,

Gus Baha: Agama Islam Mudah Dipahami

Melalui Podcast, Aufanida Ingin Mensyiarkan Ramadan

Universitas Islam Indonesia (UII) melalui Direktorat Pendidikan & Pembinaan Agama Islam
menggelar kajian bersama K.H. Baha’uddin Nursalim atau dikenal dengan Gus Baha pada Selasa (24/8). Kajian bertemakan Ngaji Bareng Gus Baha ini digelar secara daring, dan luring dengan jumlah terbatas.

Dalam sambutannya, Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D. mengemukakan bahwa ketika seseorang menggali atau mengkaji sesuatu secara lebih luas dan dalam maka akan ditemukan hal-hal yang mengejutkan. Ia mengaku selama mengikuti kajian Gus Baha, menemukan kejutan-kejutan, seperti menambah dan mempertajam pemahaman yang selama ini diyakini, bahkan mengganti atau memaknai ulang pemahaman tertentu jika salah.

“Nampaknya yang selalu saya dengar pesan Gus Baha untuk banyak rajin membaca dan banyak mendatangi majelis ilmu itu sangat valid, sehingga kedalaman dan keluasan ilmu bisa membimbing kita, membekali kita untuk menghubungkan titik-titik yang tersebar agar dapat dimanfaatkan secara lebih besar,” ucap Fathul Wahid.

Gus Baha mengawali kajian dengan menyatakan bahwa semua orang dapat melakukan penelitian, baik orang pintar maupun tidak pintar, sebab Allah menyediakan perangkat untuk semua makhluk-Nya, termasuk teropong yang digunakan Galileo. Begitu pula Agama Islam juga mudah untuk dipahami sekalipun oleh orang tidak pintar.

Menurutnya orang dewasa yang pintar sama saja dengan anak kecil, sebab dalam filosofi kebenaran terdapat pepatah yang berbunyi kebenaran lebih jelas daripada matahari di siang hari, sehingga dengan mudah mensifati Allah sebagai zat yang begitu jelas. “Alam raya ini maujud, maujud itu ada di mana-mana sesuatu yang ada itu diciptakan oleh yang ada. Alam raya terlanjur maujud maka Allah pasti maujud,” sebutnya.

Selanjutnya, Gus Baha menerangkan bahwa Allah telah ada sebelum adanya alam raya seisinya, sebab Allah lah yang menciptakan. Menurutnya aneh jika terdapat makhluk-Nya yang merasa dirinya sebagai Tuhan, padahal ia ada setelah adanya langit dan bumi seisinya.

Seperti Firaun merasa dirinya Tuhan, padahal dia mati jadi tontonan. Ketika debat dengan Nabi Musa, ditanya ia oleh Fir’aun dimana Tuhan mu? Musa menjawab Tuhanku adalah Tuhan pemilik bumi dan langit seisinya. Itu Fir’aun masih bisa ngeles, aku setiap keliling dunia semua orang menyembahku.

Lalu Fir’aun meminta bawahannya mendirikan piramida agar dapat melihat Tuhan nya Musa. Nabi Musa pun bingung gimana kalau dia tidak melihat Tuhan. Maka dengan kecerdasannya, Nabi Musa menjawab Tuhan ku adalah yang Menuhani buyutmu. Seketika Fir’aun terdiam karena ia memiliki orangtua dan buyut, berarti orangtua dan buyutnya Tuhan juga, di atas buyutnya ada Tuhannya Musa. Saat itu mulai banyak pengikutnya sadar bahwa Fir’aun manusia biasa, lalu mereka beriman kepada Nabi Musa,” cerita Gus Baha.

Gus Baha menjelaskan bahwa untuk mengenali Allah sangatlah mudah, sebab Allah memiliki sisi mudah dikenali termasuk dari cabang ilmu yang ditekuni. Seperti ahli nahwu mengenali Allah dengan ilmu Nahwunya.

