Gelar Bedah Buku, UII Apresiasi Perjuangan Tokoh HAM Munir
Universitas Islam Indonesia (UII) mengadakan Talkshow Bedah Buku berjudul Talkshow Mencintai Munir. Acara yang dibuka pada hari Selasa (8/8) itu berlangsung di Gedung Sardjito Kampus Terpadu UII, Yogyakarta. Acara diselenggarakan sebagai bentuk penghormatan terhadap mendiang Munir Said Thalib, seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia, yang terkenal akan perjuangannya dalam menegakkan keadilan dengan gigih dan berani. Namun perjuangan itu harus terhenti dengan cara yang tragis pada tahun 2004 silam.
Turut dihadiri oleh para petinggi universitas, acara tersebut mengundang langsung Diva Suukyi Larasati yang merupakan putri dari Alm. Munir Said Thalib, Suciwati selaku istri dari Alm. Munir Said Thalib sekaligus penulis buku “Mencintai Munir”, Ita Fatia Nadia selaku Ketua Ruang Arsip dan Sejarah (RUAS) Indonesia dan Anggota Board Amnesty International Indonesia, dan M. Busyro Muqoddas selaku Dosen Fakultas Hukum (FH) UII. Bertindak sebagai moderator, Eko Riyadi, S.H., M.H., Direktur Pusat Studi Hukum dan Hak Asasi Manusia UII (PUSHAM UII).
Rektor UII, Prof. Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, dalam sambutannya berpesan bahwa dengan diselenggarakannya acara talkshow ini, dapat menjadi inspirasi bagi para hadirin untuk dapat meneladani mendiang Munir Said Thalib yang tak pernah gentar memperjuangkan hak-hak keadilan anak bangsa.
“Munir memperjuangkan hak-hak orang-orang yang tak dapat bersuara. Beliau adalah suara bagi yang bisu dan harapan bagi yang terzalimi. Semangatnya yang menginspirasi, dedikasinya yang luar biasa dan keberaniannya dalam mengungkapkan kebenaran menjadi contoh bagi kita semua,” jelasnya.
Ia pun mengajak segenap hadirin, sesuai dengan peran dan kapasitas masing-masing, untuk melanjutkan perjuangan serta meneruskan visi Munir untuk sebuah dunia yang lebih adil, setara, dan menghargai manusia, serta nilai-nilai kemanusiaan.
“Hadirin yang mulia, mari kita ambil pelajaran dari keberanian Munir untuk tetap bicara, untuk tetap membela kebenaran meskipun tidak selalu mudah dan bukan tanpa resiko. Kita juga harus belajar untuk menjadi suara bagi yang tak terdengar, tangan bagi yang tak terbela, dan harapan bagi yang terpinggirkan,” imbuhnya.
Pada kesempatan tersebut pula, Rektor UII menyerahkan dua lukisan kepada istri serta anak dari Alm. Munir Said Thalib, yang salah satu lukisan tersebut merupakan hasil karya tangannya sendiri.
Acara dilanjutkan dengan sesi diskusi yang membahas tentang sosok Alm. Munir Said Thalib dari perspektif kerabat terdekat hingga tokoh ilmu hukum seperjuangan. Diskusi ini untuk memaknai perjuangan Munir dari berbagai sisi, sekaligus menghantarkan makna mendalam terkait buku “Mencintai Munir” yang disampaikan oleh Ita Fatia Nadia serta sang istri dari Alm. Munir, Suciwati.
“Mari kita belajar dari kasus pembunuhan oleh negara terhadap almarhum Munir. Dan kita juga harus melakukan satu koreksi, jangan sampai kita juga menyediakan diri kita dibunuh secara idealisme, kemudian diberi penikmat-penikmat berupa kursi-kursi, komisaris, staf ahli, ahli staf, staf khusus. Semacam itu banyak sekali dan akan semakin banyak. Dan nyarisnya juga banyak sekali kongres-kongres nasional dari sejumlah organisasi, termasuk KUHP, yang kemudian sudah mulai diganggu independensinya,” ucap Busyro Muqoddas. (AD/ESP/RS)