Festival Pendidikan Agama Islam Semarak dengan Berbagai Lomba
Bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) Sardjito Kampus Terpadu UII, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia (PAI FIAI UII) menggelar sarasehan bertajuk “Berkarya Untuk Bangsa : Mengaktualisasikan Nilai-Nilai Rahmatan Lil’Alamin”. Sarasehan yang berlangsung pada Sabtu (17/11) ini merupakan bagian Festival Pendidikan Agama Islam Tingkat Nasional 2018.
Acara ini turut dimeriahkan empat cabang lomba yakni Olimpiade Pendidikan Agama Islam, Artikel Ilmiah, Kaligrafi, dan Microteaching yang perlombaannya sudah dimulai sejak Oktober lalu. Adapun peserta pada lomba tersebut diikuti oleh 183 peserta dari berbagai kalangan mulai dari para guru, mahasiswa, hingga murid SMA atau Madrasah Aliyah dari berbagai daerah.
Malik Khidir, S.Si (Ceo Stechoq Robotika Indonesia) selaku narasumber pada acara ini menyampaikan berkarya ialah berkontribusi untuk bangsa sesuai dengan bidangnya masing-masing. “Tips untuk berkarya yaitu niat, belajar berkarya, berkarya untuk bermanfaat bagi orang lain, dan berjamaah dalam berkarya” pungkasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa juara sejati ialah yang tetap istiqomah dalam berkarya dan karyanya tersebut untuk bekal amal di akhirat. “Berkaryalah untuk dunia, tentukan kamu mau berkarya di bidang apa”, pungkasnya. Menurutnya hal yang terpenting dalam berkarya adalah memunculkan niat belajar agar karyanya tersebut bisa bermanfaat bagi yang lain.
Peserta begitu antusias dalam mengikuti sarasehan tersebut. Hal ini terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang dilontarkan peserta. Salah satunya bagaimana agar semakin memotivasi untuk terus berkarya dan melakukan hal terbaik agar karyanya tersebut bisa bermanfaat bagi orang lain.
Sementara itu, Lukman, S.Ag., M.Pd selaku ketua panitia pada acara ini mengungkapkan PAI perlu merumuskan banyak hal ke depan untuk pengembangan dan solusi dari masalah-masalah PAI. “Masalah PAI itu terutama kalau kita mendengarkan dari murid-murid itu yang menjadi mahasiswa kami waktu SMA. Seringkali guru PAI itu ditinggal murid karena dianggap kurang menarik” ungkapnya.
Kemudian ia menyampaikan dengan terselenggaranya acara ini diharapkan mampu membentuk karakter generasi bangsa menjadi generasi yang unggul, berkarakter kuat, dan tidak mudah diombang-ambing oleh hal-hal yang tidak baik. “Contoh sesungguhnya orang PAI itu nanti bisa menghasilkan murid-muridnya atau dirinya sendiri yang mendekati kualitas Rasulullah” pungkasnya. (AR/ESP)