Di sisi lain, Gus Baha menyetujui perkataan Rektor, bahkan perangkat ilmu seperti teropong dapat melihat bulan secara jelas. Begitu pula ketika melihat gunung dari jauh akan terlihat indah nan elok, namun ketika didekati maka di sana terdapat jurang, pohon, bebatuan, dan sebagainya. Hal tersebut termasuk ilmu falak yang membutuhkan perhitungan. Menurutnya penting setiap orang memahami ilmu falak, dimana sesuatu yang belum ada atau belum ditemukan menjadi ada karena ditemukan.

Dikatakan Gus Baha, ilmu falak telah ada sebelum adanya teknologi sebab sejak dulu ilmu sains berada di atas teknologi. “Keyakinan kita di pesantren, teknologi itu hanya menyumbang tidak sampai 30%. Jadi orang bisa menemukan pesawat misalnya itu karena melempar batu kalau masih ada tekanan berarti itu tidak akan jatuh, padahal batu tidak ada mesinnya. Maka dihitung pada kecepatan berapa sehingga sesuatu itu tidak jatuh. Maka dari sains dulu lalu dihitung berapa kecepatan biar tidak jatuh. Ilmu makin hari makin dikaji maka akan semakin jelas pemahamannya,” jelasnya.

Gus Baha juga menjelaskan bahwa dalam ilmu kitab, mimpi dengan kehidupan nyata memiliki otoritatif yang lebih di mimpi. Logikanya ketika seseorang melihat sesuatu secara langsung maka didasari oleh rasa suka atau tidak suka, butuh atau tidak butuh. Semisal keputusan bertemu dokter adalah dorongan dari rasa butuh untuk berobat dengan harapan segera sembuh. “Karena kepentingan maka melihat itu tidak pernah jujur. Kebodohan manusia sebenarnya terletak dalam penglihatan. Manusia hakikatnya itu tidur baru setelah meninggal lalu bangun,” ungkapnya.

Lebih jauh, Gus Baha menjelaskan mengenai hakikat manusia. Ketika manusia hidup di dunia beranggapan bahwa uang dan jabatan adalah penting. Padahal ketika bangun setelah meninggal akan sadar bahwa sujud, salat, dan doa adalah terpenting. “Kenangan bertemu Allah terbaik itu sujud, karena anggapan yang di dunia itu penting padahal sebenarnya tidak penting, sedangkan yang sepele seperti salat lah yang super penting. Sadar itu nunggu ketika di akhirat. Nah saya ini syukur sadar sebelum sampai di akhirat,” ucap Gus Baha.

Menurutnya mimpi sangat penting, sebab ketika mimpi semua sistem syaraf akan berhenti dan tidak memiliki nafsu, yang mengendalikan hanyalah Allah. Ia menceritakan seperti mimpinya Fir’aun bahwa kerajaannya akan dibakar oleh seorang laki-laki dari Bani Israil yakni Nabi Musa.

Gus Baha berpesan kepada setiap ahli, baik ahli kesehatan, ahli teknik, ahli matematika, dan lainnya agar menjelaskan ilmu nya secara mudah. Sebab agama diturunkan secara mudah termasuk pengajarannya. “Manusia itu diciptakan sudah memiliki pengetahuan, dia punya nurani yang mendorong dirinya menjadi paham akan sesuatu yang harus ia pahami. Seperti melawan penjajah, masyarakat mayoritas tidak terpelajar tapi berhasil mengusir penjajah,” ucapnya.

Kajian spesial bersama K.H. Baha’uddin Nursalim turut dihadiri segenap pimpinan UII, yakni Wakil Rektor Bidang Pengembangan Akademik & Riset, Dr. Drs. Imam Djati Widodo, M.Eng.Sc., Wakil Rektor Bidang Sumber Daya & Pengembangan Karier, Dr. Zaenal Arifin, M.Si., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Keagamaan & Alumni, Dr. Drs. Rohidin, S.H., M.Ag., dan Wakil Rektor Bidang Networking & Kewirausahaan, Ir. Wiryono Raharjo, M.Arch., Ph.D. (SF/RS)