengetahuan sains yang selama ini dipelajari tidaklah bertentangan dengan Al-Quran dan Hadits. “Bahkan selama kami belajar sains justru semakin memantapkan keimanan kami. Dengan sains juga memudahkan kami dalam memahami Al- Quran, Maha benar Alloh dengan segala firman-Nya,” terang Prof. Riyanto.
Habib Husein Jafar Al-Hadar atau yang masyhur dipanggil Habib Jafar pada pengajian akbar memulainya dengan memberi argumentasi tentang bagaimana sikap Al-Quran terhadap sains secara umum. Habib Jafar menyebut Al-Quran dalam firman-Nya telah meninggikan derajat orang-orang dengan keilmuan matang yang didasari pada keimanan. “Sehingga seorang muslim harus mempunyai prinsip bahwa ilmu harus amaliah dan beramal ilmiah,” sebutnya.
Al-Quran juga mengajak dan mendorong umat Islam untuk menggunakan akalnya. Terdapat 49 ayat yang disebut dalam Al-Quran agar manusia menggunakan ilmu dan akalnya. Habib Jafar mencontohkan kisah Nabi Ibrahim yang mempertanyakan kaum kafir penyembah matahari agar kaum tersebut berpikir bagaimana bisa dia menyembah Tuhan yang hanya ada pada siang hari. “Jadi, pembelajaran tentang Tauhid atau ketuhanan dalam Al-Quran diawali dengan penjelasan yang sangat saintifik,” tandasnya.
Habib Jafar juga menyebut Al-Quran tidak pernah menutup diri pada orang yang meragukan ayat-ayat Allah SWT. Al-Quran bahkan menantang kepada orang berilmu yang meragukan kemukjizatan ayat-ayat dalam Al-Quran untuk berdiskusi. “Kita bisa temui dalam tiga surat di Al-Quran, yaitu apabila kalau kamu mengira Al-Quran tidak sesuai dengan pemikiranmu, silakan kamu buat Al-Quran tandingan sesuai dengan keilmuanmu” terang Habib Jafar.
Bersinggungan dengan itu, Habib Jafar juga menyebut bahwa sebenarnya Sains dan Al-Quran tidak pernah memiliki sejarah konflik. Keduanya justru saling bekerja sama agar perkembangan sains dalam Islam maju semakin pesat. Karena pada dasarnya Al-Quran justru membuka ruang untuk pengembangan-pengembangan science. Pada Dinasti Abassiyah misalnya, Habib menyebut perkembangan Sains, Humaniora, dan Keislaman berkembang pesat. “Jadi memang tidak ada pertentangan di sana. Justru ada titik temu di mana agama (Islam) harus melindungi sains agar terus bermoral, dan sains terus melindungi agama dari segala mitos-mitos yang ada,” tutupnya. (IAA/RS)